Bab 16: Dara yang Gila

Dara turun dari mobilnya dengan wajah muram. Ia kelihatan lelah dan tidak bersemangat setelah mengantar Rival ke bandara. Setelah ini, ia harus kembali berpisah untuk waktu yang lama. Rival tak bisa selalu menemuinya. Terkadang dua minggu atau bahkan satu bulan baru bisa datang.

"Baru pulang?"

Saat Dara menginjakkan kaki di ruang tengah, terdengar suara Trian yang tengah duduk menonton televisi di sana.

Dara turut duduk di sofa sembari menyandarkan tubuhnya. Ia membuka dua kancing teratas kemejanya.

"Pasti semalam kamu menemui Rival lagi," tebak Trian.

Dara tertawa kecil. "Kenapa? Kamu mau melaporkannya kepada ayahku?" tanyanya. Ia merasa kesal diinterogasi seperti itu.

"Apa kamu tidak bisa berhenti?" tanya Trian balik.

"Sudahlah, kenapa dipermasalahkan? Lagipula, kami juga tidak melakukan apa-apa. Kamu kan tahu sendiri aku sedang datang bulan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Lakukan saja tugasmu untuk menjadi suami pura-pura," jawab Dara.

Trian menghela napas panjang. Ia mencoba bersabar menghadapi istrinya. "Dara, please ... Satu anakmu saja tidak terurus. Jangan sampai kamu menambah masalah lagi. Aku tahu kamu cuma pura-pura datang bulan. Seharusnya belum tanggalnya, kan? Atau setidaknya kamu minum lagi obatnya. Jaga dirimu jangan sampai hamil lagi," tegur Trian.

"Ah! Cerewet!" bentak Dara seraya membanting tas miliknya.

Baru saja ia bersedih dengan kepergian Rival, sekarang ucapan Trian menambah kekesalannya. "Kamu ini hanya perlu diam, Trian! Kamu tidak berhak memberiku pendapat! Aku akan melakukan apa yang menurutku benar. Jangan ikut campur!" makinya.

Trian rasa Dara itu sudah masuk kategori sakit jiwa. Seharusnya dia dirawat di rumah sakit jika. Apa yang Dara khayalkan benar-benar di luar logika. Menginginkan sesuatu sampai menjadi gila.

"Dara, cara berpikir lelaki itu berbeda dengan wanita. Lelaki lebih mengutamakan na fsunya dibandingkan perasaannya. Apa yang mereka lakukan hanya untuk memuaskan na fsu, bukan cinta. Dia bisa saja berpaling jika menemukan wanita yang lebih menarik baginya," tutur Trian.

Dara tidak terima. Ia mendekati Trian dan mencengkeram kerah baju sembari melemparkan tatapan mata tajam penuh kemarahan. Trian berusaha tetap bersikap tenang.

"Kamu jangan sok tahu! Kami sudah saling mencintai lama sebelum pernikahan busuk itu terjadi! Dia hanya terpaksa menikah! Dia sangat mencintaiku! Dia tidak mencintai istrinya!" tegas Dara. Ia kesal Trian meremehkan cinta Rival terhadapnya.

"Apa kamu pikir jika nanti kamu hamil, Rival akan menceraikan istrinya?" tanya Trian.

"Ya! Tentu saja! Itu pasti! Rival pasti akan semakin mencintaiku dan menceraikan istrinya," kata Dara dengan penuh keyakinan.

Trian menatap Dara. Tampak mata Dara berkaca-kaca. Tubuhnya gemetar. Tak lama kemudian, wanita itu menangis sembari memeluk Trian.

Trian hanya bisa menepuk-nepuk punggung Dara, membiarkan wanita itu menangis sepuasnya.

Trian tak bisa mengabaikan Dara. Meskipun menyebalkan, ia juga kasihan terhadap wanita itu. Menurutnya Dara hanya wanita yang naif dan dibutakan oleh cinta.

