"Rei!!?." Pekik Jeni terkejut saat tubuhnya di bawa ke atas kasur, apa-apaan dia ini? kenapa tiba-tiba begini? apa ada sesuatu?.
Brukh!!..
Tubuh Jee benar-benar ditindih oleh tubuh kekar Rei, nafas Rei terengah-engah ia menatap Jee penuh hasrat kedua tangannya diselipkan pada rambut indah Jee.
"T-tunggu apa ini dirimu?." Jee masih tak paham dengan situasi yang terjadi, tiba-tiba saja Rei seperti ini apa maksudnya?.
Jantung Jee tak karuan dengan posisi mereka saat ini, apalagi ia tak bisa berontak. "Tuan Rei tolong jawab aku!."
Tatapan Rei lemah dengan wajah merah, ia menggigit bibir bawahnya. "B*rengsek! aku merasa sangat kacau! ini diluar kendaliku."
"Setidaknya aku tidak menjadi seorang bajingan. Bagaimana pun, aku sudah menahan diri. Kenapa kau membuatku tak terkendali!? aku juga sudah berusaha menjauhkan mu dari diriku dengan banyaknya pekerjaan, t-tapi kau terus menunjukkan bahwa itu bukan apa-apa?." Lirih Rei yang membuat Jee begitu terkejut.
"Ini bukan diriku aku gila karena kehadiranmu. Kau jangan pura-pura tidak tahu, kau pun tahu kan??... Adikku Rakha, aku tak suka interaksi kalian!." Lanjut Rei tampak begitu frustasi dan lemah.
Jee terdiam tak tahu harus bagaimana dan bereaksi apa, ia kebingungan.
Saat Rei hendak mencium bibirnya seketika Jee langsung menghindar.
Brukhh!!..
Tubuh besar Rei ambruk menindih Jee dan langsung tertidur. Rupanya Rei mabuk.
"Apa-apaan dia ini? apa dia mabuk?." Jee dapat mencium aroma alkohol dari bibir atasannya itu.
Mendapati kejadian ini Jee dibuat panik dan tegang dalam waktu bersamaan, wanita cantik itu menghela nafas panjang-panjang. Nyawanya seperti mau hilang saja, hari ini banyak kejadian yang membuatnya syok dan mendebarkan sekaligus.
"Kurasa tadi kau hanya ngelantur Rei, dan sepertinya kau akan lupa ini." Lirih Jee.
"Ugghh!." Wanita itu berusaha melepaskan diri dari tindihan tubuh Rei, benar-benar tidak ada celah. Tubuh mereka bertemu menempel satu sama lain.
Jee ngos-ngosan sebisa mungkin keluar dari tindihan itu, setelah berusaha keras akhirnya Jee bisa lolos juga. Kimononya hampir terlepas. "Aku harus segera keluar dari sini!."
Wanita itu langsung ke kamar mandi membawa pakaiannya yang basah, setelahnya Jee meninggalkan kamar pribadi dan ruang ceo utama meninggalkan atasannya yang terlelap karena mabuk.
Di depan pintu Jee celingak-celinguk melihat sekeliling, takut ada orang yang pastinya bakal berpikiran aneh dengan ia yang keluar hanya mengenakan kimono.
Dirasa aman, Jee langsung berlari dan masuk ke ruang kerjanya.
"Eh bu Jeni?." Luke mengerutkan kening saat tak sengaja melihat Jee keluar dari ruangan Rei menggunakan kimono.
Sadar akan sesuatu, Luke melotot. "Rei!??."
Luna yang ada di sana melihat penuh tanda tanya. "Bu?."
"Bukan apa-apa bajunya basah Lun, awas kalau berpikir macam-macam!." Tegas Jee.
"Hehe iya nggak kok."
Jee masuk ruang ganti dan mengenakan pakaian baru lagi. Hari ini jadwalnya tidak terlalu padat dan hampir semuanya telah beres semalam.
