Bab 17: Misteri Pembalut yang Hilang

"Ini kita beneran mau menerima ajakan Dara, Mas? Kita kan ada jadwal cek kesehatan," ujar Lina sembari menyisir rambutnya.

"Itu kan bisa kapan-kapan dilakukan. Ajakan tetangga juga tidak setiap hari. Kita ikuti saja untuk menghormati," tutur Rudi yang sibuk memilih pakaian untuk dikenakan.

"Tapi pemeriksaan lanjutan ini juga penting, Mas. Apalagi kamu kelihatannya semakin parah. Masa susah berdiri," ucap Lina.

Rudi berhenti memilih baju dalam lemari. Akhirnya ia mengambil salah satu secara sembarang. Ucapan Lina barusan benar-benar menohok.

Ia mengenakan kaosnya lalu menghampiri Lina seraya berlutut di hadapan sang istri. Ia raih tangannya sembari menatapnya sungguh-sungguh.

"Maaf ya, Sayang. Aku sering membuatmu kecewa," ucapnya dengan raut wajah memelas.

"Bukan begitu maksudku, aku tidak sedang menyalahkanmu, Mas. Tapi, semakin cepat kita tahu masalahnya apa, semakin cepat diobati," kata Lina. Ia tak ingin membuat suaminya salah paham.

Rudi tersenyum. "Iya, Sayang. Aku tahu kamu sangat peduli padaku. Tapi, sementara ini, kita abaikan hal itu dulu, ya! Lebih baik kita bersiap-siap untuk jalan-jalan dengan tetangga," bujuknya.

Lina mengalah. Ia menganggukkan kepala menyetujui kemauan Rudi.

"Ayo kita pergi sekarang!" ajak Rudi.

"Iya, kamu duluan saja. Aku mau ke toilet dulu sebentar," ucap Lina.

"Kalau begitu, aku ke depan duluan menemui Dara dan Trian," kata Rudi.

Lina mengangguk setuju. Ia berjalan ke arah kamar mandi sedangkan Rudi keluar dari kamar.

Setelah selesai buang air kecil, Lina mengambil tasnya dari atas ranjang. Ia cek isinya, sudah ada ponsel dan dompet. Ia beralih ke arah rak dikamarnya. Ia tarik laci untuk mengambil pembalut.

Ia mengernyitkan dahi. "Kok sudah berkurang? Perasaan kemarin masih penuh. Aku kan baru membelinya?" gumamnya.

Ia heran kenapa pembalut di rumahnya cepat habis. Padahal setiap kali datang bulan juga tidak sebanyak itu ia memakainya.

"Masa Mas Rudi, sih ...." pikirnya.

Di rumah itu, hanya ada dia dan Rudi. Tapi, Rudi seorang lelaki. Aneh jika memakai pembalut. Untuk apa? Setahu dia lelaki tidak mungkin datang bulan.

Lina sampai berpikir keras. Kalau bukan suami pelakunya, mana mungkin ada hantu yang doyan pembalut baru.

"Apa mungkin ada kuntilanak datang bulan? Masa iya?" Lina tertawa geli sendiri dengan pikirannya yang aneh.

"Ah, sudahlah!" Lina tak mau memperpanjang kepusingan memikirkannya. Ia mengambil satu pembalut dan memasukkannya ke dalam tas.

Lina menyusul suaminya keluar rumah. Tak lupa ia mengunci pintu. Di depan rumah sudah ada mobil Trian yang siap berangkat. Rudi juga sudah masuk ke dalam. Lina menyusul masuk.

"Jadi kita kan, ke taman hiburan?" tanya Dara memastikan. Ia dan trian duduk di depan sementara Rudi dan Lina duduk di belakang.

"Boleh, tapi jangan ajak aku naik wahana yang ekstrem," pinta Lina.

"Hahaha ... Kenapa? Kamu takut, ya?" ledek Dara.

"Kita kan mau ke taman hiburan, bukan ke taman ketakutan, Dara. Jadi nanti cari saja wahana-wahana yang menyenangkan," pinta Lina.