Dulu, Dara pikir jika ia bisa hamil, maka Rival akan bertanggung jawab untuk menikahinya. Makanya dia rela menyerahkan tubuhnya kepada Rival. Kenyataannya, Rival tak bisa berbuat apa-apa. Rival tetap bersama istrinya dan Dara harus menanggung kesusahan melahirkan anak sendiri. Bahkan membuat banyak orang kesusahan untuk menutupi perilaku Dara.

Orang tua Dara sudah berusaha memisahkan mereka, tapi tetap saja Dara terbuai dengan cinta Rival. Meskipun ada Trian, Dara juga masih suka bertemu dengan Rival seenaknya. Padahal sudah sering diingatkan agar setidaknya memakai pengaman.

"Rival tidak akan bisa menikahimu meskipun kamu hamil lagi, Dara," ucap Trian ketika kondisi Dara sudah semakin tenang.

"Trian, dia itu sangat mencintaiku. Dia hanya ingin punya anak dariku. Kalau aku hamil lagi, dia akan semakin mencintaiku," bantah Dara.

Trian benar-benar sedang menghadapi orang gila. Diberi nasihat tidak akan mau didengarkan.

"Kalau dia mencintaimu, dia akan bercerai dengan istrinya dan menikahimu," timpal Trian.

"Ya, nanti juga mereka akan bercerai. Dia sudah enam tahun mengabaikan istrinya. Lama kelamaan istrinya juga akan menyerah. Apalagi dia tidak punya anak dari Trian," kata Dara dengan penuh keyakinan.

Trian hanya bisa geleng-geleng kepala. "Setidaknya tunggu mereka bercerai dulu. Kamu mau punya anak dua, tiga, atau sepuluh, lakukan saja. Tapi, jangan menambah anak sebelum dia menceraikan istrinya."

Mendengar kata-kata Trian, Dara menjadi lebih tenang. Kekesalannya perlahan mereda.

"Apa mau aku ajari cara mendapatkan perhatian lelaki?" tanya Trian.

Dara melepaskan diri dari pelukan Trian. Ia duduk tenang tepat di samping Trian dengan tatapan penuh fokus. "Apa?" tanyanya penasaran.

"Berhenti menghubungi dia!" kata Trian.

Dara tercengang. "Apa kamu sudah gila? Nanti Rival malah meninggalkanku," protesnya. Menurut Dara, ide Trian sama sekali tak berguna.

Trian menggeleng. "Coba saja dulu. Lelaki kalau diabaikan, dia yang akan mengejar. Tapi, kalau kamu yang mengejar-ngejar, dia akan menyepelekan. Jadi, kalau kamu ingin mendapatkannya, buat dia yang mengejarmu," ucapnya.

Dara mencoba mencerna ide yang Trian berikan. Ia merenungi bagaimana hubungannya selama ini berjalan. Memang, Rival hanya menemuinya jika dia sudah kesal dan marah. Rival tak pernah berinisiatif menemuinya sendiri.

Trian menepuk kepala Dara dengan lembut. "Kamu ini kenapa seperti ini? Kamu masih muda dan cantik. Dunia ini sangat luas, bukan hanya ada Rival saja. Apa kamu tidak mau mengenal lelaki lain yang lebih baik? Tentunya yang belum menikah."

Dara tertawa kecil. "Kenapa? Kamu berharap aku bisa mencintaimu karena kita menikah?" tanyanya.

Trian menggeleng. "Kamu bisa mencintai siapa saja yang kamu inginkan. Tidak harus aku," kilahnya.

"Sayangnya, aku hanya mencintai Rival!" kata Dara.

Trian menghela napas. "Maksudnya yang belum menikah ...," ucapnya kesal.

Dara hanya tertawa dengan ekspresi wajah yang Trian tunjukkan.

"Lebih baik sekarang kamu minum pil KB darurat saja dulu supaya tidak hamil. Jangan sampai nanti kamu hamil lagi dan merepotkan orang lain," gerutu Trian.

"Iya, iya ...," jawab Dara kesal.

"Kalau kamu tidak menurut, aku benar-benar akan melaporkan semuanya kepada ayahmu. Aku lelah sekali mengurusimu," gerutu Trian lagi.

