Bab 4: Bertamu

Lina mengawali harinya dengan bangun pagi. Saat sang suami masih terlelap, ia menuju ke dapur untuk menyiapkan makanan.

Ucapan suaminya semalam hanyalah sekedar ucapan. Katanya mau lanjut ronde ke dua, tapi orangnya malah masih asyik di alam mimpi.

Bukan hal yang mengherankan lagi untuk Lina. Itu sudah biasa. Suaminya selain malas bercinta juga gampang kelelahan. Tak pernah lelaki itu ia tanyakan apakah sudah terpuaskan. Lina justru yang selama ini memuaskan.

Sampai suaminya bangun, mandi, lalu sarapan bersama, lelaki itu tak membahas masalah semalam. Seolah tidur telah menghapus memorinya. Lina ingin kesal, tapi lelaki itu memang suami yang tidak peka.

"Sayang, aku berangkat kerja dulu, ya! Kamu jaga diri baik-baik di rumah," pesan Rudi seraya mengecup pipi Lina.

Lelaki itu masuk ke dalam mobilnya lalu menyalakannya. Ia melambaikan tangan ke arah Lina yang masih berdiri di depan pintu. Sejurus kemudian, mobil itu melaju meninggalkan rumah.

Lina menghela napas. Ia merasa kehidupannya di kota baru itu tidak akan jauh berbeda dengan sebelumnya. Ia hanya akan menjadi seorang istri yang berdiam diri di rumah menunggu suami pulang.

"Hah! Kalau seperti ini terus, lebih baik aku kembali bekerja," gumamnya.

"Setidaknya aku punya anak supaya tidak terlalu sepi seperti ini. Tapi, bagaimana mau punya anak kalau bapaknya malas bercocok tanam. Benihnya juga pasti kualitasnya jelek karena kebanyakan kerja," lanjutnya. Ia menggerutu berbicara kepada dirinya sendiri.

Tak berselang lama Rudi pergi, di sebelah tampak Dara dan Trian keluar dari dalam rumah. Keduanya berpakaian rapi dan bersiap akan menaiki mobil.

Lina kira mereka akan masuk mobil bersama, namun hanya Trian yang masuk ke dalam mobil. Dara melambaikan tangan melepas kepergian mobil Trian.

"Selamat pagi, Lina!" sapa Dara yang menyadari keberadaan Lina. Ia melambaikan tangannya.

Lina membalas dengan turut melambaikan tangan.

"Aku kira kamu juga akan pergi kerja," kata Lina. Melihat gaya berpakaian Dara yang begitu rapi dan formal, tidak mungkin wanita itu hanya akan pergi jalan-jalan.

"Ya, aku memang mau berangkat kerja" jawab Dara.

Lina mengernyitkan dahi. "Tapi, kok nggak ikut suamimu?" tanyanya heran.

"Oh, iya. Tempat kerja kita beda. Jadi, aku bawa mobil sendiri," jawab Dara.

"Oh, begitu ...," Lina mengangguk paham.

Ia jadi rindu dengan masa-masa kerjan dulu. Bangun pagi, berpakaian rapi, lalu berangkat ke kantor. Wanita karir selalu terlihat keren meskipun pekerjaannya menuntut untuk kerja keras bagai kuda.

"Kalau begitu, aku berangkat dulu, ya!" pamit Dara. Sekali lagi ia melambaikan tangan ke arah Lina.

Lina ikut melambaikan tangan. Ia memperhatikan mobil Dara yang perlahan bergerak keluar dari carport rumah lalu melaju ke jalanan.

Lina menghela napas. Tetangga satu-satunya sudah pergi. Itu artinya, dia sendirian di blok perumahan itu sekarang.

"Yah ... Aku seperti penjaga kuburan sekarang," gerutu Lina.

Ia kembali masuk ke dalam rumah. Bingung mau melakukan apa, ia memilih untuk duduk bersantai di ruang tengah menyalakan televisinya. Ia menonton drama supaya suasana tak begitu sepi.