"Oke, demi tetangga yang baik aku turuti. Ayo jalan!" kata Dara dengan penuh semangat.

***

Setibanya di tempat tujuan, Trian yang membayar seluruh tiket mereka. Suasananya cukup padat karena akhir pekan.

Lina memperhatikan keceriaan Dara yang enerjik dan tidak melepaskan tangannya dari lengan Trian. Melihat pemandangan seperti itu, Lina tak bisa percaya seperti apa kelakuan Dara di balik sikapnya. Ia juga heran kenapa Trian begitu santai dan tanpa beban menghadapi Dara.

"Hey, kok kamu melamun? Kenapa?" tegur Rudi.

Lina segera menepis pikirannya kemana-mana. Ia mengeratkan pelukannya pada lengan Rudi.

"Tidak apa-apa, Sayang. Aku hanya kaget di sini sangat ramai," kilah Lina.

Rudi menjadi tergugah jika selama pindah ia belum sempat mengajak Lina kemanapun. Ini pertama kalinya mereka jalan-jalan. Tapi, mereka jalan berempat.

"Lain kali kita pergi berdua ke tempat-tempat yang bagus, ya! Tunggu aku kalau ada libur kerja. Aku akan mengajakmu ke pantai, gunung, akuarium, dan kebun binatang. Atau ada tempat lain yang ingin kamu kunjungi di kota ini?" tanya Rudi.

Lina tersenyum senang. "Kemana saja boleh. Kamu sudah ada waktu luang untuk bersama aku juga sudah senang."

"Hei, kita naik sampan, yuk! Kayaknya seru!" ajak Dara penuh semangat.

Ia menunjukkan jarinya ke arah kanan, ada wahana perahu sampan yang bisa disewa dengan tarif 25 ribu per sampan.

Mereka menyewa dua sampan untuk berkeliling kanal buatan di taman hiburan itu. Dara dan Trian ada di perahu depan sedangkan Lina dan Rudi ada di perahu belakang.

Lina menyandarkan kepalanya pada bahu Rudi. Ia senang sekali bisa menikmati akhir pekan secara romantis sembari menikmati pohon tabebuya di pinggiran kanal yang sedang berbunga.

"Kalau kita punya anak nanti, aku ingin mengajaknya naik perahu bersama seperti ini. Di sini bagus sekali," ucap Lina.

"Kenapa sih tiba-tiba bahas anak?" celetuk Rudi. Ia heran kenapa Lina bisa berpikiran seperti itu padahal mereka sedang berlibur.

"Memangnya kenapa? Aku kan hanya berharap. Kamu jangan salah paham, ya. Aku bukan memaksa untuk cepat-cepat punya anak," tepis Lina. Ia tidak menyangka jika perkataannya yang spontan bisa membuat Rudi seperti tersinggung.

"Sebenarnya kamu mau punya anak atau tidak?" tanya Lina.

"Aku mau," jawab Rudi.

"Jadi, kenapa kamu tidak suka setiap kali aku membahas tentang anak?" protes Lina.

"Bukan kesal, tapi aku rasa ada waktu yang tepat untuk membahasnya. Kita kan sedang liburan, kita mau bersenang-senang. Masalah anak kan sering membuat kamu sedih. Jadi, aku rasa masalah anak jangan kita bahas di sini. Lebih baik kita fokus bersenang-senang," pinta Rudi.

"Iya sih, kamu benar juga," ucap Lina. Ia mencoba memahami perkataan suaminya. Memang apa yang dikatakannya benar.

Rudi mengusap kepala Lina seraya mencium dahinya. "Kalau memang sudah waktunya, kita akan memiliki anak," ucapnya.

"Iya, Mas." kata Lina.

"Kamu lihat deh, Dara dan Trian yang sudah lebih lama menikah dari kita. Mereka sudah menikah lima tahun, tapi belum memiliki anak. Mereka kelihatan baik-baik saja, bahkan sangat romantis. Kita kan belum ada satu tahun menikah, jadi bersabarlah dulu. Toh aku dan keluargaku juga tidak pernah menuntutmu untuk cepat hamil," nasihat Rudi.

