Bab 18: Tingkah Aneh Rudi

Sepanjang hari, berbagai macam wahana telah dicoba oleh rombongan Lina. Meskipun awalnya menolak, namun akhirnya Lina tetap mau mencoba menaiki wahana-wahana yang cukup ekstrem seperti roller coaster, perahu kora-kora, dan kincir putar. Bahkan ia mau ikut masuk ke dalam rumah hantu yang terus membuatnya menjerit setiap langkah.

Saat di rumah hantu yang gelap, beberapa kali Lina salah memeluk orang. Bukan Rudi yang ia peluk, melainkan Trian. Untung saja kondisinya cukup gelap, sehingga Dara dan Rudi tidak menyadarinya. Bahkan sepanjang jalan, Trian terus memegangi tangan Lina yang ketakutan.

Rasa puas dan bahagia tergambar di wajah mereka berempat. Saking senangnya, tak terasa hari sudah sore. Mereka beristirahat sejenak di tepi pantai sembari menikmati makanan yang telah mereka pesan.

"Euh! Bau apa ini?" tanya Dara sembari mengendus-endus sesuatu.

"Bau apa, sih? Sepertinya tidak ada bau apa-apa," tepis Lina yang juga ikut mengendus-endus aroma di sekitarnya. Ia tak mencium apa-apa selain aroma dari seafood yang dipesannya.

"Benar, ini ada bau seperti kotoran hewan. Sumpah! Ganggu banget!" protes Dara yang memiliki hidung sangat sensitif. Ia memang tipe orang yang tidak segan untuk mengatakan isi hatinya.

"Mungkin ada kucing buang kotoran sembarangan di sekitar sini. Atau mungkin juga bau dari lautnya, soalnya laut di sini memang sangat kotor," ujar Trian.

"Duh! Aku jadi hilang selera makan. Baunya menusuk hidung!" gerutu Dara sembari menutup hidungnya.

"Hoek! Hoek!"Dara sampai mau muntah-muntah saking terganggu baunya.

"Kamu kenapa sih? Apa jangan-jangan kamu sedang hamil, ya?" tanya Lina asal. Sejauh yang ia tahu, orang hamil memang sensitif terhadap bau dan juga gampang merasa mual.

"Kalau aku hamil, mana mungkin aku berani naik wahana ekstrem, Lina. Seharusnya aku sudah keguguran setelah turun dari Perahu Kora-Kora. Ini memang bau banget! Ganggu! Hoek!" tutur Dara.

"Sayang, aku ke toilet sebentar, ya!" pamit Rudi seraya memegangi perutnya.

"Perlu aku temani?" Trian menawarkan diri.

"Ah, tidak usah. Aku titip Lina dulu. Aku sakit perut, tidak bisa ditahan," ucap Rudi seraya berlari menuju toilet.

Lina keheranan dengan sikap suaminya. Menurutnya saat berangkat kondisi Rudi baik-baik saja. Makanan yang mereka makan juga biasa, tidak ada yang pedas.

"Kok baunya hilang? Jangan-jangan Rudi mencret di celana, ya?" celetuk Dara sembari mengendus-endus sekelilingnya.

"Hus!" Trian langsung menutup mulut istrinya. Ingin rasanya ia memasukkan Dara ke dalam karung dan menghanyutkannya ke laut. Bisa-bisanya dia segamblang itu bicara di depan istri Rudi.

Lina terkejut dengan ucapan Dara barusan. Ia tidak berpikir sampai ke sana. Ia yakin suaminya hanya sakit perut biasa. Lagipula, ia juga tidak mencium bau apapun.

"Jangan diambil hati, Lina. Dara memang mulutnya perlu ditutup lakban," ucap Trian yang merasa tidak enak hati terhadap Lina.

Lina tersenyum kikuk. Ucapan Dara memang menohok.

"Lina, maaf, ya. Aku hanya asal tebak. Soalnya tadi waktu ada Rudi bau banget. Tapi pas Rudi pergi baunya hilang," kata Dara.

