Kitty merasakan sentuhan Calvin dan segera menghentikan aksinya. Ia menatap pria itu dengan cemas.
"Kamu sudah tidak apa-apa?" tanya Kitty sambil memeriksa dahi Calvin.
Calvin yang berusaha menegakkan tubuhnya, melihat Kitty dengan pandangan samar.
"Tidak panas! Wajahmu juga tidak pucat lagi. Artinya kamu sudah hidup kembali," ucap Kitty dengan lega. Dia lalu memapah tubuh Calvin dan membantu pria itu duduk.
Kitty menahan tubuh Calvin, memberikan sandaran yang dibutuhkan oleh pria itu. "Sebenarnya kamu sakit apa? Dan ini obat apa?" tanya Kitty sambil melihat botol obat yang ada di tangannya.
Calvin merebut botol itu dengan cepat dari tangan Kitty. "Bukan apa-apa, hanya vitamin saja," jawabnya dengan suara pelan, tidak ingin penyakitnya diketahui oleh orang lain.
Kitty memandang Calvin dengan penuh curiga. "Apa kamu yakin tidak apa-apa? Setelah keluar dari sini kamu harus ke rumah sakit sebelum ke kamar mayat!" kata Kitty dengan nada ceplas-ceplos yang biasa.
Calvin terdiam dan bingung, Ia ingin mendorong gadis itu jauh-jauh, namun tidak tahu kenapa ia tidak bisa melakukannya.
Klek!"
Pintu gudang terbuka dan asisten Calvin, Bowie, datang bersama seorang karyawan kafe.
"Tuan," seru Bowie dengan cemas saat melihat kondisi atasannya.
"Akhirnya kamu datang! Bosmu tadi sudah meninggal dan sekarang hidup kembali," kata Kitty.
Bowie langsung menghampiri Calvin dan memapahnya hingga berdiri. "Apa yang terjadi, Tuan? Apa anda tidak apa-apa?" tanyanya dengan khawatir.
"Hanya pingsan saja! Mungkin karena di sini sangat panas," jawab Calvin dengan alasan yang dibuat-buat.
Kitty tersenyum tipis. "Aku sempat memberi nafas untuk bosmu. Setelah itu dia sadar," katanya.
"Memberi nafas?" Bowie hampir tidak percaya dengan apa yang didengarnya.
"Iya, aku memberi nafas dari mulut ke mulut. Akhirnya aku berhasil," jawab Kitty dengan bangga.
Calvin terdiam dan memijat keningnya. Ia merasa malu karena diketahui oleh bawahannya.
"Ternyata begitu. Terima kasih, Nona," ucap Bowie dengan tulus.
Tiba-tiba, karyawan kafe itu menginterupsi. "Tuan, Nona, maaf atas kejadian yang tidak menyenangkan ini. Tapi, kenapa anda berdua bisa terperangkap di sini? Ini adalah gudang yang dilarang masuk oleh orang luar," tanyanya dengan nada bingung.
Kitty segera menjawab dengan nada keras. "Kamu masih berani bertanya pada kami? Kalau bukan karena kesalahan kalian, kami mana mungkin bisa masuk ke dalam sini."
Karyawan itu menelan ludah, gugup. "Kenapa bisa terjadi?" tanyanya dengan takut-takut.
Kitty mendekatkan wajahnya ke arah karyawan itu, menatapnya tajam. "Masih berani bertanya? Kenapa tidak bertanya pada rekanmu yang lain saja? Apakah kamu tahu, tuan tampan ini hampir meninggal karena tidak ada udara di sini. Kalau sampai dia meninggal, apakah kafe kalian bisa tanggung jawab?"
Karyawan itu menunduk dengan penuh penyesalan. "Maaf, atas kejadian ini, Tuan," ucapnya kepada Calvin.
Kitty melambaikan tangannya dengan sikap angkuh. "Tunjukkan jalan keluarnya. Kalau di sini lagi, kami bisa mati cepat!" perintahnya tanpa rasa bersalah.
Calvin memandang Kitty, "Gadis ini, dia yang masuk sendiri dan menyalahkan mereka. Sungguh pintar cari alasan membela diri," batinnya, menggelengkan kepala.
Setelah meninggalkan kafe, Calvin segera dilarikan ke rumah sakit oleh Bowie. Setibanya di rumah sakit, ia langsung ditangani oleh dokter pribadinya. Dokter itu dengan cekatan memeriksa keseluruhan tubuh Calvin, mengamati setiap tanda vital dengan cermat.
"Untung saja gadis itu bisa melakukan CPR, sehingga nyawamu terselamatkan. Kenapa bisa tiba-tiba? Apakah kamu tidak minum obat?" tanya dokter itu dengan nada serius sambil memeriksa stetoskop di dadanya.