Lina terdiam. Ia ikut memperhatikan keromantisan Dara dan Trian yang ada di depannya. Mereka memang tampak sangat bahagia. Akan tetapi, karena ia sudah tahu ceritanya, ia tak bisa menjadikan mereka sebagai sumber motivasi. Ia benar-benar ingin memiliki anak. Ia ingin mengurusi anak dan mengurusi rumah juga mengurusi suami dengan tangan sendiri.

Terpopuler

Comments

Kusii Yaati

Kusii Yaati

iya kali lin MB Kunti sedang datang bulan...kan repot klu mau beli di supermarket yang ada pada pingsan semua karyawannya 😂😂😂

2024-11-12

1

Novie Bundane Fathan

Novie Bundane Fathan

jangan2 Rudi itu laki2 jadi2an...😂😂😂

2024-12-19

2

Lucia

Lucia

Wahhh makin Rumit hub mereka. Rudi deh yg brrmasalah dgn Reproduksinya

2025-01-11

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Pertemuan Tak Terduga
2 Bab 2: Pengorbanan Trian
3 Bab 3: Gagal Terpuaskan
4 Bab 4: Bertamu
5 Bab 5: Makan Malam Bersama
6 Bab 6: Mengingat Masa Lalu
7 Bab 7: Menginap
8 Bab 8: Sarapan Bersama
9 Bab 9: Cekcok
10 Bab 10: Kapan Punya Anak?
11 Bab 11: Periksa Kesuburan
12 Bab 12: Kepergok Sedang Enak-Enak
13 Bab 13: Rahasia Dara
14 Bab 14: Obrolan Dua Orang Kesepian
15 Bab 15: Malam Panas Dara
16 Bab 16: Dara yang Gila
17 Bab 17: Misteri Pembalut yang Hilang
18 Bab 18: Tingkah Aneh Rudi
19 Bab 19: Giliran Trian yang Gila
20 Bab 20: Kekhilafan Pertama
21 Bab 21: Sebuah Kesalahan Fatal
22 Bab 22: Menyulut Perselingkuhan
23 Bab 23: Jangan Bertemu Lagi
24 Bab 24: Ketahuan Dara
25 Bab 25: Lina Sakit
26 Bab 26: Dimana Suamiku?
27 Bab 27: Pembalut Dalam Tas Suami
28 Bab 28: Siapa Tamu Itu?
29 Bab 29: Tidak Mungkin Suamiku Begitu
30 Bab 30: Ketahuan
31 Bab 31: Tabiat Asli Rudi
32 Bab 32: Mengungsi
33 Bab 33: Pulang ke Rumah Orang Tua
34 Bab 34: Meminta Dukungan Orang Tua
35 Bab 35: Sogokan
36 Bab 36: Kutunggu Jandamu
37 Bab 37: Kedatangan Rudi
38 Bab 38: Lina Sakit
39 Bab 39: Kabar Kehamilan
40 Bab 40: Mulai Awal Baru (Revisi)
41 Bab 41: Kekuatan Hidup (Revisi)
42 Bab 42: Perjalanan ke Kantor
43 Bab 43: Seperti Orang Asing
44 Bab 44: Menyebalkan
45 Bab 45: Pengakuan Arjun
46 Bab 46: Ingatan yang Hilang
47 Bab 47: Pak, Anda Sedang Apa?
48 Bab 48: Shick Shack Shock
49 Bab 49: Ada Apa Dengan Diriku?
50 Bab 50: Seperti Hampir Mati
51 Bab 51: Apa Anda Puas Sekarang
52 Bab 52: Bagaimana Kalau Kita Tinggal Bersama?
53 Bab 53: Urusan Mendadak
54 Bab 54: Kekesalan Orang Kaya
55 Bab 55: Langkah Awal yang Manis
56 Bab 56: Anda Jangan Gila!
