Kecewa

Sepanjang malam, Yaya tidak bisa tidur. Ia terus saja memikirkan sang suami yang tak kunjung kembali ataupun memberi kabar. Yaya jadi ikut khawatir. Takut terjadi sesuatu pada gadis kecil itu. Apalagi mengingat dirinya yang dulu pernah mengalami penyakit yang membuatnya tidak bisa bersekolah seperti anak-anak lainnya.

Pagi menjelang, tapi Andrian tak kunjung kembali. Padahal ini sudah masuk jam sarapan. Karena masih suasana pesta, mereka harus berkumpul di restoran yang sudah dipesankan Danang sebelumnya.

Yaya bingung. Apa yang akan ia katakan bila orang tuanya menayangkan keberadaan Andrian. Tidak mungkin 'kan ia katakan kalau Andrian pergi meninggalkannya di malam pertama karena anak sahabatnya yang tiba-tiba panas tinggi?

Yaya menghembuskan nafas resah. Ia keluar dari dalam lift dan berjalan menuju restoran dengan perasaan yang campur aduk. Saat di depan pintu restoran, ia berpapasan dengan kedua orang tuanya yang ternyata juga baru datang.

"Yaya, Rian mana?" tanya Dina saat melihat Yaya berjalan seorang diri.

"Ah, Mas Rian-nya ... "

"Pagi, Ma, pagi, Pa. Maaf, tadi aku nggak sengaja ketemu teman di sana. Jadi minta Yaya duluan aja."

Tiba-tiba saja Andrian sudah berdiri di samping Yaya. Yaya sontak saja terkejut. Ia menoleh dan menatap wajah Andrian yang menatapnya dengan senyum merekah.

"Oh, Mama pikir kamu tadi kemana. Ya udah, yuk kita ke dalam. Kayaknya orang tuamu juga sudah di dalam," ujar Dina lembut.

"Iya, Ma," jawab Yaya.

"Ayo, Sayang," ujar Andrian sambil menggandeng tangan Yaya masuk ke dalam restoran.

Di dalam restoran ternyata memang kedua orang tua Andrian sudah datang. Juga adik Andrian dan suami serta seorang anaknya.

"Jadi setelah ini kalian akan tinggal dimana?" tanya Danang setelah selesai sarapan. Mereka masih duduk di sana sambil bercengkerama.

"Em, kami belum sempat membahasnya, Pa," jawab Andrian. "Bagaimana, Sayang?"

"Kita tinggal di rumah mama papa dulu beberapa hari bagaimana? Setelah itu rumah mama papamu, baru deh pindah ke apartemen mu, Mas. Gimana?" ujar Yaya. Ia memang sudah tahu kalau Andrian memiliki sebuah apartemen minimalis.

"Tapi apartemenku kecil lho. Cuma ada satu kamar aja, kamu nggak papa?" tanya Andrian.

"Aku nggak papa. Yang penting kita tinggal bersama."

"Ya udah. Terserah kamu aja."

"Bagaimana dengan rencana bulan madu kalian?" tanya Danang lagi.

"Rencananya kami akan bulan madu Minggu depan, Pa. Lusa aku ada pertemuan penting jadi nggak bisa nggak ngantor. Aku sudah membahasnya dengan Yaya."

"Memangnya kalian mau kemana?" timpal Nurlela.

"Ke Bali, Ma." Yaya yang menjawab.

"Wah, enak banget kalian! Yan, kamu selama ini belum pernah lho ajak Mama jalan-jalan. Mama ikut ya?" celetuk Nurlela.

Sontak saja mata Dina, Danang, dan Yaya membulat. Mereka ini ingin pergi bulan madu, kok ibu Andrian ingin ikut juga?

"Kenapa? Nggak boleh? Ingat lho, surga itu ada di bawah telapak kaki ibu. Membahagiakan ibu itu penting dan kamu belum pernah membawa Mama jalan-jalan. Masa' Mama yang udah melahirkan dan membesarkan kamu kalah sama perempuan yang baru jadi istri kamu ini." Nurlela memasang wajah sendu.

Yaya ingin menolak, tapi khawatir disebut menantu durhaka. Padahal ia baru saja menjadi istri Andrian. Ia harap Andrian menolak permintaan mamanya itu. Bukannya melarang, tapi belum saatnya. Nanti Yaya akan menjadwalkan kapan mereka akan pergi jalan-jalan bersama. Tapi bukan sekarang.

"Ya udah, Mama ikut aja. Nanti aku pesankan tiketnya," jawab Andrian yang mengambil keputusan sendiri tanpa bertanya pada Yaya terlebih dahulu. Jelas saja Yaya kecewa. Namun tak mungkin ia mengungkapkannya terang-terangan.