Calvin berbaring di ranjang, menghela napas berat. "Sudah minum! Hanya saja belakangan ini selalu saja kambuh, apakah kondisi jantungku semakin parah?" tanyanya dengan cemas.
Dokter itu meletakkan catatan medisnya, menatap Calvin dengan penuh perhatian. "Semakin memburuk," jawabnya dengan nada penuh kewaspadaan.
"Kamu harus benar-benar menjaga kesehatanmu. Kamu terlalu mengejar kariermu. Bisnis keluargamu begitu luas dan kamu sendiri yang mengurusnya. Bukankah sangat melelahkan? Seharusnya kamu memiliki waktu sendiri untuk istirahat."
Calvin menatap langit-langit ruangan, merasakan beban yang semakin berat di dadanya. "Aku tahu, tapi aku tidak bisa meninggalkan tanggung jawab ini begitu saja," gumamnya dengan suara lemah.
Dokter itu mengangguk, memahami situasi yang dialami oleh pasiennya. "Kami sedang mencari pendonor jantung agar kita bisa segera melakukan transplantasi jantung," lanjutnya. "Ini bukan hal yang bisa ditunda lagi, Calvin. Kondisimu semakin hari semakin memburuk, dan transplantasi adalah satu-satunya jalan."
"Kali ini kamu dianggap beruntung. Lain kali jangan sampai terjadi lagi. Karena tidak semua orang bisa melakukan CPR... mungkin saja gadis itu adalah bagian dari kedokteran," ucap dokter sambil menatap Calvin dengan tajam.
Calvin mengubah posisi duduknya, merasakan nyeri di dadanya. "Bukan! Dia hanya virus pembawa masalah," jawabnya dengan nada sinis, mengingat kejadian di gudang kafe.
Dokter itu tersenyum tipis, menyadari ada sesuatu yang lebih dalam di balik kata-kata Calvin. "Sepertinya kamu tidak menyukai dia," katanya, sambil memeriksa tekanan darah Calvin sekali lagi. "Kamu istirahatlah. Kalau butuh sesuatu, beritahu saja."
Calvin mengangguk, meski pikirannya masih berputar-putar memikirkan gadis yang baru saja menyelamatkannya. "Terima kasih," katanya dengan suara pelan.
Calvin duduk terdiam, pikirannya terus kembali ke saat ketika gadis itu memberikan nafas buatan, menyelamatkannya dengan ciuman dari mulut ke mulut. Ia juga teringat bagaimana gadis itu mengusiknya dengan kedua tangannya, dan wajahnya yang dicubit oleh gadis itu. Pikiran itu membuat Calvin tersenyum tipis, tanpa sadar. Di pintu kamar, Bowie berdiri mengamati reaksi aneh atasannya.
"Ada apa dengan Tuan? Mengapa diam saja? Sepertinya ada yang mengganggu pikirannya," batin Bowie.
Ketika melihat Calvin tersenyum, Bowie semakin penasaran. "Tuan tersenyum? Apa yang membuatnya tersenyum? Selama mengikutinya, tidak pernah melihat senyumannya, bahkan terhadap ayahnya sendiri juga tidak bisa senyum," gumam Bowie pelan.
Dengan penasaran, Bowie bertanya, "Tuan, apakah terjadi sesuatu?"
Calvin tiba-tiba memerintahkan, "Bowie, bawa angsa itu kemari!"
"Angsa? Tuan, kenapa tiba-tiba...?" tanya Bowie, tetapi ia terdiam saat melihat tatapan tajam dari atasannya.
"Jangan banyak bertanya! Bawa dia ke hadapanku!" perintah Calvin dengan tegas.
"Iya, Tuan," jawab Bowie dengan patuh.
Bowie bergerak cepat keluar dari kamar dan memberi perintah kepada rekannya. "Rom, kamu pergi cari angsa. Atasan tiba-tiba meminta angsa!"
"Angsa bakar atau angsa yang masih hidup?" tanya Rom bingung.
"Tuan tidak mengatakannya, bawa saja yang bakar dan yang masih hidup!" jawab Bowie.
Bowie pun bergumam, "Ini pasti karena gadis itu, sehingga Tuan tiba-tiba ingin makan daging angsa."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
🍁Naura❣️💋👻ᴸᴷ
😂😂😂😂🙈 astagfirullah Bowie bukan angsa untuk d makan tapi penjual angsanya🤦🏽♀️🤦🏽♀️🤦🏽♀️
2024-07-28
0
Elizabeth Zulfa
🤣🤣🤣🤣🤣bkan angsa ono baaaaaaang.... tpi si gadis pe jual angsanya 🤭🤭
2024-07-27
0
🍒⃞⃟🦅Pisces
psti asistennya slah paham 🤣
2024-07-23
0