57 Bab 57: Laporan Reno
58 Bab 58: Ketukan Tengah Malam
59 Bab 59: Bolehkah Aku Menginap?
60 Bab 60: Pendekatan Ugal-Ugalan
61 Bab 61: Sikapnya yang Hangat
62 Bab 62: Kepulangan Direktur
63 Bab 63: Mainan Milik Lina
64 Bab 64: Kamu Milikku!
65 Bab 65: Kamu Bisa Mengandalkanku
66 Bab 66: Modus Pak Direktur
67 Bab 67: Jebakan Orang Kaya
68 Bab 68: Bertemu Mantan Mertua
69 Bab 69: Penolakan Lina
70 Bab 70: Ulah Mantan Mertua
71 Bab 71: Permintaan Rudi
72 Bab 72: Apa Janu Anakku?
73 Bab 73: Maju Terus Pantang Mundur
74 Bab 74: Panggil Aku Ayah
75 Bab 75: Pamer
76 Bab 76: Ini Ayahku!
77 Bab 77: Rayuan Maut Trian
78 Bab 78: Hari Apes yang Memalukan
79 Bab 79: Cucu Melisa
80 Bab 80: Trian di Luar Nalar
81 Bab 81: Calon Mertua Baik Hati
82 Bab 82: Mandi Bersama
83 Bab 83: Kamu Puas Aku Lemas
84 Bab 84: Pertemuan Mengharukan
85 Bab 85: Negosiasi Trian
86 Bab 86: Semakin Dekat
87 Bab 87: Bertemu Keluarga Trian
88 Bab 88: Bandung Bondowoso Versi Modern
89 Bab 89: Pernikahan
90 Bab 90: Arjun Patah Hati
91 Bab 91: Jangan Ngambek, Sayang!
92 Bab 92: Singa yang Kelaparan
93 Bab 93: Bercocok Tanam
94 94: Kembali Bekerja
95 Bab 95: Istriku Semangatku
96 Bab 96: Minta Jatah di Kantor
97 Bab 97: Hati yang Berubah
98 Bab 98: Hampir Saja
99 Bab 99: Keputusan Gila Arjun
100 Bab 100: Ada Saja Masalah
101 Bab 101: Trian Kecelakaan
102 Bab 102: Kehadiran Mertua
103 Bab 103: Serpihan Masa Lalu
104 Bab 104: Ingatan yang Ambigu
105 Bab 105: Bibir Manis Arjun
106 Bab 106: Sentuhan Suami Tercinta
107 Bab 107: Penyesalan dan Kelegaan
108 Terjebak Pernikahan
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Bab 1: Pertemuan Tak Terduga
2
Bab 2: Pengorbanan Trian
3
Bab 3: Gagal Terpuaskan
4
Bab 4: Bertamu
5
Bab 5: Makan Malam Bersama
6
Bab 6: Mengingat Masa Lalu
7
Bab 7: Menginap
8
Bab 8: Sarapan Bersama
9
Bab 9: Cekcok
10
Bab 10: Kapan Punya Anak?
11
Bab 11: Periksa Kesuburan
12
Bab 12: Kepergok Sedang Enak-Enak
13
Bab 13: Rahasia Dara
14
Bab 14: Obrolan Dua Orang Kesepian
15
Bab 15: Malam Panas Dara
16
Bab 16: Dara yang Gila
17
Bab 17: Misteri Pembalut yang Hilang
18
Bab 18: Tingkah Aneh Rudi
19
Bab 19: Giliran Trian yang Gila
20
Bab 20: Kekhilafan Pertama
21
Bab 21: Sebuah Kesalahan Fatal
22
Bab 22: Menyulut Perselingkuhan
23
Bab 23: Jangan Bertemu Lagi
24
Bab 24: Ketahuan Dara
25
Bab 25: Lina Sakit
26
Bab 26: Dimana Suamiku?
27
Bab 27: Pembalut Dalam Tas Suami
28
Bab 28: Siapa Tamu Itu?
29
Bab 29: Tidak Mungkin Suamiku Begitu