Tampak raut muka Lina agak kesal. Sejujurnya ia malu suaminya dikatakan seperti itu. Mau kenyataannya demikian, ia harap tidak ada yang berbicara jelek tentang suaminya.

"Mungkin Rudi hanya kentut. Sudahlah, kamu heboh banget perkara bau. Harusnya bersyukur bisa mencium bau artinya hidungmu masih normal!" Trian menjitak pelan kepala Dara. Wanita itu benar-benar merepotkannya.

"Iya, iya ... Aku minta maaf, Lina. Kalau kata-kataku keterlaluan," ucap Dara menyesal.

"Iya, tidak apa-apa, kok. Mungkin juga kamu benar," kata Lina yang masih terlihat kikuk.

Ia jadi bertanya-tanya sebenarnya apa yang terjadi terhadap suaminya? Apa memang Rudi sudah tidak bisa menahan sampai keluar di celana? Lina jadi bingung sendiri.

"Ayo lanjutkan makannya! Sayang sudah kita pesan kalau tidak dimakan," ajak Trian.

Ketiganya kembali menyantap makanan yang mereka pesan. Mereka makan sembari menikmati semilir angin pantai yang sejuk meskipun diiringi aroma amis dari arah laut. Meskipun pantainya agak kotor, tak menyurutkan beberapa orang untuk bermain air dan pasir di sana.

Lima belas menit berlalu. Makanan mereka juga hampir habis. Tapi, Rudi belum juga kembali dari toilet. Lina tampak cemas dan berkali-kali menoleh ke arah toilet. Ia berharap suaminya segera kembali.

"Apa perlu aku susul Rudi? Dia lama sekali belum kembali," kata Trian menawarkan diri.

"Iya. Kenapa Rudi lama sekali? Aku kan masih mau lanjut ke wahana Taman Dinosaurus," keluh Dara.

Trian memberikan tatapan tajam ke arah Dara supaya istrinya itu diam dan tidak bicara sembarangan.

"Tunggu sebentar, aku coba telepon dulu," kata Lina seraya mengambil ponsel dan menghubungi Rudi.

"Halo, Sayang, kamu dimana?" tanya Lina setelah ponsel tersambung.

"Maaf, Sayang. Tiba-tiba aku ada panggilan kerja penting. Sepertinya aku tidak bisa kembali secepatnya. Kamu bareng Trian dan Dara dulu, ya!" sahut Rudi dari sebrang telepon.

Lina terdiam. Suaminya semakin aneh. Sudah lama di toilet, tiba-tiba pergi begitu saja meninggalkan dia.

"Apa kata Rudi, Lin?" tanya Trian. Ia sudah bersiap untuk menyusul Rudi jika memang lelaki itu tersesat atau kesulitan di toilet.

"Rudi ada kerjaan mendadak. Dia bilang tidak bisa balik ke sini lagi," kata Lina.

Trian ikut bingung dan heran. "Terus, kita bagaimana? Apa kita pulang saja sekarang?" tanyanya.

"Aduh, jangan pulang dulu! Aku masih mau main di Taman Dinosaurus!" rengek Dara.

"Dara, kapan-kapan kan bisa. Kasihan Lina sendirian, suaminya ada kerjaan mendadak." Trian mencoba menasihati Dara.

"Sebentar saja, please ...." Dara tetap merajuk.

"Ya sudah, tidak apa-apa. Kalau aku tidak mengganggu, aku ikut kalian," kata Lina.

Dara langsung memeluk Lina karena senang. "Mana ada yang mengganggu? Kita ke sini kan untuk bersenang-senang bersama!" ucapnya.

"Iya, ikut saja, Lina. Setelah ini kuta pulang bersama," ajak Trian.

Akhirnya, mereka bertiga melanjutkan acara jalan-jalan tanpa Rudi. Dara tampak kegirangan menggandeng tangan Lina berjalan menuju wahana yang diinginkannya.

Melihat kelakuan Dara yang seperti itu, Lina jadi berpikir jika Dara punya kepribadian ganda. Terkadang bisa bersikap dan bertingkah dewasa, terkadang bisa bertingkah seperti anak-anak. Wajar saja jika Trian mengatakan seperti mengasuh anak kecil.

