Bab 5: Makan Malam Bersama

Trian memandangi ponselnya dengan perasaan gelisah. Sudah setengah jam ia menunggu di rumah Lina, namun Dara belum juga pulang. Semua pesan yang ia kirimkan belum terbaca. Ponsel Dara sepertinya dimatikan. Ia terancam tidak akan bisa masuk rumah semalaman.

"Bagaimana, Dara sudah bisa dihubungi?" tanya Lina penasaran. Ia juga sejak tadi canggung harus mengobrol dengan orang yang sudah lama tak dijumpai.

Trian menggeleng. "Dia kalau seperti ini biasanya tidak akan pulang karena kerjaan," ucapnya.

"Lah, kalau dia tidak pulang, lalu kamu bagaimana? Kuncinya kan dibawa Dara?" Lina terkejut. Suaminya juga sering tidak pulang ke rumah, tapi setidaknya pasti selalu memberikan kabar.

Trian mengangkat kedua bahunya. "Entahlah, mungkin aku tidur di hotel saja malam ini," katanya.

"Suamiku juga tadi baru mengabari kalau sepertinya dia tidak akan pulang karena ada rapat mendadak di luar kota," ucap Lina tak bersemangat. Rudi bukan hanya telat pulang, tapi tidak akan pulang. Tepat seperti prediksinya.

"Memangnya suamimu kerja sebagai apa?" tanya Trian penasaran.

"Asisten manajer di perusahaan XYZ," jawab Lina.

"Oh, perusahaan itu ...." Trian manggut-manggut karena tahu nama perusahaan yang disebutkan Lina.

"Kalau kamu dan Dara kerja dimana?" tanya Lina.

"Aku di perusahaan ABC, kalau Dara di perusahaan XXX," jawab Trian.

"Enak ya, kalian bisa bekerja semua, jadi punya kesibukkan," ujar Lina. Ia membayangkan kembali masa-masa dirinya masih bekerja, bisa berpenampilan rapi, bertemu rekan kerja, juga punya penghasilan sendiri.

"Tapi, menurutku kalau berumah tangga memang baiknya istri di rumah saja. Mengurus rumah, mengurus suami, dan anak. Jadi, kalau suami pulang tidak bingung mau makan apa karena ada yang menyiapkan di rumah," kata Trian.

"Itu kalau suaminya punya jadwal pulang teratur. Kalau seperti aku, beda lagi ceritanya. Sudah repot-repot masak, menunggu lama, ternyata suami tidak pulang. Mana di rumah sendirian, sepi ...." tepis Lina.

Trian tersenyum. "Kalau nanti kamu bekerja, rasanya juga sama, tidak enak. Melelahkan dan membosankan. Jadi, semuanya sama saja lelahnya."

Lina mencuri-curi pandang ke arah Trian. Meskipun sudah sepuluh tahun berlalu, wajahnya tetap saja menawan. Ia senang bisa kembali bertemu dengannya meskipun statusnya sudah berbeda.

Ia masih bertanya-tanya kenapa lelaki itu dulu meninggalkannya. Membuat ia merasa dirinya memang tak pantas untuk siapapun. Ia hanyalah seorang wanita dari keluarga pas-pasan. Bisa menikah dengan Rudi saja merupakan sebuah keberuntungan baginya. Ia kira setelah berpisah dengan Trian, tak akan ada lagi lelaki yang mau mendekatinya.

"Kenapa, Lina?" tanya Trian.

Buru-buru Lina mengalihkan pandangannya ke arah lain saat Trian melirik ke arahnya.

"Ah, tidak apa-apa," kilahnya sembari tersenyum kikuk.

"Selama sepuluh tahun ini apa saja yang sudah kamu lakukan?" tanya Trian.

Lina terdiam sejenak. Andai saja bisa mengungkapkan, ia ingin mengatakan jika selama ini ia sibuk menangisi perpisahannya dengan Trian. Setiap kali teringat tentang lelaki itu, Lina selalu menangis. Ia tak bisa menjalani kehidupannya dengan baik. Ia membenci Trian namun juga merindukannya.