"Aku mau juga lho, Kak. Aku sama Mas Hasta, dan Riko juga mau ikut, boleh 'kan?"

"Ya udah. Nggak papa." Lagi-lagi Andrian mengambil keputusan sendiri. Dan yang lebih membuat Yaya tak habis pikir saat ibu mertuanya mengatakan akan mengajak Marissa dan Tania juga, Andrian langsung setuju saja.

"Biar seru perginya rame-rame. Benar 'kan, Sayang?" ujar Andrian setelah mengambil keputusan sendiri tanpa memikirkan perasaan Yaya sama sekali. Yaya yang tidak mungkin menolak hanya bisa mengangguk pasrah.

Danang dan Dina yang melihat itu jelas saja ikut kecewa. Bulan madu seperti apa itu? Sekeluarga ikut serta. Namun mereka sama seperti Yaya, tak mampu berkomentar apa-apa. Mereka tak mau orang tua Andrian sampai memperlakukan Yaya tak baik karena mereka yang melarang. Danang dan Dina hanya bisa menatap iba pada anak perempuan mereka satu-satunya itu. Mereka hanya bisa berharap Yaya tetap bisa menikmati bulan madunya dengan gembira nanti.

Yaya dan Andrian sudah kembali ke kamar mereka. Di dalam kamar, Yaya pun mulai mengeluarkan unek-uneknya mengenai keikutsertaan keluarga Andrian dalam bulan madu mereka.

"Mas, apa nggak sebaiknya mama dan kakak kamu jangan ikut kita dulu? Ini bulan madu lho, bukannya jalan-jalan biasa. Kan kita bisa tuh nanti atur jadwal jalan-jalan bareng. Yang penting, nggak sekarang," ujar Yaya sembari melepas jilbab instannya dan meletakkannya di pegangan sofa. Ia duduk di sana, di samping sang suami.

"Nanti atau sekarang sama aja sih, Yang. Nggak papa lah. Lagipula jadwal cuti aku udah full tahun ini. Kalau ditunda, kapan lagi coba. Baru bisa cuti lagi tahun depan," ujar Andrian sambil memainkan ponselnya.

"Mas, kita ini bulan madu lho. Masa' bulan madu bawa keluarga. Mama papa aku aja nggak ikut kok."

"Kalau kamu mau ajak Mama papa kamu ya silahkan. Tapi beli tiket sendiri," jawab Andrian acuh tak acuh.

"Mas, yang aku permasalahin itu bukan orang tua aku ikut atau nggak. Aku ingin tuh bulan madu kita tuh berakhir berkesan. Mana mama pake ngajak Mbak Marissa juga. Ini tuh sebenernya bulan madu atau apa sih?" ujar Yaya pelan, namun tersirat kekesalan di dalamnya.

Andrian menoleh. Ia menatap Yaya tak suka. "Kamu tuh sebenernya kenapa? Kamu nggak suka aku ajak keluarga aku? Iya? Kamu kok baru sehari jadi istri udah cerewet banget sih? Dulu nggak kayak gini. Atau jangan-jangan ini sifat asli kamu?" tuding Andrian.

"Aku bukannya bermaksud cerewet, Mas. Tapi aku tuh pingin bulan madu berdua aja sama kamu. Aku mau menikmati bulan madu kita berdua aja." Yaya mencoba menjelaskan.

"Apa kamu takut orang tuaku mengganggu? Mereka keluarga aku lho. Marissa juga sahabat aku. Keluarga aku sudah dekat banget sama dia. Jadi apa masalahnya? Udah. Kamu nggak perlu khawatir, mereka nggak akan ganggu bulan madu kita kok. Bahagia itu dibagi-bagi. Apa salahnya kita ikut berbagi kebahagiaan sama keluarga aku. Udah, jangan terlalu dipikirin. Semua tetap akan berjalan sesuai rencana kok."

"Tapi Mas ... "

Tiba-tiba Andrian mengangkat tangan, menggestur agar Yaya tidak melanjutkan perdebatan. Ia juga menunjukkan ponselnya yang ternyata ada panggilan video dari Marissa. Yaya ingin mencegah Andrian mengangkat panggilan video itu, tapi ia sudah lebih dulu mengangkat panggilan itu.

"Halo Cha eh Sa ... "

"Halo, Yan, maaf ganggu. Nih, Tania merengek mau bicara sama kamu. Dia nggak mau makan kalau nggak dibolehin bicara sama kamu dulu," adu Marissa.

"Nggak papa kok. Tania-nya mana? Nanti aku bicara sama dia."

"Sebentar!" Marissa lantas memberikan ponselnya pada Tania yang sedang berbaring di ranjang. Tania yang melihat Andrian pun langsung memanggil namanya.