Sepanjang jalan, tatapan Trian hanya terfokus pada Lina. Ia suka memandangi wajah manis yang tersenyum itu. Ia kembali mengingat kejadian di rumah hantu sebelumnya. Mereka bergandengan tangan. Trian bahkan memeluk Lina.

Ada rasa rindu akan kebersamaan mereka. Sesaat Trian ingin mengulang masa mudanya kala mereka masih berpacaran. Namun, ia menyadari jika kini Lina telah menjadi istri orang.

Terpopuler

Comments

Ita rahmawati

Ita rahmawati

bengek bgt pas dara bilang rudi mencret di celana 🤣
aku curiga kalo rudi jeruk makan jeruk nih tp kok suka curi pembalut 🤔

2024-12-25

1

Sartika tika

Sartika tika

kyaknya rudi kaum pelangi...dia yg jd perempuan...makanya lubang anusnya udh doer jd gk bs nahan kotoran

2024-12-20

0

Meira 2610

Meira 2610

kayaknya rudi gk normal deh,mungkin dia udh kena penyakit makanya pembalut Lina hilang,krn di pake rudi

2024-12-18

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Pertemuan Tak Terduga
2 Bab 2: Pengorbanan Trian
3 Bab 3: Gagal Terpuaskan
4 Bab 4: Bertamu
5 Bab 5: Makan Malam Bersama
6 Bab 6: Mengingat Masa Lalu
7 Bab 7: Menginap
8 Bab 8: Sarapan Bersama
9 Bab 9: Cekcok
10 Bab 10: Kapan Punya Anak?
11 Bab 11: Periksa Kesuburan
12 Bab 12: Kepergok Sedang Enak-Enak
13 Bab 13: Rahasia Dara
14 Bab 14: Obrolan Dua Orang Kesepian
15 Bab 15: Malam Panas Dara
16 Bab 16: Dara yang Gila
17 Bab 17: Misteri Pembalut yang Hilang
18 Bab 18: Tingkah Aneh Rudi
19 Bab 19: Giliran Trian yang Gila
20 Bab 20: Kekhilafan Pertama
21 Bab 21: Sebuah Kesalahan Fatal
22 Bab 22: Menyulut Perselingkuhan
23 Bab 23: Jangan Bertemu Lagi
24 Bab 24: Ketahuan Dara
25 Bab 25: Lina Sakit
26 Bab 26: Dimana Suamiku?
27 Bab 27: Pembalut Dalam Tas Suami
28 Bab 28: Siapa Tamu Itu?
29 Bab 29: Tidak Mungkin Suamiku Begitu
30 Bab 30: Ketahuan
31 Bab 31: Tabiat Asli Rudi
32 Bab 32: Mengungsi
33 Bab 33: Pulang ke Rumah Orang Tua
34 Bab 34: Meminta Dukungan Orang Tua
35 Bab 35: Sogokan
36 Bab 36: Kutunggu Jandamu
37 Bab 37: Kedatangan Rudi
38 Bab 38: Lina Sakit
39 Bab 39: Kabar Kehamilan
40 Bab 40: Mulai Awal Baru (Revisi)
41 Bab 41: Kekuatan Hidup (Revisi)
42 Bab 42: Perjalanan ke Kantor
43 Bab 43: Seperti Orang Asing
44 Bab 44: Menyebalkan
45 Bab 45: Pengakuan Arjun
46 Bab 46: Ingatan yang Hilang
47 Bab 47: Pak, Anda Sedang Apa?
48 Bab 48: Shick Shack Shock
49 Bab 49: Ada Apa Dengan Diriku?
50 Bab 50: Seperti Hampir Mati
51 Bab 51: Apa Anda Puas Sekarang
52 Bab 52: Bagaimana Kalau Kita Tinggal Bersama?
53 Bab 53: Urusan Mendadak