Saat dia kuliah, pikirannya masih dipenuhi oleh Trian. Jika saja dia tak memaksakan diri untuk fokus, kuliahnya akan berantakan dan beasiswanya bisa dicabut. Ia menyibukkan diri dengan belajar dan mencari pekerjaan sampingan.

Cara itu cukup berhasil hingga akhirnya ia bisa lulus dan diterima bekerja di perusahaan dengan gaji lumayan. Saat dia mulai dekat dengan Rudi, di situlah hatinya mulai terobati. Ia mulai bisa membuka diri untuk lelaki lain.

Apalagi Rudi tipe lelaki yang perhatian dan penyayang. Sebelum mereka menikah saja Rudi sudah sering memberinya uang, juga membantu masalah ekonomi keluarganya. Rudi memperlakukannya dengan sangat baik seperti seorang putri. Karena itulah ia memutuskan untuk menikah dengan lelaki itu.

"Aku? Tentu saja aku kuliah, terus bekerja, pacaran, lalu menikah," jawab Lina sekenanya.

"Kamu tidak mencariku?"

Lina terkejut mendengarnya. Ia ingin tertawa dengan pertanyaan sekonyol itu.

"Apa perlu aku mencari orang yang sudah mencampakan aku? Itu konyol!" sindirnya.

"Oh, aku kira kamu mencariku. Siapa tahu kamu masih ada rasa kepadaku."

"Apa aku terlihat seperti itu?"

Lina memutar malas kedua bola matanya. Trian terlalu percaya diri dan mengganggap dirinya paling penting. Ia akan menunjukkan bahwa dirinya akan baik-baik saja tanpa lelaki itu.

"Sudahlah, yang lalu biarlah berlalu. Untuk apa dibahas lagi. Toh kita sudah sama-sama bahagia dengan pilihan hidup kita."

Trian terdiam. Ada kekecewaan yang ia rasakan. Kata-kata kebahagiaan baginya adalah sesuatu yang semu. Dia bahkan tak pernah merasakannya selama pernikahan. Ia merasa iri dengan Lina yang terlihat bahagia dengan pernikahannya.

"Kamu bahagia dengan pilihanmu, ya?" tanya Trian dengan nada suara yang lemah.

Lina mengerutkan dahi tak paham maksud pertanyaan itu. "Tentu saja aku bahagia. Keluarga kami juga sangat merestui pernikahan kami."

Trian merasa tersindir. Dulu, hubungan mereka harus berakhir karena orang tuanya yang tidak setuju. Ia sampai harus menyembunyikan hubungan mereka meskipun akhirnya ketahuan dan disuruh putus.

"Rudi lelaki yang sangat bertanggung jawab. Dia mempercayakan semua penghasilannya kepadaku. Dia tak pernah melarangku untuk berbagi dengan keluargaku. Dia juga memintaku berhenti kerja agar aku tidak lelah, cukup menjadi istri yang duduk manis di rumah. Wanita mana yang tidak akan bahagia memiliki suami seperti itu?"

Lina seakan sedang memamerkan kebaikan suaminya. Berkali-kali hati Trian terasa tertusuk. Sakit.

Sedang asyik berbincang-bincang, tiba-tiba terdengar suara perut Trian yang cukup keras terdengar. Mereka seketika terdiam dan canggung. Apalagi Trian yang tampak menahan malu gara-gara suara perutnya.

Trian memang hanya sempat membeli sarapan saat di kantor. Jadwal yang padat membuatnya kehilangan waktu untuk makan siang. Saat pulang, rumahnya masih dalam kondisi terkunci.

"Apa kamu mau makan?" tanya Lina mempersilakan.

"Ah, tidak perlu! Aku jadi malu merepotkanmu seperti ini," kata Trian.

"Tidak apa-apa. Aku membuat cukup banyak makanan. Tapi, seperti yang kamu tahu, Rudi tidak pulang malam ini. Sayang kalau makanannya basi. Aku juga akan senang kalau ada teman makan," bujuk Lina.