"Om Iyan."

"Ada apa, Sayang? Kata Mama kamu nggak mau makan ya? Kok gitu sih?" ucap Andrian lembut mengabaikan keberadaan Yaya yang sedang menatap nanar dirinya.

"Om Iyan cih puyang nggak omong yagi. Ninggalin Tania. Tania 'kan mau makan cama Om Iyan."

Andrian terkekeh. "Maaf. Om ada kerjaan jadi pulang dulu. Tania makan dulu ya. Nanti Om kesana lagi kok."

"Nggak mau. Mau makan sama Om," ujar bocah perempuan itu.

"Makam dulu ya, Sayang. Nanti Om kesana lagi kok. Tapi nanti. Nggak sekarang. Makan ya!"

"Nggak mau. Maunya makan sama Om Yan." Tania mencebikkan bibirnya membuat Andrian terkekeh.

"Oke, oke. Nanti Om ke sana. Tania tunggu ya."

"Yeay." Tania bersorak girang. Setelah itu, panggilan pun ditutup. Andrian pun mengambil kembali kunci mobil yang tadi diletakkannya di atas meja. Saat ia hendak beranjak menuju pintu, Yaya pun segera menghadangnya.

"Mas, kamu mau pergi lagi?"

"Ah, Yaya. I-iya. Kamu sudah dengar tadi 'kan, Tania nggak mau makan kalau aku nggak datang."

"Mas, bisa nggak sih sekali aja kamu nggak ladeni permintaan Tania ataupun Mbak Marissa? Kita itu baru menikah lho, tapi dari semalam Mas lebih mementingkan Tania. Mas bahkan tega ninggalin aku di malam pertama kita. Mas mikir nggak sih, Mas tuh tega banget sama aku," ucap Yaya dengan sorot mata kecewa.

Andrian menghembuskan nafas pelan. Ia mendekati Yaya dan mengusap pipinya.

"Maaf. Mas janji, nggak akan lama. Tunggu Mas ya."

Cup ...

Andrian mencium pipi Yaya kemudian pergi begitu saja meninggalkan Yaya yang mematung dengan mata berkaca-kaca.

"Baru satu hari, baru satu hari menikah dan kau sudah dua kali membuatku kecewa, Mas," gumamnya seraya menghapus bulir yang hampir saja jatuh dari sudut matanya.

...***...

...Happy reading 🥰🥰🥰...

Terpopuler

Comments

Erma Agustini

Erma Agustini

knp ga menikah sm sahabatnya ajaa klo bgtu,,hadehh laki laki memang bgtu yaa mau menang sendiri dan egois pengeen dpt yg virgin tp ga mau ninggalin yg janda hadehh🤣

2024-12-12

0

⋆.˚mytha🦋

⋆.˚mytha🦋

tarik nafas yaya... sabar... pantau aja dulu, ntar klu sabarnya udah setipisntisu di bagi 4bafu dah getok palanya si iyan🤨

2024-12-13

1

kejora

kejora

semoga Yaya masih perawan disaat perselingkuhan Adrian ketahuan 🤲
gemes pengen ngejitak si Adrian