30
Bab 30: Ketahuan
31
Bab 31: Tabiat Asli Rudi
32
Bab 32: Mengungsi
33
Bab 33: Pulang ke Rumah Orang Tua
34
Bab 34: Meminta Dukungan Orang Tua
35
Bab 35: Sogokan
36
Bab 36: Kutunggu Jandamu
37
Bab 37: Kedatangan Rudi
38
Bab 38: Lina Sakit
39
Bab 39: Kabar Kehamilan
40
Bab 40: Mulai Awal Baru (Revisi)
41
Bab 41: Kekuatan Hidup (Revisi)
42
Bab 42: Perjalanan ke Kantor
43
Bab 43: Seperti Orang Asing
44
Bab 44: Menyebalkan
45
Bab 45: Pengakuan Arjun
46
Bab 46: Ingatan yang Hilang
47
Bab 47: Pak, Anda Sedang Apa?
48
Bab 48: Shick Shack Shock
49
Bab 49: Ada Apa Dengan Diriku?
50
Bab 50: Seperti Hampir Mati
51
Bab 51: Apa Anda Puas Sekarang
52
Bab 52: Bagaimana Kalau Kita Tinggal Bersama?
53
Bab 53: Urusan Mendadak
54
Bab 54: Kekesalan Orang Kaya
55
Bab 55: Langkah Awal yang Manis
56
Bab 56: Anda Jangan Gila!
57
Bab 57: Laporan Reno
58
Bab 58: Ketukan Tengah Malam
59
Bab 59: Bolehkah Aku Menginap?
60
Bab 60: Pendekatan Ugal-Ugalan
61
Bab 61: Sikapnya yang Hangat
62
Bab 62: Kepulangan Direktur
63
Bab 63: Mainan Milik Lina
64
Bab 64: Kamu Milikku!
65
Bab 65: Kamu Bisa Mengandalkanku
66
Bab 66: Modus Pak Direktur
67
Bab 67: Jebakan Orang Kaya
68
Bab 68: Bertemu Mantan Mertua
69
Bab 69: Penolakan Lina
70
Bab 70: Ulah Mantan Mertua
71
Bab 71: Permintaan Rudi
72
Bab 72: Apa Janu Anakku?
73
Bab 73: Maju Terus Pantang Mundur
74
Bab 74: Panggil Aku Ayah
75
Bab 75: Pamer
76
Bab 76: Ini Ayahku!
77
Bab 77: Rayuan Maut Trian
78
Bab 78: Hari Apes yang Memalukan
79
Bab 79: Cucu Melisa
80
Bab 80: Trian di Luar Nalar
81
Bab 81: Calon Mertua Baik Hati
82
Bab 82: Mandi Bersama
83
Bab 83: Kamu Puas Aku Lemas
84
Bab 84: Pertemuan Mengharukan
85
Bab 85: Negosiasi Trian
86
Bab 86: Semakin Dekat
87
Bab 87: Bertemu Keluarga Trian
88
Bab 88: Bandung Bondowoso Versi Modern
89
Bab 89: Pernikahan
90
Bab 90: Arjun Patah Hati
91
Bab 91: Jangan Ngambek, Sayang!
92
Bab 92: Singa yang Kelaparan
93
Bab 93: Bercocok Tanam
94
94: Kembali Bekerja
95
Bab 95: Istriku Semangatku
96
Bab 96: Minta Jatah di Kantor
97
Bab 97: Hati yang Berubah
98
Bab 98: Hampir Saja
99
Bab 99: Keputusan Gila Arjun
100
Bab 100: Ada Saja Masalah
101
Bab 101: Trian Kecelakaan
102
Bab 102: Kehadiran Mertua
103
Bab 103: Serpihan Masa Lalu
104
Bab 104: Ingatan yang Ambigu
105
Bab 105: Bibir Manis Arjun
106
Bab 106: Sentuhan Suami Tercinta
107
Bab 107: Penyesalan dan Kelegaan
108
Terjebak Pernikahan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!