Dengan perasan segan, Trian akhirnya mengiyakan ajakan Lina. Ia mengikuti wanita itu menuju ke arah ruang makan.

Benar saja, di sana sudah terhidang lauk pauk yang cukup beragam. Jauh berbeda dengan kondisi di rumahnya yang tidak pernah ada makanan.

Ya, Dara tidak pernah memasak. Trian selalu sarapan di luar. Sepulang kerja, Dara juga tidak akan menyiapkan makanan. Ia akan memasak sendiri makanannya. Jika sedang malas, ia sering memasak mie instan atau bahkan membeli makanan di luar.

"Apa segini cukup?" tanya Lina. Ia membantu mengambilkan nasi untuk Trian.

"Iya, cukup," jawab Trian.

Terpopuler

Comments

Ria Nilasari

Ria Nilasari

KL kayak gitu situasinya,membuat kesempatan perselingkuhan terjadi n suami istri sma2 bersalah kr buat kesempatan itu ada

2024-12-28

2

Lucia

Lucia

Iya masa Trian smpe lama binggu mo tidur di mn? Sama" py pasangan SIBUK😁

2025-01-10

0

Rosmawati Usman Fatban

Rosmawati Usman Fatban

Memprihatin. kan klu RT.mcm ini situasai nya

2024-12-10

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Pertemuan Tak Terduga
2 Bab 2: Pengorbanan Trian
3 Bab 3: Gagal Terpuaskan
4 Bab 4: Bertamu
5 Bab 5: Makan Malam Bersama
6 Bab 6: Mengingat Masa Lalu
7 Bab 7: Menginap
8 Bab 8: Sarapan Bersama
9 Bab 9: Cekcok
10 Bab 10: Kapan Punya Anak?
11 Bab 11: Periksa Kesuburan
12 Bab 12: Kepergok Sedang Enak-Enak
13 Bab 13: Rahasia Dara
14 Bab 14: Obrolan Dua Orang Kesepian
15 Bab 15: Malam Panas Dara
16 Bab 16: Dara yang Gila
17 Bab 17: Misteri Pembalut yang Hilang
18 Bab 18: Tingkah Aneh Rudi
19 Bab 19: Giliran Trian yang Gila
20 Bab 20: Kekhilafan Pertama
21 Bab 21: Sebuah Kesalahan Fatal
22 Bab 22: Menyulut Perselingkuhan
23 Bab 23: Jangan Bertemu Lagi
24 Bab 24: Ketahuan Dara
25 Bab 25: Lina Sakit
26 Bab 26: Dimana Suamiku?
27 Bab 27: Pembalut Dalam Tas Suami
28 Bab 28: Siapa Tamu Itu?
29 Bab 29: Tidak Mungkin Suamiku Begitu
30 Bab 30: Ketahuan
31 Bab 31: Tabiat Asli Rudi
32 Bab 32: Mengungsi
33 Bab 33: Pulang ke Rumah Orang Tua
34 Bab 34: Meminta Dukungan Orang Tua
35 Bab 35: Sogokan
36 Bab 36: Kutunggu Jandamu
37 Bab 37: Kedatangan Rudi
38 Bab 38: Lina Sakit
39 Bab 39: Kabar Kehamilan
40 Bab 40: Mulai Awal Baru (Revisi)
41 Bab 41: Kekuatan Hidup (Revisi)
42 Bab 42: Perjalanan ke Kantor
43 Bab 43: Seperti Orang Asing
44 Bab 44: Menyebalkan
45 Bab 45: Pengakuan Arjun
46 Bab 46: Ingatan yang Hilang
47 Bab 47: Pak, Anda Sedang Apa?
48 Bab 48: Shick Shack Shock
49 Bab 49: Ada Apa Dengan Diriku?
50 Bab 50: Seperti Hampir Mati
51 Bab 51: Apa Anda Puas Sekarang