"Apa aku melamar kerja saja ya, hari ini? Aku cari dulu siapa tahu ada lowongan pekerjaan," gumam Lina sembari membuka-buka media sosial di ponselnya.

Ia mengetikkan pencarian lowongan kerja yang ada di kota tersebut. Sepertinya ia bisa gila jika hanya duduk diam di rumah saja.

"Kalau kerja kantoran lagi, sepertinya aku juga tidak sanggup. Pasti ada drama lembur dan senioritas deh."

Lina melihat ada lowongan kerja serupa dengan pengalamannya. Namun, ia hanya berniat kerja untuk mengisi waktu. Jika harus menjadi pegawai kantor lagi, ia belum siap untuk bekerja seharian penuh. Maka dari itu, ia mencari-cari pekerjaan lain yang mungkin tidak terlalu memberatkannya.

"Nah! Sepertinya ini cocok!" seru Lina kegirangan.

Ia melihat sebuah lowongan untuk mengisi posisi guru TK. Kebetulan dia juga menyukai anak-anak. Pekerjaannya hanya sampai siang. Kualifikasi pendidikan tidak ditentukan, yang penting sarjana dan menyukai anak-anak.

"Nanti aku akan mencoba mendaftar ke sana!"

***

Lina tampak tengah menyirami tanaman di halaman depan. Suaminya belum juga pulang padahal hari sudah sore. Seharian ia sudah sangat bosan menunggu di rumah sendirian.

"Hah! Katanya cuma kerja setengah hari!" gerutu Lina kepada sang suami yang lagi-lagi mengingkari janji.

Terdengar suara mobil mendekat. Ia kira mobil suaminya, ternyata mobil tetangga sebelah. Itu adalah mobil Fortuner hitam yang tadi pagi dibawa Trian ke kantor.

Benar saja, Trian keluar dari dalam mobil setelah memarkirkannya. Lelaki itu terlihat kebingungan sembari mencoba menelepon orang. Lina hanya bisa memperhatikan sembari melanjutkan kegiatannya menyirami tanaman.

Tiba-tiba Trian menoleh ke arah Lina. Buru-buri Lina mengalihkan pandangan. Namun, Trian tampak berjalan ke arahnya. Lina merasa gugup dihampiri oleh Trian.

"Lina," panggil Trian.

"Ah, iya, ada apa?" tanya Lina. Ia sangat canggung berhadapan dengan lelaki yang pernah menjadi mantan pacarnya itu. Ia mematikan selang airnya.

"Apa Dara menitipkan kunci rumah padamu?" tanya Trian.

Lina mengernyitkan dahi. "Kunci? Dara tidak menitipkan apapun padaku," jawabnya.

Trian mendengus kesal. "Aku tidak bisa masuk rumah karena kuncinya dia bawa. Aku hubungi juga tidak tersambung," ucapnya dengan nada agak kesal.

Trian sudah merasa sangat lelah sepulang kerja. Ia ingin segera beristirahat di rumah. Namun, istrinya belum pulang dan kondisi rumah terkunci.

"Dara langsung pergi setelah kamu pergi tadi pagi."

"Apa dia tidak pulang sebentar ke rumah?" tanya Trian.

Lina menggeleng.

Trian memegangi kepalanya seperti orang kebingungan.

"Kalau kamu mau, tunggu saja di rumahku sampai Dara pulang," ajak Lina.

"Apa itu tidak mengganggumu?" tanya Trian.

"Tidak, tidak apa-apa. Masuk saja, dari pada kamu menunggu di luar pintu," ujar Lina.

Trian akhirnya mau masuk ke rumah Lina. Dia juga merasa canggung dan tidak enak hati karena kemarin sudah berpura-pura tidak mengenal wanita itu.

"Maaf, ya, hanya ada ini." Lina mengeluarkan beberapa kotak minuman buah kemasan dan menyajikannya di hadapan Trian. Ia baru mengambilnya dari dalam kulkas.

"Kenapa kamu repot-repot begini? Aku jadi tambah sungkan," kata Trian.

