...Seperti gitar yang butuh senar untuk bersuara, hidup membutuhkan cinta untuk bermakna....
...****************...
Seminggu berlalu sejak status gue dan Arga resmi jadi pacaran. Hari-hari gue jadi lebih berwarna, meskipun rutinitas pengobatan masih tetep jalan. Arga selalu nyempetin buat nemenin gue ke rumah sakit, bahkan rela bolos kuliah sesekali.
Sore ini, gue lagi duduk di taman rumah sakit, nunggu giliran buat check-up. Arga duduk di sebelah gue, jarinya lincah mainin gitar. Nggak lupa gue juga merekam momen ini lewat kamera kesayangan gue.
"Gimana? Udah lebih lancar kan main gitarnya?" tanya Arga sambil senyum.
Gue ngangkat bahu. "Lumayan sih. Tapi masih sering false."
"It's okay," Arga nyengir. "Yang penting jangan false love aja."
Gue mukul pelan lengan dia. "Apaan sih! Gombal mulu!"
"Hehe, abisnya gue suka liat muka lo yang merah gitu," Arga ketawa.
"Ih, nyebelin!" gue cemberut, tapi nggak bisa nyembunyiin senyum.
Arga ketawa, terus mulai mainin intro sebuah lagu. Gue langsung kenal.
"Eh, ini kan lagu...?"
"Yep," Arga ngangguk. "Sempurna. Andra and The Backbone. Cocok kan buat kita?"
Gue senyum malu. "Iya, cocok. Tapi emangnya gue sempurna?"
"Di mata gue? Selalu," Arga natap gue lembut.
Arga mulai nyanyi pelan, suaranya merdu banget di telinga gue.
"Kau begitu sempurna
Di mataku kau begitu indah
Kau membuat diriku akan selalu memujamu..."
Tiba-tiba, ada suara tepuk tangan. Gue dan Arga nengok, ngeliat seorang anak kecil pake masker duduk di kursi roda, didorong sama seorang suster.
"Kak, lagunya bagus!" si anak kecil bilang dengan mata berbinar.
Arga tersenyum lebar. "Makasih dek. Namanya siapa?"
"Dito," si anak jawab malu-malu.
"Oke, Dito. Mau dinyanyiin lagu apa?" tanya Arga ramah.
Dito mikir sebentar. "Umm... Laskar Pelangi!"
Gue dan Arga saling pandang, tersenyum. "Wah, kebetulan nih. Itu lagu favorit kita juga loh," kata gue.
"Beneran, Kak?" mata Dito makin berbinar.
"Iya dong. Ayo kita nyanyi bareng-bareng ya," ajak Arga.
Arga mulai mainin intro Laskar Pelangi, dan kali ini gue ikut nyanyi bareng dia. Dito juga ikutan, suaranya kecil tapi penuh semangat.
Nggak lama, beberapa pasien lain mulai berkumpul di sekitar kita.
"Eh, ada yang lagi konser nih?" seorang ibu-ibu dengan selang infus menghampiri.
"Iya nih, Bu. Mau ikutan?" tawar gue.
"Boleh dong! Udah lama nggak nyanyi-nyanyi," si ibu tersenyum lebar.
Ada yang ikut nyanyi, ada yang cuma duduk denger sambil senyum-senyum. Bahkan beberapa dokter dan suster juga ikutan nimbrung.
"Wah, seru nih. Boleh request lagu nggak?" tanya salah satu suster.
"Boleh banget!" jawab Arga semangat. "Mau lagu apa, Suster?"
"Hmm... Sakitnya Tuh Disini bisa nggak?" canda si suster.
Semua orang langsung ketawa. "Aduh Suster, jangan lagu galau dong. Yang semangat aja!" protes salah satu pasien.
Selama beberapa saat, taman rumah sakit yang biasanya sepi itu jadi ramai sama suara musik dan tawa. Gue ngerasa... hidup. Dan ngeliat senyum di wajah pasien-pasien lain, gue sadar kalo musik bisa jadi obat yang ampuh.
Setelah beberapa lagu, Arga nyodorin gitarnya ke gue. "Ayo Na, giliranmu nih."
Gue kaget. "Hah? Gue? Tapi kan gue masih..."
"It's okay," Arga nyemangatin. "Lo pasti bisa. Gue percaya sama lo."
"Iya Kak, ayo Kakak nyanyi!" Dito ikut nyemangatin.
Dengan tangan gemeter, gue ngambil gitar dari Arga. Gue narik napas dalam-dalam, terus mulai mainin lagu yang udah gue latih diam-diam.
"Esok kan masih ada
Mimpi yang harus kugapai
Walau rintangan menghadang
Di depan, aku kan terus melangkah..."
Itu lagu "Terus Melangkah" dari Peterpan. Lagu yang selalu gue dengerin pas lagi down. Dan sekarang, gue nyanyiin itu buat semua orang di sini yang lagi berjuang.
Pas gue selesai nyanyi, gue ngeliat mata Arga berkaca-kaca.
"Na," dia bisik. "Itu tadi... keren banget. Kapan lo latihan?"
Gue cuma bisa senyum malu. "Diem-diem, pas lo nggak ada."
"Wah, Kakak hebat!" Dito bertepuk tangan antusias.
"Makasih ya Dek," gue mengacak rambut Dito pelan.
Tiba-tiba, hp gue bunyi. Ternyata udah giliran gue buat check-up.
"Arga," gue genggam tangan dia. "Makasih ya. Buat semuanya."
Dia ngangguk, mencium kening gue lembut. "Sama-sama, Na. Inget, kita hadapi ini bareng-bareng ya."
"Siap, Kapten!" gue bercanda, berusaha menutupi kegugupan gue.
"Kakak mau check-up ya?" tanya Dito. "Semangat ya Kak!"
"Makasih, Dito," gue senyum ke dia. "Kamu juga semangat ya."
Gue ngangguk, terus jalan ke ruang dokter. Entah kenapa, kali ini gue nggak setakut biasanya.
"Na," panggil Arga sebelum gue masuk ruangan. "Lo tau kan, apapun hasilnya nanti, gue akan selalu ada buat lo?"
Gue ngangguk, terharu. "Iya, Ga. Gue tau."
Mungkin karena sekarang gue punya Arga di sisi gue. Mungkin karena sekarang gue punya musik yang bisa bikin gue kuat. Atau mungkin, karena sekarang gue sadar kalo hidup ini, meskipun kadang berat, tetep indah untuk dijalani. Kayak lagu yang kadang sumbang, tapi tetep worth it buat dinyanyiin.
Dan gue? Gue akan terus nyanyi. Terus berjuang. Terus melangkah.
Karena gue tau, selama ada cinta dan musik di hidup gue, gue bisa hadapi apa aja.
"Dokter," gue bilang sambil masuk ruangan. "Saya siap untuk hasil check-up saya."
Dokter tersenyum. "Bagus, Nana, Itu semangat yang saya mau lihat."
Dan dengan itu, gue melangkah ke babak baru dalam hidup gue. Apapun yang terjadi, gue tau gue nggak sendirian. Ada Arga, ada musik, dan ada harapan yang akan selalu menemani gue.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
dee zahira
semangat
2024-07-10
0