52 Bab 52: Bagaimana Kalau Kita Tinggal Bersama?
53 Bab 53: Urusan Mendadak
54 Bab 54: Kekesalan Orang Kaya
55 Bab 55: Langkah Awal yang Manis
56 Bab 56: Anda Jangan Gila!
57 Bab 57: Laporan Reno
58 Bab 58: Ketukan Tengah Malam
59 Bab 59: Bolehkah Aku Menginap?
60 Bab 60: Pendekatan Ugal-Ugalan
61 Bab 61: Sikapnya yang Hangat
62 Bab 62: Kepulangan Direktur
63 Bab 63: Mainan Milik Lina
64 Bab 64: Kamu Milikku!
65 Bab 65: Kamu Bisa Mengandalkanku
66 Bab 66: Modus Pak Direktur
67 Bab 67: Jebakan Orang Kaya
68 Bab 68: Bertemu Mantan Mertua
69 Bab 69: Penolakan Lina
70 Bab 70: Ulah Mantan Mertua
71 Bab 71: Permintaan Rudi
72 Bab 72: Apa Janu Anakku?
73 Bab 73: Maju Terus Pantang Mundur
74 Bab 74: Panggil Aku Ayah
75 Bab 75: Pamer
76 Bab 76: Ini Ayahku!
77 Bab 77: Rayuan Maut Trian
78 Bab 78: Hari Apes yang Memalukan
79 Bab 79: Cucu Melisa
80 Bab 80: Trian di Luar Nalar
81 Bab 81: Calon Mertua Baik Hati
82 Bab 82: Mandi Bersama
83 Bab 83: Kamu Puas Aku Lemas
84 Bab 84: Pertemuan Mengharukan
85 Bab 85: Negosiasi Trian
86 Bab 86: Semakin Dekat
87 Bab 87: Bertemu Keluarga Trian
88 Bab 88: Bandung Bondowoso Versi Modern
89 Bab 89: Pernikahan
90 Bab 90: Arjun Patah Hati
91 Bab 91: Jangan Ngambek, Sayang!
92 Bab 92: Singa yang Kelaparan
93 Bab 93: Bercocok Tanam
94 94: Kembali Bekerja
95 Bab 95: Istriku Semangatku
96 Bab 96: Minta Jatah di Kantor
97 Bab 97: Hati yang Berubah
98 Bab 98: Hampir Saja
99 Bab 99: Keputusan Gila Arjun
100 Bab 100: Ada Saja Masalah
101 Bab 101: Trian Kecelakaan
102 Bab 102: Kehadiran Mertua
103 Bab 103: Serpihan Masa Lalu
104 Bab 104: Ingatan yang Ambigu
105 Bab 105: Bibir Manis Arjun
106 Bab 106: Sentuhan Suami Tercinta
107 Bab 107: Penyesalan dan Kelegaan
108 Terjebak Pernikahan
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Bab 1: Pertemuan Tak Terduga
2
Bab 2: Pengorbanan Trian
3
Bab 3: Gagal Terpuaskan
4
Bab 4: Bertamu
5
Bab 5: Makan Malam Bersama
6
Bab 6: Mengingat Masa Lalu
7
Bab 7: Menginap
8
Bab 8: Sarapan Bersama
9
Bab 9: Cekcok
10
Bab 10: Kapan Punya Anak?
11
Bab 11: Periksa Kesuburan
12
Bab 12: Kepergok Sedang Enak-Enak
13
Bab 13: Rahasia Dara
14
Bab 14: Obrolan Dua Orang Kesepian
15
Bab 15: Malam Panas Dara
16
Bab 16: Dara yang Gila
17
Bab 17: Misteri Pembalut yang Hilang
18
Bab 18: Tingkah Aneh Rudi
19
Bab 19: Giliran Trian yang Gila
20
Bab 20: Kekhilafan Pertama
21
Bab 21: Sebuah Kesalahan Fatal
22
Bab 22: Menyulut Perselingkuhan
23
Bab 23: Jangan Bertemu Lagi
24
Bab 24: Ketahuan Dara
25
Bab 25: Lina Sakit
26
Bab 26: Dimana Suamiku?
27
