Dilema

Keesokan paginya, pagi-pagi sekali Andrian dan keluarganya sudah kembali ke Jakarta. Saat dalam perjalanan pulang, Marissa, Tania, Andrian, dan Nurlela berada dalam satu taksi. Sementara Ellena, suaminya, sang ayah, dan anak laki-lakinya di taksi lainnya.

"Yan, kamu sudah hubungi Yaya?" tanya Marissa.

"Sudah. Tapi panggilanku nggak dijawabnya," jawab Andrian seraya menghela nafas.

"Dia nggak ada hubungi kamu sama sekali?" tanya Nurlela.

"Nggak."

"Istri macam apa itu? Pergi bareng-bareng, pulang sendirian. Dasar, istri nggak ada akhlak. Nyesel mama kasi kamu restu menikahi dia. Kalau saja ayahnya bukan dokter, mana mungkin mama setuju. Pantas saja dia cuma bekerja sebagai manajer restoran, ternyata itu karena dia anak haram ibunya," ujar Nurlela bersungut-sungut.

Marissa dan Andrian saling menoleh. "Em, bagaimana kalau aku yang mencoba bicara dengan Yaya? Sepertinya dia salah paham dengan hubungan kita?" ujar Marissa.

"Tidak perlu. Aku akan bicara sendiri dengan Yaya nanti," sergah Andrian.

"Apa yang Rian katakan benar, Sa. Lebih baik kau fokus saja pada Tania dan pekerjaanmu. Oh ya, lusa Mama mau ke butikmu, boleh?" Marissa membelalakkan matanya.. Dengan ragu, ia pun mengangguk.

"Bo-boleh, Ma. Mama kabarin aja kalau mau datang ke sana," ucapnya membuat Nurlela tersenyum lebar.

...***...

Sampai di rumah, Andrian gegas mencari Yaya di kamar. Ia pikir Yaya pulang ke sana. Tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Yaya, Andrian pun bertanya pada art di rumahnya.

"Jum, apa beberapa yang yang lalu istri saya ada pulang ke rumah?" tanya Andrian.

"Nggak ada, Den. Non Yaya nggak ada datang kemari," jawab Jumi.

Andrian berdecak. "Apa dia pulang ke rumah orang tuanya? Kacau kalau benar," gumam Andrian.

"Apa Den? Saya nggak dengar."

"Nggak ada," jawab Andrian sambil lalu. Sambil berjalan, ia kembali mencoba menghubungi Yaya. Yaya yang baru saja selesai membantu di luar, segera memeriksa ponselnya. Di saat yang sama, Andrian melakukan panggilan padanya.

Yaya menghela nafas panjang. Yaya berusaha menekan egonya. Berharap setelah ini segala permasalahan akan segera usai. Ia pun mengangkat panggilan itu.

"Assalamu'alaikum," ucap Yaya saat panggilan terangkat.

"Wa'alaikumussalam. Astaga, Yaya. Kamu kemana aja sih? Aku coba hubungi kamu dari tadi lho, tapi malah nggak kamu angkat-angkat," ucap Andrian.

"Aku sibuk. Ada apa?" Padahal ingin hati bersikap lembut seperti biasa, tapi entah kenapa saat berbicara dengan Andrian, ia justru bersikap ketus, datar, dan dingin seperti ini.

"Kamu masih marah sama, Mas? Maafin Mas ya. Kamu dimana? Biar Mas susul," ujar Andrian mencoba bersikap lembut.

"Aku di resto ... "

"Resto yang di Thamrin?"

Yaya terdiam sejenak. Hati dan pikirannya seakan tidak sinkron. Pikiran mengatakan agar ia bisa memberikan kesempatan pada Andrian demi mempertahankan rumah tangga mereka yang usianya bahkan belum seumur jagung tersebut, tapi hatinya justru memaksanya untuk membentengi diri dan tidak mudah memberikan kesempatan.

Yaya dilema.

"Yaya, kau masih ada di sana?" panggil Andrian.

"Ya," jawab Yaya singkat.