54 Bab 54: Kekesalan Orang Kaya
55 Bab 55: Langkah Awal yang Manis
56 Bab 56: Anda Jangan Gila!
57 Bab 57: Laporan Reno
58 Bab 58: Ketukan Tengah Malam
59 Bab 59: Bolehkah Aku Menginap?
60 Bab 60: Pendekatan Ugal-Ugalan
61 Bab 61: Sikapnya yang Hangat
62 Bab 62: Kepulangan Direktur
63 Bab 63: Mainan Milik Lina
64 Bab 64: Kamu Milikku!
65 Bab 65: Kamu Bisa Mengandalkanku
66 Bab 66: Modus Pak Direktur
67 Bab 67: Jebakan Orang Kaya
68 Bab 68: Bertemu Mantan Mertua
69 Bab 69: Penolakan Lina
70 Bab 70: Ulah Mantan Mertua
71 Bab 71: Permintaan Rudi
72 Bab 72: Apa Janu Anakku?
73 Bab 73: Maju Terus Pantang Mundur
74 Bab 74: Panggil Aku Ayah
75 Bab 75: Pamer
76 Bab 76: Ini Ayahku!
77 Bab 77: Rayuan Maut Trian
78 Bab 78: Hari Apes yang Memalukan
79 Bab 79: Cucu Melisa
80 Bab 80: Trian di Luar Nalar
81 Bab 81: Calon Mertua Baik Hati
82 Bab 82: Mandi Bersama
83 Bab 83: Kamu Puas Aku Lemas
84 Bab 84: Pertemuan Mengharukan
85 Bab 85: Negosiasi Trian
86 Bab 86: Semakin Dekat
87 Bab 87: Bertemu Keluarga Trian
88 Bab 88: Bandung Bondowoso Versi Modern
89 Bab 89: Pernikahan
90 Bab 90: Arjun Patah Hati
91 Bab 91: Jangan Ngambek, Sayang!
92 Bab 92: Singa yang Kelaparan
93 Bab 93: Bercocok Tanam
94 94: Kembali Bekerja
95 Bab 95: Istriku Semangatku
96 Bab 96: Minta Jatah di Kantor
97 Bab 97: Hati yang Berubah
98 Bab 98: Hampir Saja
99 Bab 99: Keputusan Gila Arjun
100 Bab 100: Ada Saja Masalah
101 Bab 101: Trian Kecelakaan
102 Bab 102: Kehadiran Mertua
103 Bab 103: Serpihan Masa Lalu
104 Bab 104: Ingatan yang Ambigu
105 Bab 105: Bibir Manis Arjun
106 Bab 106: Sentuhan Suami Tercinta
107 Bab 107: Penyesalan dan Kelegaan
108 Terjebak Pernikahan
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Bab 1: Pertemuan Tak Terduga
2
Bab 2: Pengorbanan Trian
3
Bab 3: Gagal Terpuaskan
4
Bab 4: Bertamu
5
Bab 5: Makan Malam Bersama
6
Bab 6: Mengingat Masa Lalu
7
Bab 7: Menginap
8
Bab 8: Sarapan Bersama
9
Bab 9: Cekcok
10
Bab 10: Kapan Punya Anak?
11
Bab 11: Periksa Kesuburan
12
Bab 12: Kepergok Sedang Enak-Enak
13
Bab 13: Rahasia Dara
14
Bab 14: Obrolan Dua Orang Kesepian
15
Bab 15: Malam Panas Dara
16
Bab 16: Dara yang Gila
17
Bab 17: Misteri Pembalut yang Hilang
18
Bab 18: Tingkah Aneh Rudi
19
Bab 19: Giliran Trian yang Gila
20
Bab 20: Kekhilafan Pertama
21
Bab 21: Sebuah Kesalahan Fatal
22
Bab 22: Menyulut Perselingkuhan
23
Bab 23: Jangan Bertemu Lagi
24
Bab 24: Ketahuan Dara
25
Bab 25: Lina Sakit
26
Bab 26: Dimana Suamiku?
27
Bab 27: Pembalut Dalam Tas Suami
28