Bab 27: Pembalut Dalam Tas Suami
28
Bab 28: Siapa Tamu Itu?
29
Bab 29: Tidak Mungkin Suamiku Begitu
30
Bab 30: Ketahuan
31
Bab 31: Tabiat Asli Rudi
32
Bab 32: Mengungsi
33
Bab 33: Pulang ke Rumah Orang Tua
34
Bab 34: Meminta Dukungan Orang Tua
35
Bab 35: Sogokan
36
Bab 36: Kutunggu Jandamu
37
Bab 37: Kedatangan Rudi
38
Bab 38: Lina Sakit
39
Bab 39: Kabar Kehamilan
40
Bab 40: Mulai Awal Baru (Revisi)
41
Bab 41: Kekuatan Hidup (Revisi)
42
Bab 42: Perjalanan ke Kantor
43
Bab 43: Seperti Orang Asing
44
Bab 44: Menyebalkan
45
Bab 45: Pengakuan Arjun
46
Bab 46: Ingatan yang Hilang
47
Bab 47: Pak, Anda Sedang Apa?
48
Bab 48: Shick Shack Shock
49
Bab 49: Ada Apa Dengan Diriku?
50
Bab 50: Seperti Hampir Mati
51
Bab 51: Apa Anda Puas Sekarang
52
Bab 52: Bagaimana Kalau Kita Tinggal Bersama?
53
Bab 53: Urusan Mendadak
54
Bab 54: Kekesalan Orang Kaya
55
Bab 55: Langkah Awal yang Manis
56
Bab 56: Anda Jangan Gila!
57
Bab 57: Laporan Reno
58
Bab 58: Ketukan Tengah Malam
59
Bab 59: Bolehkah Aku Menginap?
60
Bab 60: Pendekatan Ugal-Ugalan
61
Bab 61: Sikapnya yang Hangat
62
Bab 62: Kepulangan Direktur
63
Bab 63: Mainan Milik Lina
64
Bab 64: Kamu Milikku!
65
Bab 65: Kamu Bisa Mengandalkanku
66
Bab 66: Modus Pak Direktur
67
Bab 67: Jebakan Orang Kaya
68
Bab 68: Bertemu Mantan Mertua
69
Bab 69: Penolakan Lina
70
Bab 70: Ulah Mantan Mertua
71
Bab 71: Permintaan Rudi
72
Bab 72: Apa Janu Anakku?
73
Bab 73: Maju Terus Pantang Mundur
74
Bab 74: Panggil Aku Ayah
75
Bab 75: Pamer
76
Bab 76: Ini Ayahku!
77
Bab 77: Rayuan Maut Trian
78
Bab 78: Hari Apes yang Memalukan
79
Bab 79: Cucu Melisa
80
Bab 80: Trian di Luar Nalar
81
Bab 81: Calon Mertua Baik Hati
82
Bab 82: Mandi Bersama
83
Bab 83: Kamu Puas Aku Lemas
84
Bab 84: Pertemuan Mengharukan
85
Bab 85: Negosiasi Trian
86
Bab 86: Semakin Dekat
87
Bab 87: Bertemu Keluarga Trian
88
Bab 88: Bandung Bondowoso Versi Modern
89
Bab 89: Pernikahan
90
Bab 90: Arjun Patah Hati
91
Bab 91: Jangan Ngambek, Sayang!
92
Bab 92: Singa yang Kelaparan
93
Bab 93: Bercocok Tanam
94
94: Kembali Bekerja
95
Bab 95: Istriku Semangatku
96
Bab 96: Minta Jatah di Kantor
97
Bab 97: Hati yang Berubah
98
Bab 98: Hampir Saja
99
Bab 99: Keputusan Gila Arjun
100
Bab 100: Ada Saja Masalah
101
Bab 101: Trian Kecelakaan
102
Bab 102: Kehadiran Mertua
103
Bab 103: Serpihan Masa Lalu
104
Bab 104: Ingatan yang Ambigu
105
Bab 105: Bibir Manis Arjun
106
Bab 106: Sentuhan Suami Tercinta
107
Bab 107: Penyesalan dan Kelegaan
108
Terjebak Pernikahan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!