"Ayolah, Sayang. Jangan lama-lama marahnya. Kita ini pengantin baru lho. Maafin Mas ya yang sudah marah-marah sama kamu tempo hari. Mas hanya nggak enak sama Marissa. Mas beneran bantu dia karena kemanusiaan aja kok. Apalagi Mas kenal dia dari kecil. Orang tuanya juga. Dari kecil hidupnya tuh kasian banget. Makanya Mas udah anggap dia seperti adik sendiri alih-alih sebagai sahabat. Kamu mau 'kan maafin Mas? please!" melas Andrian.

Yaya bingung harus bersikap bagaimana. Ia pun akhirnya mengatakan keberadaannya.

"Aku ada di Kampung Kita cabang Kalibata," jawab Yaya membuat Andrian tersenyum lega.

"Alhamdulillah. Siang nanti aku ke sana ya? Kita makan siang bersama, mau?"

"Hmmm ... " Hanya itu yang Yaya ucapkan. Setelahnya, ia pun menutup panggilan.

Yaya menghembuskan nafas kasar. Entah kenapa hatinya terus-terusan merasa tak nyaman. Ia tak tahu, keputusannya ini sudah benar atau salah. Ia hanya bisa berserah pada yang maha kuasa. Berharap segera diberikan petunjuk, jalan mana yang harus ia pilih.

...***...

Seperti yang Andrian katakan pagi tadi, siangnya ia datang ke resto untuk mengajak Yaya makan siang berdua. Andrian mengajak Yaya ke sebuah cafe dimana mereka pernah makan siang berdua pertama kali. Andrian memperlakukannya dengan begitu baik dan penuh perhatian, sama seperti saat mereka baru berkenalan dulu. Lebih tepatnya sebelum Marissa kembali hadir dalam kehidupan Andrian.

Setelah kehadiran Marissa, Andrian jadi sering sibuk. Ada saja yang harus dikerjakannya membuat waktunya sering tersita. Namun karena mereka tidak berpacaran, Yaya tidak pernah mempermasalahkannya. Meskipun ada perasaan kecewa, tapi sebisa mungkin ia menghalaunya.

Hingga suatu hari, Andrian mengajaknya berkomitmen. Ia pikir ini awal yang baik untuk mereka. Ia pikir setelah ini Andrian bisa hanya fokus pada mereka saja. Namun kenyataan berbicara sebaliknya. Andrian tetap sibuk dengan Marissa dan anaknya. Meskipun Andrian berkali-kali mengatakan kalau mereka tidak memiliki hubungan selain persahabatan dan ia pun sudah menganggapnya seperti adik sendiri, entah kenapa hari Yaya masih meragu.

'Kenapa perasaan ini justru hadir setelah aku menikah? Kenapa tidak sebelumnya saja? Ya Allah, bila pernikahan ini masih bisa aku pertahanan, aku mohon berikanlah jalan keluar dan tabahkanlah hati ini dalam menjalaninya. Namun bila pernikahan ini hanya akan membawa kemudharatan bagi kami, aku mohon bantulah aku melepaskan diri. Sesungguhnya hanya Engkau sebaik-baiknya pemberi pertolongan.'

"Ya, kok melamun?" tegur Andrian membuat Yaya tersentak.

"Ah, eng-enggak kok," kilah Yaya gelagapan.

"Jadi kamu mau 'kan pulang ke rumah?"

"Em, maaf, Mas. Untuk sementara ini, aku nggak bisa."

"Kenapa?"

"Em, itu, aku harus ke luar kota beberapa hari nanti. Akan ada pembukaan cabang baru Kampung Kita Resto. Jadi aku ditugaskan survei lokasi terlebih dahulu," ujar Yaya yang sebenarnya berdusta. Tapi untuk pembukaan cabang baru Kampung Kita Resto memang ada dan sebenarnya Alifa lah yang ditugaskan untuk melakukan survei. Namun karena Yaya masih ingin menyendiri, ia pun memilih untuk mengambil alih tugas tersebut.

Andrian menghela nafas berat. "Ya sudah. Tapi setelah ini kita tinggal bersama lagi 'kan? Sepulangnya kamu dari tugas luar kota, kita akan pindah ke apartemen."

Yaya mengangguk setuju. Setelah makan siang, Yaya pun kembali ke restoran. Keesokan harinya, ia pun benar-benar pergi ke kota dimana ia akan membuka cabang restorannya.

