Kok Bisa, Gus

"Jadi Ummi mau aku mengantar surat ini ke Nayla," tanya Zahra pada Ummi Aminah, Ibu mertuanya yang kini tengah duduk di sampingnya tersebut.

"Iya tolong ya, Nduk. Ini Ummi tadi sebenarnya mau minta tolong kepada adik iparmu, tapi ternyata dia ada acara kawinan di rumah temannya. Mau minta tolong santri yang lain takut nanti malah kesasar, tidak tahu rumahnya." jawab Ummi Aminah dengan sabar.

Zahra mengangguk sambil berkata, "ya Ummi, nanti Zahra antarkan."

"Kalau bisa hari ini ya, supaya nanti undangannya tidak mendadak, dan Nayla bisa mengosongkan waktu untuk datang."

"Baik Ummi," jawab Zahra menyanggupinya.

"Anak itu selalu datang dan membantu walaupun sudah tidak mondok di sini lagi. dia sudah Umi anggap sebagai anak Umi sendiri. Apalagi rumahnya sangat jauh di luar pulau, kalau bukan kita yang memperhatikannya siapa lagi."

Zahra menatap mertuanya itu dalam-dalam.

'Ternyata selain aku, ada yang sangat menyayangimu di sini Nayla' pikir Zahra.

"Kamu gimana Kok terlihat kurus. apa Gus tidak merawatmu dengan baik. Kalau iya, bilang saja sama Ummi, nanti biar Umi Yang nasehati anak bandel itu."

Zahra tersenyum sambil menggelengkan kepala mendengar ucapan Umi Aminah yang sangat memperhatikannya tersebut.

"Tidak Ummi, Gus Afkar sangat baik sekali pada saya. Saya yang sepertinya kurang bisa merawat suami saya dengan baik."

Zahra sengaja berbohong supaya tidak menjadi beban pikiran mertuanya yang sudah lanjut usia tersebut.

"Alhamdulillah kalau begitu, tapi kalau sampai terjadi masalah, kamu bisa cerita sama Ummi. Yang namanya rumah tangga itu tidak selalu baik-baik saja, kamu bisa andalkan Ummi kalau kamu lagi ada masalah, ya Nduk," ucap Ummi Aminah mendinginkan pikirannya.

Wanita itu dari dulu sampai sekarang, ucapannya selalu terdengar lembut dan bijaksana, bahkan saat marah pada orang lain.

"Oh iya, Gus Afkar kira-kira pulang jam berapa? Apa dia sudah mengabarimu?" tanya beliau membuat Zahra bingung harus menjawab apa.

Ia terdiam sejenak.

"Sepertinya Gus sangat sibuk, Ummi. Nanti juga Insya Allah ngabari Zahra," jawab Zahra lembut sambil tersenyum.

"Masya Allah beruntungnya Gus Afkar mendapatkan istri sepertimu. nanti kalau sampai malam anak itu belum ngabari kamu juga, kamu bisa matur ke Ummi, biar Ummi nanti yang marahin dia," ujar Ummi sambil menepuk punggung tangan Zahra.

"Iya, terima kasih Ummi."

Istri kyai Amir tersebut kemudian pamit pulang ke kediamannya yang tak jauh dari rumah Gus Afkar sambil berjalan.

Zahra mengantarnya sampai keluar sembari menatap punggung wanita itu yang terlihat semakin jauh dan menghilang ke belokan.

Zahra memandang surat undangan haul pengasuh pondok yang tak lain adalah kakek dari suaminya, yang masih dipegangnya tersebut.

'Sekarang bagaimana aku harus izin kepada suamiku. Aku tak mungkin keluar tanpa izinnya, tapi aku juga tak mungkin untuk meminta izin padanya, aku kan lagi marahan sama dia' pikir Zahra yang masih merasa gengsi.

'Kalau bisa hari ini ya'

Zahra menghela nafas panjang, permintaan Umi Aminah itu mulai menggema dalam pikirannya.

******

'Kenapa kamu belum pulang juga, Gus. Kalau begini, bagaimana aku harus minta izin sama kamu?' pikir Zahra sambil menilik keluar dari balik kaca jendela rumahnya.

Hari sudah gelap, karena memang sudah hampir Isya'.

"Sepertinya mau tidak mau, aku harus chat kamu, Gus. kalau tidak, pasti aku akan kemalaman."

Zahra mulai mengeluarkan ponselnya, Ia masih berharap lelaki itu menelponnya atau sekedar mengirim pesan untuk memberi kabar. Namun nyatanya tidak ada satupun notif dari suaminya itu.

Zahra menarik nafas panjang. Ia kemudian mulai mengetik pesan bertuliskan "Assalamualaikum Gus, ini Zahra mau minta izin untuk mengirim undangan ke teman Zahra atas permintaan Ummi, apa boleh Gus?"