Bab 28: Siapa Tamu Itu?
29
Bab 29: Tidak Mungkin Suamiku Begitu
30
Bab 30: Ketahuan
31
Bab 31: Tabiat Asli Rudi
32
Bab 32: Mengungsi
33
Bab 33: Pulang ke Rumah Orang Tua
34
Bab 34: Meminta Dukungan Orang Tua
35
Bab 35: Sogokan
36
Bab 36: Kutunggu Jandamu
37
Bab 37: Kedatangan Rudi
38
Bab 38: Lina Sakit
39
Bab 39: Kabar Kehamilan
40
Bab 40: Mulai Awal Baru (Revisi)
41
Bab 41: Kekuatan Hidup (Revisi)
42
Bab 42: Perjalanan ke Kantor
43
Bab 43: Seperti Orang Asing
44
Bab 44: Menyebalkan
45
Bab 45: Pengakuan Arjun
46
Bab 46: Ingatan yang Hilang
47
Bab 47: Pak, Anda Sedang Apa?
48
Bab 48: Shick Shack Shock
49
Bab 49: Ada Apa Dengan Diriku?
50
Bab 50: Seperti Hampir Mati
51
Bab 51: Apa Anda Puas Sekarang
52
Bab 52: Bagaimana Kalau Kita Tinggal Bersama?
53
Bab 53: Urusan Mendadak
54
Bab 54: Kekesalan Orang Kaya
55
Bab 55: Langkah Awal yang Manis
56
Bab 56: Anda Jangan Gila!
57
Bab 57: Laporan Reno
58
Bab 58: Ketukan Tengah Malam
59
Bab 59: Bolehkah Aku Menginap?
60
Bab 60: Pendekatan Ugal-Ugalan
61
Bab 61: Sikapnya yang Hangat
62
Bab 62: Kepulangan Direktur
63
Bab 63: Mainan Milik Lina
64
Bab 64: Kamu Milikku!
65
Bab 65: Kamu Bisa Mengandalkanku
66
Bab 66: Modus Pak Direktur
67
Bab 67: Jebakan Orang Kaya
68
Bab 68: Bertemu Mantan Mertua
69
Bab 69: Penolakan Lina
70
Bab 70: Ulah Mantan Mertua
71
Bab 71: Permintaan Rudi
72
Bab 72: Apa Janu Anakku?
73
Bab 73: Maju Terus Pantang Mundur
74
Bab 74: Panggil Aku Ayah
75
Bab 75: Pamer
76
Bab 76: Ini Ayahku!
77
Bab 77: Rayuan Maut Trian
78
Bab 78: Hari Apes yang Memalukan
79
Bab 79: Cucu Melisa
80
Bab 80: Trian di Luar Nalar
81
Bab 81: Calon Mertua Baik Hati
82
Bab 82: Mandi Bersama
83
Bab 83: Kamu Puas Aku Lemas
84
Bab 84: Pertemuan Mengharukan
85
Bab 85: Negosiasi Trian
86
Bab 86: Semakin Dekat
87
Bab 87: Bertemu Keluarga Trian
88
Bab 88: Bandung Bondowoso Versi Modern
89
Bab 89: Pernikahan
90
Bab 90: Arjun Patah Hati
91
Bab 91: Jangan Ngambek, Sayang!
92
Bab 92: Singa yang Kelaparan
93
Bab 93: Bercocok Tanam
94
94: Kembali Bekerja
95
Bab 95: Istriku Semangatku
96
Bab 96: Minta Jatah di Kantor
97
Bab 97: Hati yang Berubah
98
Bab 98: Hampir Saja
99
Bab 99: Keputusan Gila Arjun
100
Bab 100: Ada Saja Masalah
101
Bab 101: Trian Kecelakaan
102
Bab 102: Kehadiran Mertua
103
Bab 103: Serpihan Masa Lalu
104
Bab 104: Ingatan yang Ambigu
105
Bab 105: Bibir Manis Arjun
106
Bab 106: Sentuhan Suami Tercinta
107
Bab 107: Penyesalan dan Kelegaan
108
Terjebak Pernikahan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!