Setibanya di kota tujuan, Yaya pun segera menaiki taksi yang sudah standby di area bandara. Jarak ke hotel tempat Yaya menginap kurang lebih satu jam perjalanan. Yaya sengaja memilih hotel tersebut karena letaknya yang memang dekat dengan lokasi pembangunan cabang restorannya.

Namun saat di pertengahan perjalanan, tiba-tiba terjadi kecelakaan beruntun. Beruntung mobil Yaya selamat dari kecelakaan itu. Melihat banyaknya korban kecelakaan, membuat hati Yaya tergugah. Ia pun segera turun untuk melihat para korban siapa tahu ada yang bisa ia bantu.

Menjadi anak seorang dokter, tentu ia sedikit menguasai keahlian medis yang salah satunya pertolongan pertama pada korban kecelakaan. Saat mobil ambulans datang, Yaya pun membantu memberikan penjelasan pada para petugas mengenai keadaan para korban. Alhasil, mereka pun meminta Yaya turut serta mengantarkan korban ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan sesegera mungkin.

...***...

...Happy reading 🥰🥰🥰 ...

Terpopuler

Comments

Budi Paryanti

Budi Paryanti

memang tuk sementara bagus xa di hindari dulu pulang ke rumah mertua daripada nanti makin di keroyok ama mertua dan juga adik ipar....sambil berpikir apakah pantas bettahan dalam situasi rumah tangga yg morat marit atau menyudahi saja semua xa

2024-11-25

2

Diajeng lope

Diajeng lope

jika aku jdi yaya lbh baik sakit sekarang ga berlarut2 dri pda bersama .suami ko istri pergi ga telp hdweh trus byk wanita krn nama baik biar hati yg jdi korban hmhmhmhm

2024-11-22

0

Marina Tarigan

Marina Tarigan

jgn mudah ikut saran Adrian yaya lamu harus bertahan agar bisa ontropeksi diri dulu terutama suamimu dan keluarga suamimu jgn lemot sebagai pengusaha

2025-03-05

0

lihat semua
Episodes
1 Pesta Pernikahan
2 Malam pertama
3 Kecewa
4 Alasan kebencian
5 Di pantai
6 6
7 Pulang
8 Tempat kembali
9 Dilema
10 Layu sebelum berkembang
11 Pulang
12 Foto
13 Makan siang
14 Tercabik-cabik
15 ide
16 Mengikuti
17 Hancur
18 FWB
19 Akhirnya tahu
20 Geram
21 Djiwa in action
22 Pengadilan agama
23 Kedatangan ...
24 Curi-curi pandang
25 I-itu ...
26 Hati seorang ibu
27 Lho, kok ...
28 28
29 Dinding
30 Dia ...
31 Dapur
32 Kamar mandi
33 Tawaran tak terduga
34 Restoran
35 Pergi
36 Kehilangan
37 Di rumah sakit
38 Menyesal
39 Terbayang
40 Mall
41 Terbelalak dan menganga
42 42
43 43
44 44
45 Diusir
46 46
47 47
48 Suara familiar
49 49
50 50
51 51
52 Usaha Andrian
53 Jodohku
54 Ini ...
55 55
56 Misi
57 kerja sama
58 Berliku
59 Pingin buruan dihalalin
60 60
61 Kepergok
62 62
63 Laki-laki mokondo?
64 Terkezoet
65 Trauma
66 Kamu
67 67
68 68
69 Panic attack
70 Malu
71 Riuh
72 Teriak
73 Ambyar
74 Panas
75 75
76 Gagal lagi?
77 Sunshine, kamu ...
78 78
79 79
80 80
81 81
82 82
83 83
84 84
85 85
86 86
87 87
88 88
89 Patah
90 Ali
91 91
92 92
93 93
94 94
95 95
96 96
97 97
98 98
99 99
100 100
101 101
102 102
103 103
104 104
105 105
106 106
107 107
108 108
109 109 (S2 bag. 1)
110 110 (S2 bag. 2)
111 111 (S2 bag. 3)
112 112 (S2 Bag. 4)
113 113 (S2 Bag. 5)
114 114 (S2 Bag. 6)
115 115 (S2 Bag. 7)
116 116 (S2 Bag. 8)
117 117 (S2 Bag. 9)
118 118 (S2 Bag. 10)
119 119 (S2 Bag. 11)
120 120 (S2 Bag. 12)
121 121 (S2 Bag. 13)
122 122 (S2 Bag. 14)
123 123 (S2 Bag. 15)
124 124 (S2 Bag. 16)
125 125 (S2 Bag. 17)
126 126 (S2 Bag. 18)
127 127 (S2 Bag. 19)
128 128 (S2 Bag. 20)
129 129 (S2 Bag. 21)
130 130 (S2 Bag. 22)
131 131 (S2 Bag. 23)
132 132 (S2 Bag. 24)
133 133 (S2 Bag. 25)
134 134 (S2 Bag. 26)
135 135 (S2 Bag. 27)
136 136 (S2 Bag. 28)
137 137 (S2 Bag. 29)
138 138 (S2 Bag. 30)
139 Bonchap uhuy
Episodes