"Iya, ini aku akan ke kamar dan meminum obatnya! Kamu jangan banyak bicara, aku pusing!" omel Dara.

Dara akhirnya mengalah dan pergi ke kamarnya. Trian merasa lega. Ia juga berharap bisa segera berhenti dari pernikahan pura-pura itu.

Trian berharap Dara segera menyerah tentang Rival atau menemukan cinta barunya. Sementara, dirinya akan memulai kehidupannya dari awal. Ia berharap waktu itu akan segera tiba.

"Trian ...." panggil Dara dari dalam kamar.

"Apa?" sahut Trian.

"Kamu membelikan aku banyak pembalut?" tanya Dara.

"Ya, supaya kamu tidak ada alasan untuk meminjam ke tetangga lagi!" jawab Trian yang masih trauma dengan kejadian pembalut kemarin itu.

Terpopuler

Comments

Ita rahmawati

Ita rahmawati

ortunya dara kan juga kaya ngapa gk bantu si rival lepas dari bini nya,,dari pada nutupin anaknya berbuat dosa dn kyk orgil gtu 🤣

2024-12-25

0

Carloz Loco

Carloz Loco

jika nafsu dunia udah membelenggunya seolah olah tak ada gunanya dengan nasehat

2025-01-24

0

Rosmawati Usman Fatban

Rosmawati Usman Fatban

pernikahan apa kah ini.