Tinggal hanya satu jadwal lagi ia bisa libur, Jee buru-buru menyelesaikannya setelah itu memberikannya pada Luna untuk diserahkan pada Rei nanti.
"Lun aku pulang duluan ya, sebelum pulang tolong layani tuan Rei untuk makan atau minum seperti itu, pekerjaan semuanya telah beres. Jika ada apa-apa hubungi." Ujar Jee.
"Oke baik bu aman, selamat istirahat."
"Iya."
Jee pun berlalu pergi untuk pulang.
Sore hari menjelang malam..
Luke masuk ke ruang sahabatnya, tampak Luna merapikan beberapa berkas.
"Eh tuan Luke?."
"Rei dimana? kenapa tidak ada?."
"Oh itu, tuan Rei dari tadi belum bangun pak kata bu Jeni, jadi saya berjaga-jaga di sini merapikan beberapa berkasnya." Jawab Luna.
"Belum bangun?."
"Iya."
"Lantas Jeni kemana?." Tanya Luke lagi.
"Bu Jeni sudah pulang duluan tadi jadwalnya selesai."
"Oh." Luke manggut-manggut. "Ya sudah biar ini sama saya, kau pulanglah."
"Baik tuan." Patuh Luna, setelah itu ia pamit dan berlalu pergi.
Luke melihat sekeliling ruangan, di meja dekat sofa terlihat dua botol minuman.
"Rei??."
"Rei!?." Panggil Luke lagi, namun tidak ada sahutan. "Tumben anak itu tidur jam segini, apa dia mabuk?."
Luke masuk ke dalam kamar pribadi dan betapa terkejutnya Luke saat melihat sahabatnya terduduk di lantai, Rei meremas rambutnya tampak begitu frustasi.
"Kau ini kenapa?."
"Apa harga diriku sudah jatuh Luke?." Lirih Rei yang sudah tak bersemangat.
"Maksudnya apa?."
Rei mengasihani dirinya sendiri, setelah bangun dan mengingat kelakuannya saat mabuk terhadap Jeni membuatnya lemas. Ia malu, itu bukan dirinya, harga dirinya sebagai atasan seketika sirna. "Sepertinya dia akan takut, aaaaaaaaaaarrrgh!!." Pekik Rei membuat telinga Luke kesakitan.
"Kau sudah gila ternyata."
"Ya, kau benar."
Luke menepuk jidatnya. "Apa kau tidak melakukan sesuatu terhadap bu Jeni? tadi aku melihat dia keluar dari sini hanya mengenakan kimono."
Rei tersenyum mengasihani diri sendiri. "Itu karena kesalahanku, lupakan."
"What!?."
Rei menceritakan semuanya, mendengar itu Luke terkekeh. "Kurasa feeling ku benar, apa penyebab yang membuatmu gila."
"Diamlah!."
"Iya-iya." Luke dibuat tak habis pikir dengan sikap sahabatnya yang kekanak-kanakan, seperti baru pubertas kemarin. "Sebentar lagi pulang, ku tunggu di luar."
"Hmm."
Luke keluar untuk membereskan pekerjaan, sementara Rei masuk ke dalam kamar mandi untuk membasuh muka biar kewarasannya tetap terjaga.
Deg!
Pria tampan itu terkejut saat mendapati sesuatu, di ambilnya barang itu. Wajah Rei seketika merah kembali ia menutup mulutnya saat bra milik Jeni tertinggal di sana.
Ditatapnya bra itu penuh maksud, jiwa liar Rei kambuh lagi ia mengelus bra Jee dengan lembut. "Kau tahu? isian mu gemoy."
"Aargh sial! setan apa yang merasukimu Rei!??."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Sri Widjiastuti
rei jd sintink dahh😇😇
2024-11-12
0
fsf
Rei selalu berfantasi liar 😁
2024-11-30
1
Karin Efendhy
ku kira bakalan dicium baunya 🤣
2024-10-05
0