"Tidak apa-apa. Ini juga seadanya."

Lina duduk tepat di hadapan Trian. Keduanya nampak canggung tak berani bertatapan.

"Maaf untuk yang kemarin," ucap Trian mengawali pembicaraan.

"Kemarin? Memangnya kenapa?" tanya Lina heran.

"Kemarin aku pura-pura tidak mengenalmu," jawab Trian jujur. Ia sangat merasa bersalah dan terbebani.

"Ah, itu ...." Lina tidak menyangka jika Trian akan membahasnya. "Aku bisa memahami mungkin kamu ingin menjaga perasaan istrimu. Tidak apa-apa, kamu tidak perlu minta maaf. Lagi pula, itu sudah lama berlalu," katanya bijak.

Terpopuler

Comments

Nissa Zafa

Nissa Zafa

apakah Rudi gay ..

2025-01-19

0

Rosmawati Usman Fatban

Rosmawati Usman Fatban

apa Rudi ada selingkuhan????

2024-12-10

1

Gamar Abdul Aziz

Gamar Abdul Aziz

lanjut

2024-11-19

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Pertemuan Tak Terduga
2 Bab 2: Pengorbanan Trian
3 Bab 3: Gagal Terpuaskan
4 Bab 4: Bertamu
5 Bab 5: Makan Malam Bersama
6 Bab 6: Mengingat Masa Lalu
7 Bab 7: Menginap
8 Bab 8: Sarapan Bersama
9 Bab 9: Cekcok
10 Bab 10: Kapan Punya Anak?
11 Bab 11: Periksa Kesuburan
12 Bab 12: Kepergok Sedang Enak-Enak
13 Bab 13: Rahasia Dara
14 Bab 14: Obrolan Dua Orang Kesepian
15 Bab 15: Malam Panas Dara
16 Bab 16: Dara yang Gila
17 Bab 17: Misteri Pembalut yang Hilang
18 Bab 18: Tingkah Aneh Rudi
19 Bab 19: Giliran Trian yang Gila
20 Bab 20: Kekhilafan Pertama
21 Bab 21: Sebuah Kesalahan Fatal
22 Bab 22: Menyulut Perselingkuhan
23 Bab 23: Jangan Bertemu Lagi
24 Bab 24: Ketahuan Dara
25 Bab 25: Lina Sakit
26 Bab 26: Dimana Suamiku?
27 Bab 27: Pembalut Dalam Tas Suami
28 Bab 28: Siapa Tamu Itu?
29 Bab 29: Tidak Mungkin Suamiku Begitu
30 Bab 30: Ketahuan
31 Bab 31: Tabiat Asli Rudi
32 Bab 32: Mengungsi
33 Bab 33: Pulang ke Rumah Orang Tua
34 Bab 34: Meminta Dukungan Orang Tua
35 Bab 35: Sogokan
36 Bab 36: Kutunggu Jandamu
37 Bab 37: Kedatangan Rudi
38 Bab 38: Lina Sakit
39 Bab 39: Kabar Kehamilan
40 Bab 40: Mulai Awal Baru (Revisi)
41 Bab 41: Kekuatan Hidup (Revisi)
42 Bab 42: Perjalanan ke Kantor
43 Bab 43: Seperti Orang Asing
44 Bab 44: Menyebalkan
45 Bab 45: Pengakuan Arjun
46 Bab 46: Ingatan yang Hilang
47 Bab 47: Pak, Anda Sedang Apa?
48 Bab 48: Shick Shack Shock
49 Bab 49: Ada Apa Dengan Diriku?
50 Bab 50: Seperti Hampir Mati
51 Bab 51: Apa Anda Puas Sekarang
52 Bab 52: Bagaimana Kalau Kita Tinggal Bersama?
53 Bab 53: Urusan Mendadak
54 Bab 54: Kekesalan Orang Kaya
55 Bab 55: Langkah Awal yang Manis