2024-12-11

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Pertemuan Tak Terduga
2 Bab 2: Pengorbanan Trian
3 Bab 3: Gagal Terpuaskan
4 Bab 4: Bertamu
5 Bab 5: Makan Malam Bersama
6 Bab 6: Mengingat Masa Lalu
7 Bab 7: Menginap
8 Bab 8: Sarapan Bersama
9 Bab 9: Cekcok
10 Bab 10: Kapan Punya Anak?
11 Bab 11: Periksa Kesuburan
12 Bab 12: Kepergok Sedang Enak-Enak
13 Bab 13: Rahasia Dara
14 Bab 14: Obrolan Dua Orang Kesepian
15 Bab 15: Malam Panas Dara
16 Bab 16: Dara yang Gila
17 Bab 17: Misteri Pembalut yang Hilang
18 Bab 18: Tingkah Aneh Rudi
19 Bab 19: Giliran Trian yang Gila
20 Bab 20: Kekhilafan Pertama
21 Bab 21: Sebuah Kesalahan Fatal
22 Bab 22: Menyulut Perselingkuhan
23 Bab 23: Jangan Bertemu Lagi
24 Bab 24: Ketahuan Dara
25 Bab 25: Lina Sakit
26 Bab 26: Dimana Suamiku?
27 Bab 27: Pembalut Dalam Tas Suami
28 Bab 28: Siapa Tamu Itu?
29 Bab 29: Tidak Mungkin Suamiku Begitu
30 Bab 30: Ketahuan
31 Bab 31: Tabiat Asli Rudi
32 Bab 32: Mengungsi
33 Bab 33: Pulang ke Rumah Orang Tua
34 Bab 34: Meminta Dukungan Orang Tua
35 Bab 35: Sogokan
36 Bab 36: Kutunggu Jandamu
37 Bab 37: Kedatangan Rudi
38 Bab 38: Lina Sakit
39 Bab 39: Kabar Kehamilan
40 Bab 40: Mulai Awal Baru (Revisi)
41 Bab 41: Kekuatan Hidup (Revisi)
42 Bab 42: Perjalanan ke Kantor
43 Bab 43: Seperti Orang Asing
44 Bab 44: Menyebalkan
45 Bab 45: Pengakuan Arjun
46 Bab 46: Ingatan yang Hilang
47 Bab 47: Pak, Anda Sedang Apa?
48 Bab 48: Shick Shack Shock
49 Bab 49: Ada Apa Dengan Diriku?
50 Bab 50: Seperti Hampir Mati
51 Bab 51: Apa Anda Puas Sekarang
52 Bab 52: Bagaimana Kalau Kita Tinggal Bersama?
53 Bab 53: Urusan Mendadak
54 Bab 54: Kekesalan Orang Kaya
55 Bab 55: Langkah Awal yang Manis
56 Bab 56: Anda Jangan Gila!
57 Bab 57: Laporan Reno
58 Bab 58: Ketukan Tengah Malam
59 Bab 59: Bolehkah Aku Menginap?
60 Bab 60: Pendekatan Ugal-Ugalan
61 Bab 61: Sikapnya yang Hangat
62 Bab 62: Kepulangan Direktur
63 Bab 63: Mainan Milik Lina
64 Bab 64: Kamu Milikku!
65 Bab 65: Kamu Bisa Mengandalkanku
66 Bab 66: Modus Pak Direktur
67 Bab 67: Jebakan Orang Kaya
68 Bab 68: Bertemu Mantan Mertua
69 Bab 69: Penolakan Lina
70 Bab 70: Ulah Mantan Mertua
71 Bab 71: Permintaan Rudi
72 Bab 72: Apa Janu Anakku?
73 Bab 73: Maju Terus Pantang Mundur
74 Bab 74: Panggil Aku Ayah
75 Bab 75: Pamer
76 Bab 76: Ini Ayahku!
77 Bab 77: Rayuan Maut Trian
78 Bab 78: Hari Apes yang Memalukan
79 Bab 79: Cucu Melisa
80 Bab 80: Trian di Luar Nalar
81 Bab 81: Calon Mertua Baik Hati
82 Bab 82: Mandi Bersama
83 Bab 83: Kamu Puas Aku Lemas
84 Bab 84: Pertemuan Mengharukan
85 Bab 85: Negosiasi Trian
86 Bab 86: Semakin Dekat
87 Bab 87: Bertemu Keluarga Trian
88 Bab 88: Bandung Bondowoso Versi Modern
89 Bab 89: Pernikahan
90 Bab 90: Arjun Patah Hati
91 Bab 91: Jangan Ngambek, Sayang!
92 Bab 92: Singa yang Kelaparan
93 Bab 93: Bercocok Tanam
94 94: Kembali Bekerja
95 Bab 95: Istriku Semangatku
96 Bab 96: Minta Jatah di Kantor
97 Bab 97: Hati yang Berubah
98 Bab 98: Hampir Saja
99 Bab 99: Keputusan Gila Arjun
100 Bab 100: Ada Saja Masalah
101 Bab 101: Trian Kecelakaan
102 Bab 102: Kehadiran Mertua
103 Bab 103: Serpihan Masa Lalu
104 Bab 104: Ingatan yang Ambigu
105 Bab 105: Bibir Manis Arjun
106 Bab 106: Sentuhan Suami Tercinta
107 Bab 107: Penyesalan dan Kelegaan
108 Terjebak Pernikahan