Tak sampai selang sedetik, suaminya itu membalasnya dengan mempersilahkannya pergi bersama seorang santriwati sambil memberi emoticon cinta.

Tanpa sadar Zahra tersenyum malu.

Ia kemudian keluar dari rumah itu, sambil mengeluarkan sepeda motor dan mengajak seorang santriwati untuk ikut bersamanya.

Zahra membonceng santriwati tersebut sembari mengajaknya bicara sepanjang jalan supaya tidak ngantuk, karena rumah kontrakan Nayla terbilang cukup jauh.

Tiba-tiba terdengar suara petir menyambar-nyambar. Sepertinya akan hujan sebentar lagi.

"Cuaca akhir-akhir ini memang sering berubah ya Ning Zahra," tanya santriwati yang sedang diboncengnya itu dengan sedikit keras.

"Iya harusnya tadi kita bawa jas hujan. Biar aku percepat, ya. Kamu pegangan yang erat," jawab Zahra sambil mengemudikan motornya dengan sedikit ngebut.

Ia mulai menyesal kenapa tadi ia tidak meminjam mobil saja pada Ummi, apalagi sekarang Ia lupa membawa jas hujan.

'Astagfirullah.... Allahumma shoyyiban Nafi'ah' gumannya berdoa di dalam hati.

Tak Ayal di tengah jalan hujan turun begitu deras, untungnya hanya tinggal beberapa meter saja dari rumah.

Meski begitu tetap saja badan keduanya setengah basah.

Zahra segera memasukkan sepedanya ke dalam teras rumah Nayla. Ia baru saja sampai di sana.

"Alhamdulillah akhirnya sampai ya, Ning Zahra." ucap santriwati tersebut.

"Iya Alhamdulillah, tapi maaf ya kamu jadi basah kuyup karena Ning lupa bawa jas hujan," jawab Zahra yang melihat santriwatinya itu mendekap kedua tangannya di depan dadanya.

Santriwati itu hanya tersenyum dan berkata, "tidak apa-apa, Ning. sudah lama saya tidak jalan-jalan keluar."

Zahra jadi ingat saat dia mondok dulu, bisa jalan-jalan keluar saja, itu sudah sangat membahagiakannya.

Zahra kemudian membalikkan badannya he ndak mengetuk pintu Nayla. Tapi anehnya rumah itu kelihatan sangat gelap.

"Sepertinya Kak Nayla tidak ada di rumah ya, Ning," ucap santriwati itu.

"Sepertinya," jawab Zahra setuju dengan ucapan santriwatinya tersebut, tapi dia tetap mengetuk pintu itu.

"Tidak ada salahnya mencoba, ya kan," jawab Zahra bijak.

Namun tidak ada sahutan sedikitpun dari dalam rumah tersebut, benarlah pikiran keduanya bahwa Nayla sedang tidak ada di rumah.

"Kita tunggu di sini sebentar, toh sedang hujan," ajak Zahra pada santriwati itu sembari duduk di atas kursi panjang yang ada di pojokan serambi rumah tersebut.

Zahra mulai menggosok-gosok tangannya dan menempelkannya pada pipi dan dagunya.

Hawa udara di sekitar rumah itu memang dingin karena hujan. Apalagi hari juga sudah malam.

"Kamu kalau kedinginan gosok tanganmu seperti ini, lalu tem..."

Belum selesai Zahra memberi saran pada santriwatinya itu, Seberkas cahaya dari lampu mobil yang barusan masuk ke halaman rumah itu membiaskan pandangan dari keduanya.

"Sepertinya Kak Nayla sudah pulang, Alhamdulillah," ucap santriwatinya tersebut.

Namun Zahra terkesiap kaget mendapati mobil yang sepertinya milik suaminya tersebut terparkir di depannya.

Ia sontak bangkit dan begitu was-was menanti pemilik mobil tersebut keluar.

'Gus Afkar'

'Nayla'