2025-01-15

1

lihat semua
Episodes
1 Pesta Pernikahan
2 Malam pertama
3 Kecewa
4 Alasan kebencian
5 Di pantai
6 6
7 Pulang
8 Tempat kembali
9 Dilema
10 Layu sebelum berkembang
11 Pulang
12 Foto
13 Makan siang
14 Tercabik-cabik
15 ide
16 Mengikuti
17 Hancur
18 FWB
19 Akhirnya tahu
20 Geram
21 Djiwa in action
22 Pengadilan agama
23 Kedatangan ...
24 Curi-curi pandang
25 I-itu ...
26 Hati seorang ibu
27 Lho, kok ...
28 28
29 Dinding
30 Dia ...
31 Dapur
32 Kamar mandi
33 Tawaran tak terduga
34 Restoran
35 Pergi
36 Kehilangan
37 Di rumah sakit
38 Menyesal
39 Terbayang
40 Mall
41 Terbelalak dan menganga
42 42
43 43
44 44
45 Diusir
46 46
47 47
48 Suara familiar
49 49
50 50
51 51
52 Usaha Andrian
53 Jodohku
54 Ini ...
55 55
56 Misi
57 kerja sama
58 Berliku
59 Pingin buruan dihalalin
60 60
61 Kepergok
62 62
63 Laki-laki mokondo?
64 Terkezoet
65 Trauma
66 Kamu
67 67
68 68
69 Panic attack
70 Malu
71 Riuh
72 Teriak
73 Ambyar
74 Panas
75 75
76 Gagal lagi?
77 Sunshine, kamu ...
78 78
79 79
80 80
81 81
82 82
83 83
84 84
85 85
86 86
87 87
88 88
89 Patah
90 Ali
91 91
92 92
93 93
94 94
95 95
96 96
97 97
98 98
99 99
100 100
101 101
102 102
103 103
104 104
105 105
106 106
107 107
108 108
109 109 (S2 bag. 1)
110 110 (S2 bag. 2)
111 111 (S2 bag. 3)
112 112 (S2 Bag. 4)
113 113 (S2 Bag. 5)
114 114 (S2 Bag. 6)
115 115 (S2 Bag. 7)
116 116 (S2 Bag. 8)
117 117 (S2 Bag. 9)
118 118 (S2 Bag. 10)
119 119 (S2 Bag. 11)
120 120 (S2 Bag. 12)
121 121 (S2 Bag. 13)
122 122 (S2 Bag. 14)
123 123 (S2 Bag. 15)
124 124 (S2 Bag. 16)
125 125 (S2 Bag. 17)
126 126 (S2 Bag. 18)
127 127 (S2 Bag. 19)
128 128 (S2 Bag. 20)
129 129 (S2 Bag. 21)
130 130 (S2 Bag. 22)
131 131 (S2 Bag. 23)
132 132 (S2 Bag. 24)
133 133 (S2 Bag. 25)
134 134 (S2 Bag. 26)
135 135 (S2 Bag. 27)
136 136 (S2 Bag. 28)
137 137 (S2 Bag. 29)
138 138 (S2 Bag. 30)
139 Bonchap uhuy
Episodes

Updated 139 Episodes

1
Pesta Pernikahan
2
Malam pertama
3
Kecewa
4
Alasan kebencian
5
Di pantai
6
6
7
Pulang
8
Tempat kembali
9
Dilema
10
Layu sebelum berkembang
11
Pulang
12
Foto
13
Makan siang
14
Tercabik-cabik
15
ide
16
Mengikuti
17
Hancur
18
FWB
19
Akhirnya tahu
20
Geram
21
Djiwa in action
22
Pengadilan agama
23
Kedatangan ...
24
Curi-curi pandang
25
I-itu ...
26
Hati seorang ibu
27
Lho, kok ...
28
28
29
Dinding
30
Dia ...
31
Dapur
32
Kamar mandi
33
Tawaran tak terduga
34
Restoran
35
Pergi
36
Kehilangan
37
Di rumah sakit
38
Menyesal
39
Terbayang
40
Mall
41
Terbelalak dan menganga
42
42
43
43
44
44
45
Diusir
46
46
47
47
48
Suara familiar
49
49
50
50
51
51
52
Usaha Andrian
53
Jodohku
54
Ini ...
55
55
56
Misi
57
kerja sama
58
Berliku
59
Pingin buruan dihalalin
60
60
61
Kepergok
62
62
63
Laki-laki mokondo?
64
Terkezoet
65
Trauma
66
Kamu
67
67
68
68
69
Panic attack
70
Malu
71
Riuh
72
Teriak
73
Ambyar
74
Panas
75
75
76
Gagal lagi?
77
Sunshine, kamu ...
78
78
79
79
80
80
81
81
82
82
83
83
84
84
85
85
86
86
87
87
88
88
89
Patah
90
Ali
91
91
92
92
93
93
94
94
95
95
96
96
97
97
98
98
99
99
100
100
101
101
102
102
103
103
104
104
105
105
106
106
107
107
108
108
109
109 (S2 bag. 1)
110
110 (S2 bag. 2)
111
111 (S2 bag. 3)
112
112 (S2 Bag. 4)
113
113 (S2 Bag. 5)
114
114 (S2 Bag. 6)
115
115 (S2 Bag. 7)
116
116 (S2 Bag. 8)
117
117 (S2 Bag. 9)
118
118 (S2 Bag. 10)
119
119 (S2 Bag. 11)
120
120 (S2 Bag. 12)
121
121 (S2 Bag. 13)
122
122 (S2 Bag. 14)
123
123 (S2 Bag. 15)
124
124 (S2 Bag. 16)
125
125 (S2 Bag. 17)
126
126 (S2 Bag. 18)
127
127 (S2 Bag. 19)
128
128 (S2 Bag. 20)
129
129 (S2 Bag. 21)
130
130 (S2 Bag. 22)
131
131 (S2 Bag. 23)
132
132 (S2 Bag. 24)
133
133 (S2 Bag. 25)
134
134 (S2 Bag. 26)
135
135 (S2 Bag. 27)
136
136 (S2 Bag. 28)
137
137 (S2 Bag. 29)
138
138 (S2 Bag. 30)
139
Bonchap uhuy

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!