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Bab 1: Pertemuan Tak Terduga
2
Bab 2: Pengorbanan Trian
3
Bab 3: Gagal Terpuaskan
4
Bab 4: Bertamu
5
Bab 5: Makan Malam Bersama
6
Bab 6: Mengingat Masa Lalu
7
Bab 7: Menginap
8
Bab 8: Sarapan Bersama
9
Bab 9: Cekcok
10
Bab 10: Kapan Punya Anak?
11
Bab 11: Periksa Kesuburan
12
Bab 12: Kepergok Sedang Enak-Enak
13
Bab 13: Rahasia Dara
14
Bab 14: Obrolan Dua Orang Kesepian
15
Bab 15: Malam Panas Dara
16
Bab 16: Dara yang Gila
17
Bab 17: Misteri Pembalut yang Hilang
18
Bab 18: Tingkah Aneh Rudi
19
Bab 19: Giliran Trian yang Gila
20
Bab 20: Kekhilafan Pertama
21
Bab 21: Sebuah Kesalahan Fatal
22
Bab 22: Menyulut Perselingkuhan
23
Bab 23: Jangan Bertemu Lagi
24
Bab 24: Ketahuan Dara
25
Bab 25: Lina Sakit
26
Bab 26: Dimana Suamiku?
27
Bab 27: Pembalut Dalam Tas Suami
28
Bab 28: Siapa Tamu Itu?
29
Bab 29: Tidak Mungkin Suamiku Begitu
30
Bab 30: Ketahuan
31
Bab 31: Tabiat Asli Rudi
32
Bab 32: Mengungsi
33
Bab 33: Pulang ke Rumah Orang Tua
34
Bab 34: Meminta Dukungan Orang Tua
35
Bab 35: Sogokan
36
Bab 36: Kutunggu Jandamu
37
Bab 37: Kedatangan Rudi
38
Bab 38: Lina Sakit
39
Bab 39: Kabar Kehamilan
40
Bab 40: Mulai Awal Baru (Revisi)
41
Bab 41: Kekuatan Hidup (Revisi)
42
Bab 42: Perjalanan ke Kantor
43
Bab 43: Seperti Orang Asing
44
Bab 44: Menyebalkan
45
Bab 45: Pengakuan Arjun
46
Bab 46: Ingatan yang Hilang
47
Bab 47: Pak, Anda Sedang Apa?
48
Bab 48: Shick Shack Shock
49
Bab 49: Ada Apa Dengan Diriku?
50
Bab 50: Seperti Hampir Mati
51
Bab 51: Apa Anda Puas Sekarang
52
Bab 52: Bagaimana Kalau Kita Tinggal Bersama?
53
Bab 53: Urusan Mendadak
54
Bab 54: Kekesalan Orang Kaya
55
Bab 55: Langkah Awal yang Manis
56
Bab 56: Anda Jangan Gila!
57
Bab 57: Laporan Reno
58
Bab 58: Ketukan Tengah Malam
59
Bab 59: Bolehkah Aku Menginap?
60
Bab 60: Pendekatan Ugal-Ugalan
61
Bab 61: Sikapnya yang Hangat
62
Bab 62: Kepulangan Direktur
63
Bab 63: Mainan Milik Lina
64
Bab 64: Kamu Milikku!
65
Bab 65: Kamu Bisa Mengandalkanku
66
Bab 66: Modus Pak Direktur
67
Bab 67: Jebakan Orang Kaya
68
Bab 68: Bertemu Mantan Mertua
69
Bab 69: Penolakan Lina
70
Bab 70: Ulah Mantan Mertua
71
Bab 71: Permintaan Rudi
72
Bab 72: Apa Janu Anakku?
73
Bab 73: Maju Terus Pantang Mundur
74
Bab 74: Panggil Aku Ayah
75
Bab 75: Pamer
76
Bab 76: Ini Ayahku!
77
Bab 77: Rayuan Maut Trian
78
Bab 78: Hari Apes yang Memalukan
79
Bab 79: Cucu Melisa
80
Bab 80: Trian di Luar Nalar
81
Bab 81: Calon Mertua Baik Hati
82
Bab 82: Mandi Bersama
83
Bab 83: Kamu Puas Aku Lemas
84
Bab 84: Pertemuan Mengharukan
85
Bab 85: Negosiasi Trian
86
Bab 86: Semakin Dekat
87
Bab 87: Bertemu Keluarga Trian
88
Bab 88: Bandung Bondowoso Versi Modern
89
Bab 89: Pernikahan
90
Bab 90: Arjun Patah Hati
91
Bab 91: Jangan Ngambek, Sayang!
92
Bab 92: Singa yang Kelaparan
93
Bab 93: Bercocok Tanam
94
94: Kembali Bekerja
95
Bab 95: Istriku Semangatku
96
Bab 96: Minta Jatah di Kantor
97
Bab 97: Hati yang Berubah
98
Bab 98: Hampir Saja
99
Bab 99: Keputusan Gila Arjun
100
Bab 100: Ada Saja Masalah
101
Bab 101: Trian Kecelakaan
102
Bab 102: Kehadiran Mertua
103
Bab 103: Serpihan Masa Lalu
104
Bab 104: Ingatan yang Ambigu
105
Bab 105: Bibir Manis Arjun
106
Bab 106: Sentuhan Suami Tercinta
107
Bab 107: Penyesalan dan Kelegaan
108
Terjebak Pernikahan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!