Episodes
1 1. Abi Naik Pitam Menjodohkanku
2 Dinginnya Sikapmu, Gus
3 Kembalinya Sang Pujaan Hati
4 Peringatan Keras Gusku
5 Diabaikan
6 Salah Paham
7 Kok Bisa, Gus
8 Terluka?
9 Salah Bicara
10 Tidak seperti dugaan, Ummi
11 So Sweet, Gus
12 Penagih Janji
13 Perasaan Aneh
14 Aku Cinta Pertamanya?
15 Allah, Sakit!
16 Andai Sahabatku tak Mencintaimu
17 Haruskah kuingkari janjiku?
18 Tersentuh...
19 Dek!
20 Cemburu
21 Mantra Pemikat Seorang Gus
22 Caring Vs Loving
23 Takdir Surgaku
24 Aku Mencintaimu
25 Terperanjat
26 Aku bukan Pengkhianat
27 Dinginnya kembali sikapmu, Gus
28 Dididik situasi
29 Bagaimana bisa?
30 Ketika hati mulai bertanya
31 Aku tidak cemburu
32 Mengapa aku terus memikirkannya
33 Melunak
34 Bagaimana dia bisa tau?
35 Jangan Menungguku!
36 Diprank ipar
37 Bimbang
38 Ketika hati mulai serakah
39 Cincin?
40 Beri aku waktu!
41 Nasehat Ummi
42 Maaf, Kak!
43 Kembalilah pada keluargamu!
44 Kala hati sudah kalah
45 Cukup!
46 Apa aku masih punya kesempatan?
47 Aku tidak baik-baik saja
48 Menunggu pertolongan Ilahi
49 Apa kau bisa menebak isi hatiku?
50 Ayo bersama lagi!
51 Belum cukup
52 Gugup
53 Harga seorang suami
54 Allah!
55 Aku hanya tidak siap
56 Kuat!
57 Kau adalah doaku
58 Wanita Istimewa
59 Perhatian Tersembunyi
60 Istri Seutuhnya
61 Jangan tanya pendapatku!
62 Serba bingung
63 Izin seorang kakak
64 Merajuk
65 Terenyuh
66 Panggilan tak terduga
67 Gombal terus!
68 Kami menyayangimu, Nay!
69 Terlanjur buruk
70 Tambah merasa bersalah
71 Dihantui rasa bersalah
72 Berita tak terduga
73 Apa ada yang kau sembunyikan?
74 Pulang
75 Kita pikirkan bersama
76 Sungguh! Aku tak tau
77 Beban Seorang Bu Nyai
78 Tak Senang
79 Tak seperti dugaan, Ummi!
80 Kabar bahagia...
81 Reaksi Sang Suami
82 Apa lagi ini?
83 Sungguh, aku tak punya hubungan dengannya!
84 Jangan tinggalkan aku!
85 Jangan Menyentuh Istriku
86 Wanita Asing
87 Terkuak
88 Anugerah itu hadir
89 Kepoin Yang Baru
Episodes

Updated 89 Episodes

1
1. Abi Naik Pitam Menjodohkanku
2
Dinginnya Sikapmu, Gus
3
Kembalinya Sang Pujaan Hati
4
Peringatan Keras Gusku
5
Diabaikan
6
Salah Paham
7
Kok Bisa, Gus
8
Terluka?
9
Salah Bicara
10
Tidak seperti dugaan, Ummi
11
So Sweet, Gus
12
Penagih Janji
13
Perasaan Aneh
14
Aku Cinta Pertamanya?
15
Allah, Sakit!
16
Andai Sahabatku tak Mencintaimu
17
Haruskah kuingkari janjiku?
18
Tersentuh...
19
Dek!
20
Cemburu
21
Mantra Pemikat Seorang Gus
22
Caring Vs Loving
23
Takdir Surgaku
24
Aku Mencintaimu
25
Terperanjat
26
Aku bukan Pengkhianat
27
Dinginnya kembali sikapmu, Gus
28
Dididik situasi
29
Bagaimana bisa?
30
Ketika hati mulai bertanya
31
Aku tidak cemburu
32
Mengapa aku terus memikirkannya
33
Melunak
34
Bagaimana dia bisa tau?
35
Jangan Menungguku!
36
Diprank ipar
37
Bimbang
38
Ketika hati mulai serakah
39
Cincin?
40
Beri aku waktu!
41
Nasehat Ummi
42
Maaf, Kak!
43
Kembalilah pada keluargamu!
44
Kala hati sudah kalah
45
Cukup!
46
Apa aku masih punya kesempatan?
47
Aku tidak baik-baik saja
48
Menunggu pertolongan Ilahi
49
Apa kau bisa menebak isi hatiku?
50
Ayo bersama lagi!
51
Belum cukup
52
Gugup
53
Harga seorang suami
54
Allah!
55
Aku hanya tidak siap
56
Kuat!
57
Kau adalah doaku
58
Wanita Istimewa
59
Perhatian Tersembunyi
60
Istri Seutuhnya
61
Jangan tanya pendapatku!
62
Serba bingung
63
Izin seorang kakak
64
Merajuk
65
Terenyuh
66
Panggilan tak terduga
67
Gombal terus!
68
Kami menyayangimu, Nay!
69
Terlanjur buruk
70
Tambah merasa bersalah
71
Dihantui rasa bersalah
72
Berita tak terduga
73
Apa ada yang kau sembunyikan?
74
Pulang
75
Kita pikirkan bersama
76
Sungguh! Aku tak tau
77
Beban Seorang Bu Nyai
78
Tak Senang
79
Tak seperti dugaan, Ummi!
80
Kabar bahagia...
81
Reaksi Sang Suami
82
Apa lagi ini?
83
Sungguh, aku tak punya hubungan dengannya!
84
Jangan tinggalkan aku!
85
Jangan Menyentuh Istriku
86
Wanita Asing
87
Terkuak
88
Anugerah itu hadir
89
Kepoin Yang Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!