56 Bab 56: Anda Jangan Gila!
57 Bab 57: Laporan Reno
58 Bab 58: Ketukan Tengah Malam
59 Bab 59: Bolehkah Aku Menginap?
60 Bab 60: Pendekatan Ugal-Ugalan
61 Bab 61: Sikapnya yang Hangat
62 Bab 62: Kepulangan Direktur
63 Bab 63: Mainan Milik Lina
64 Bab 64: Kamu Milikku!
65 Bab 65: Kamu Bisa Mengandalkanku
66 Bab 66: Modus Pak Direktur
67 Bab 67: Jebakan Orang Kaya
68 Bab 68: Bertemu Mantan Mertua
69 Bab 69: Penolakan Lina
70 Bab 70: Ulah Mantan Mertua
71 Bab 71: Permintaan Rudi
72 Bab 72: Apa Janu Anakku?
73 Bab 73: Maju Terus Pantang Mundur
74 Bab 74: Panggil Aku Ayah
75 Bab 75: Pamer
76 Bab 76: Ini Ayahku!
77 Bab 77: Rayuan Maut Trian
78 Bab 78: Hari Apes yang Memalukan
79 Bab 79: Cucu Melisa
80 Bab 80: Trian di Luar Nalar
81 Bab 81: Calon Mertua Baik Hati
82 Bab 82: Mandi Bersama
83 Bab 83: Kamu Puas Aku Lemas
84 Bab 84: Pertemuan Mengharukan
85 Bab 85: Negosiasi Trian
86 Bab 86: Semakin Dekat
87 Bab 87: Bertemu Keluarga Trian
88 Bab 88: Bandung Bondowoso Versi Modern
89 Bab 89: Pernikahan
90 Bab 90: Arjun Patah Hati
91 Bab 91: Jangan Ngambek, Sayang!
92 Bab 92: Singa yang Kelaparan
93 Bab 93: Bercocok Tanam
94 94: Kembali Bekerja
95 Bab 95: Istriku Semangatku
96 Bab 96: Minta Jatah di Kantor
97 Bab 97: Hati yang Berubah
98 Bab 98: Hampir Saja
99 Bab 99: Keputusan Gila Arjun
100 Bab 100: Ada Saja Masalah
101 Bab 101: Trian Kecelakaan
102 Bab 102: Kehadiran Mertua
103 Bab 103: Serpihan Masa Lalu
104 Bab 104: Ingatan yang Ambigu
105 Bab 105: Bibir Manis Arjun
106 Bab 106: Sentuhan Suami Tercinta
107 Bab 107: Penyesalan dan Kelegaan
108 Terjebak Pernikahan
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Bab 1: Pertemuan Tak Terduga
2
Bab 2: Pengorbanan Trian
3
Bab 3: Gagal Terpuaskan
4
Bab 4: Bertamu
5
Bab 5: Makan Malam Bersama
6
Bab 6: Mengingat Masa Lalu
7
Bab 7: Menginap
8
Bab 8: Sarapan Bersama
9
Bab 9: Cekcok
10
Bab 10: Kapan Punya Anak?
11
Bab 11: Periksa Kesuburan
12
Bab 12: Kepergok Sedang Enak-Enak
13
Bab 13: Rahasia Dara
14
Bab 14: Obrolan Dua Orang Kesepian
15
Bab 15: Malam Panas Dara
16
Bab 16: Dara yang Gila
17
Bab 17: Misteri Pembalut yang Hilang
18
Bab 18: Tingkah Aneh Rudi
19
Bab 19: Giliran Trian yang Gila
20
Bab 20: Kekhilafan Pertama
21
Bab 21: Sebuah Kesalahan Fatal
22
Bab 22: Menyulut Perselingkuhan
23
Bab 23: Jangan Bertemu Lagi
24
Bab 24: Ketahuan Dara
25
Bab 25: Lina Sakit
26
Bab 26: Dimana Suamiku?
27
Bab 27: Pembalut Dalam Tas Suami
28
Bab 28: Siapa Tamu Itu?
29