Updated 139 Episodes

1
Pesta Pernikahan
2
Malam pertama
3
Kecewa
4
Alasan kebencian
5
Di pantai
6
6
7
Pulang
8
Tempat kembali
9
Dilema
10
Layu sebelum berkembang
11
Pulang
12
Foto
13
Makan siang
14
Tercabik-cabik
15
ide
16
Mengikuti
17
Hancur
18
FWB
19
Akhirnya tahu
20
Geram
21
Djiwa in action
22
Pengadilan agama
23
Kedatangan ...
24
Curi-curi pandang
25
I-itu ...
26
Hati seorang ibu
27
Lho, kok ...
28
28
29
Dinding
30
Dia ...
31
Dapur
32
Kamar mandi
33
Tawaran tak terduga
34
Restoran
35
Pergi
36
Kehilangan
37
Di rumah sakit
38
Menyesal
39
Terbayang
40
Mall
41
Terbelalak dan menganga
42
42
43
43
44
44
45
Diusir
46
46
47
47
48
Suara familiar
49
49
50
50
51
51
52
Usaha Andrian
53
Jodohku
54
Ini ...
55
55
56
Misi
57
kerja sama
58
Berliku
59
Pingin buruan dihalalin
60
60
61
Kepergok
62
62
63
Laki-laki mokondo?
64
Terkezoet
65
Trauma
66
Kamu
67
67
68
68
69
Panic attack
70
Malu
71
Riuh
72
Teriak
73
Ambyar
74
Panas
75
75
76
Gagal lagi?
77
Sunshine, kamu ...
78
78
79
79
80
80
81
81
82
82
83
83
84
84
85
85
86
86
87
87
88
88
89
Patah
90
Ali
91
91
92
92
93
93
94
94
95
95
96
96
97
97
98
98
99
99
100
100
101
101
102
102
103
103
104
104
105
105
106
106
107
107
108
108
109
109 (S2 bag. 1)
110
110 (S2 bag. 2)
111
111 (S2 bag. 3)
112
112 (S2 Bag. 4)
113
113 (S2 Bag. 5)
114
114 (S2 Bag. 6)
115
115 (S2 Bag. 7)
116
116 (S2 Bag. 8)
117
117 (S2 Bag. 9)
118
118 (S2 Bag. 10)
119
119 (S2 Bag. 11)
120
120 (S2 Bag. 12)
121
121 (S2 Bag. 13)
122
122 (S2 Bag. 14)
123
123 (S2 Bag. 15)
124
124 (S2 Bag. 16)
125
125 (S2 Bag. 17)
126
126 (S2 Bag. 18)
127
127 (S2 Bag. 19)
128
128 (S2 Bag. 20)
129
129 (S2 Bag. 21)
130
130 (S2 Bag. 22)
131
131 (S2 Bag. 23)
132
132 (S2 Bag. 24)
133
133 (S2 Bag. 25)
134
134 (S2 Bag. 26)
135
135 (S2 Bag. 27)
136
136 (S2 Bag. 28)
137
137 (S2 Bag. 29)
138
138 (S2 Bag. 30)
139
Bonchap uhuy

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!