"Mmmh!?.."
Jee melotot saat Rei membawanya masuk ke kamar mandi lalu menguncinya, shower itu Rei nyalakan seolah-olah ia sedang membersihkan diri.
Berduaan di kamar mandi dengan Rei yang hanya mengenakan handuk seperti itu bagaimana tak merinding bagi Jeni.
"Diam dan patuh lah!." Lirih Rei yang melepas bekapan pada mulut Jee..
Jee ngos-ngosan ia menatap tajam atasannya karena kesal. "Kenapa harus bersembunyi? kita tidak melakukan kesalahan."
"Ck, coba kau bayangkan reaksi Rakha saat kau keluar dari kamarku dengan penampilan diriku seperti ini! apa itu tidak masalah? harusnya kau berterima kasih bu Jeni." Timpal Rei.
Memang yang diucapkan oleh Rei benar tapi tetap saja Jee merasa tak nyaman, mereka seperti sedang berselingkuh. Apalagi ini di kamar mandi.
"Rei!??." Panggil Rakha yang kini masuk ke dalam kamarnya.
Rei langsung membekap mulut Jee kembali, agar wanita itu diam dan tidak menambah masalah.
Mendengar suara air shower Rakha menyimpulkan bahwa saudaranya memang sedang mandi. Di dekatinya kamar mandi itu.
Jee keringetan padahal di sana dingin, Rei begitu dekat dengannya apa-apaan ini?. Wajah Rei tiba-tiba merah dengan Jee di bawahnya, air dari tubuh dan rambut Rei yang masih basah membasahi tubuh Jee termasuk wajahnya.
Gdubrak!..
"Rei apa kau di dalam!??." Tanya Rakha saat mendengar suara benda berjatuhan.
"Tunggulah aku sedang mandi, ada apa kau kesini?." Balas Rei dari dalam.
"Dimana Jeni kemana dia tak ada di ruangannya!?." To the point Rakha.
"Sepertinya dia keluar tunggulah dulu."
Rakha menatap pintu kamar mandi itu, setelahnya tanpa berucap lagi ia keluar dari kamar pribadi Rei.
Dirasa Rakha sudah tidak ada, Rei melepas bekapannya. Pria tampan itu terkejut saat mendapati tatapan marah Jee yang dimana Jee sudah basah kuyup akan ulahnya.
Namun Rei acuh saja tak peduli ia juga harus segera keluar dari sana daripada wajahnya semakin merah. "Tunggu di sini sampai aku memanggilmu!."
"Tuan anda gila!? di sini dingin apa kau mau membuat saya sakit?." Jee benar-benar kesal tak peduli apapun walaupun yang dihadapinya sosok Reino Arshaka.
"Pakai kimonoku gantilah pakaiannya, kau tetap di kamar jangan keluar sebelum aku yang datang." Ujar Rei tidak menerima penolakan setelahnya itu ia keluar.
Di kamar mandi Jee memaki atasannya itu sementara Rei mengganti pakaiannya dengan setelan jas, setelahnya ia keluar kamar untuk menemui Rakha. Kamar pribadi Rei kunci.
"Ada apa?." Rei duduk berhadapan dengan saudara kembarnya.
Rakha menatap tajam Rei. "Jeni bukan pembantumu dia sekretaris perusahaan, jangan memperlakukannya seenaknya saja selain pekerjaan kantor banyak yang harus dia urus juga di rumah."
"Kau menganggap ku menyiksa kekasihmu itu? coba kau tanyakan pada bu Jeni apa aku banyak memaksanya?." Santai Rei.
Rakha menatap jengkel penuh emosi. "Rei jangan mentang-mentang kau CEO semuanya akan patuh padamu, berperasaan lah sedikit buat apa kau membawa Luke ke sini jika tak dipekerjakan!."
"Kau tidak tahu apa yang ku kerjakan Rakha, soal Jeni banyak menghabiskan waktu di kantor itu tanggung jawabnya, tidak ada paksaan apapun." Rei menekankan dengan serius.