Bab 29: Tidak Mungkin Suamiku Begitu
30
Bab 30: Ketahuan
31
Bab 31: Tabiat Asli Rudi
32
Bab 32: Mengungsi
33
Bab 33: Pulang ke Rumah Orang Tua
34
Bab 34: Meminta Dukungan Orang Tua
35
Bab 35: Sogokan
36
Bab 36: Kutunggu Jandamu
37
Bab 37: Kedatangan Rudi
38
Bab 38: Lina Sakit
39
Bab 39: Kabar Kehamilan
40
Bab 40: Mulai Awal Baru (Revisi)
41
Bab 41: Kekuatan Hidup (Revisi)
42
Bab 42: Perjalanan ke Kantor
43
Bab 43: Seperti Orang Asing
44
Bab 44: Menyebalkan
45
Bab 45: Pengakuan Arjun
46
Bab 46: Ingatan yang Hilang
47
Bab 47: Pak, Anda Sedang Apa?
48
Bab 48: Shick Shack Shock
49
Bab 49: Ada Apa Dengan Diriku?
50
Bab 50: Seperti Hampir Mati
51
Bab 51: Apa Anda Puas Sekarang
52
Bab 52: Bagaimana Kalau Kita Tinggal Bersama?
53
Bab 53: Urusan Mendadak
54
Bab 54: Kekesalan Orang Kaya
55
Bab 55: Langkah Awal yang Manis
56
Bab 56: Anda Jangan Gila!
57
Bab 57: Laporan Reno
58
Bab 58: Ketukan Tengah Malam
59
Bab 59: Bolehkah Aku Menginap?
60
Bab 60: Pendekatan Ugal-Ugalan
61
Bab 61: Sikapnya yang Hangat
62
Bab 62: Kepulangan Direktur
63
Bab 63: Mainan Milik Lina
64
Bab 64: Kamu Milikku!
65
Bab 65: Kamu Bisa Mengandalkanku
66
Bab 66: Modus Pak Direktur
67
Bab 67: Jebakan Orang Kaya
68
Bab 68: Bertemu Mantan Mertua
69
Bab 69: Penolakan Lina
70
Bab 70: Ulah Mantan Mertua
71
Bab 71: Permintaan Rudi
72
Bab 72: Apa Janu Anakku?
73
Bab 73: Maju Terus Pantang Mundur
74
Bab 74: Panggil Aku Ayah
75
Bab 75: Pamer
76
Bab 76: Ini Ayahku!
77
Bab 77: Rayuan Maut Trian
78
Bab 78: Hari Apes yang Memalukan
79
Bab 79: Cucu Melisa
80
Bab 80: Trian di Luar Nalar
81
Bab 81: Calon Mertua Baik Hati
82
Bab 82: Mandi Bersama
83
Bab 83: Kamu Puas Aku Lemas
84
Bab 84: Pertemuan Mengharukan
85
Bab 85: Negosiasi Trian
86
Bab 86: Semakin Dekat
87
Bab 87: Bertemu Keluarga Trian
88
Bab 88: Bandung Bondowoso Versi Modern
89
Bab 89: Pernikahan
90
Bab 90: Arjun Patah Hati
91
Bab 91: Jangan Ngambek, Sayang!
92
Bab 92: Singa yang Kelaparan
93
Bab 93: Bercocok Tanam
94
94: Kembali Bekerja
95
Bab 95: Istriku Semangatku
96
Bab 96: Minta Jatah di Kantor
97
Bab 97: Hati yang Berubah
98
Bab 98: Hampir Saja
99
Bab 99: Keputusan Gila Arjun
100
Bab 100: Ada Saja Masalah
101
Bab 101: Trian Kecelakaan
102
Bab 102: Kehadiran Mertua
103
Bab 103: Serpihan Masa Lalu
104
Bab 104: Ingatan yang Ambigu
105
Bab 105: Bibir Manis Arjun
106
Bab 106: Sentuhan Suami Tercinta
107
Bab 107: Penyesalan dan Kelegaan
108
Terjebak Pernikahan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!