"Ck! jika karena kau tak memberikan pekerjaan lebih, maka itu tidak akan pernah terjadi." Timpal Rakha tak suka.
Sebegitu sayangnya saudara kembarnya ini terhadap Jeni?.
"Itu saja yang mau aku bicarakan, tolong jangan semena-mena Jee selama ini sudah begitu banyak kerja keras dia memang bersemangat tapi kau tidak tahu bagaimana saat dia pulang ke rumah!." Tegas Rakha memberi peringatan kepada kakaknya.
Rei tak menjawab apapun hanya menatap lekat pada Rakha. "Apa kau khawatir Jeni banyak menghabiskan waktu bersamaku daripada bersamamu?."
Rakha mengerutkan kening. "Apa maksudmu?."
"Seperti yang kau lihat."
Rakha masih mencerna ucapan Rei, kata-katanya banyak memiliki arti. "Entah apa maksudnya tapi tolong jaga batasan, kau sudah beristri dan Jeni masih milikku! kalian hanya sebatas rekan kerja."
"Huahahahaha!!." Rei tertawa terbahak-bahak.
Rakha menatap tak suka kepada kembarannya itu. "Kau pikir lucu?."
"Ya sangat lucu sekali." Dingin Rei seketika raut wajahnya kembali seperti semula. "Jangan khawatir, apa yang kau takutkan dari diriku ini."
"Oke aku percaya padamu!." Tegas Rakha penuh penekanan.
Setelah selesai berbicara Rakha pamit untuk kembali pada pekerjaannya di rumah sakit. Se-perginya Rakha, Rei terdiam pikirannya kemana-mana. Pria tampan itu menghisap rokoknya dalam-dalam dan menghembuskan sembarang arah, sebotol minuman ia teguk hingga habis.
Sementara itu..
Jee yang hanya mengenakan kimono dengan sabar menunggu Rei datang, handphone di ruangan sekretaris, mau keluar juga di kunci.
Semua pakaiannya basah termasuk dalaman masih Jee biarkan di kamar mandi karena tidak ada kresek di sana, ia tidak mengenakan apapun tubuh indahnya itu hanya berbungkus kimono milik Rei saja. "Sialan!.."
Namun daripada itu Jee tak masalah ia lebih memikirkan perkataan Rei tadi sebelum Rakha datang. "Kenapa dia bicara seperti itu? memang apa yang sudah ku lupakan?."
Jee diam pikirannya kemana-mana, bagaimana jika pada akhirnya ternyata selama ini Rei sudah tahu jika dirinya wanita malam itu?.
"Ugghh!.." Jeni meremas rambutnya memikirkan itu, cukup frustasi ia kebingungan ke depannya harus bagaimana jika sudah ketahuan.
Cklek...
Pintu kamar pribadi dibuka, Jee langsung berdiri dari tepi kasur. "Bagaimana dengan Rakha?."
Rei tidak menjawab, ia menatap penampilan Jeni dari atas hingga bawah. Tampak fresh dan begitu sexy dengan rambut indahnya tergerai masih basah.
"Kenapa jadi canggung begini?." Pikir Jeni gatal segera ingin keluar.
"Apa ada kantong kresek? bajuku basah semua." Tunjuk Jee ke kamar mandi. "Jika tidak ada aku akan mengambil dulu keluar."
Rei menunduk, wajah tampannya kembali merah, ia sangat kesulitan Rei tak tahan dengan situasinya saat ini. Kenapa ini harus terjadi pada hidupnya.
Mendapati Rei diam terus, Jee menghampiri. "Tuan?."
Terlihat pria itu keringetan wajahnya merah, Rei menggigit bibir bawahnya seperti menahan sesuatu. "Kenapa dia ini, apa kau sakit?." Sedikit cemas Jee.
Saat tangan Jee hendak memeriksa suhu tubuh Rei, tangan pria itu langsung menggenggamnya.
Kini mata keduanya saling tatap dengan jarak yang amat dekat, melihat sorot matanya yang berat dan lemah perasaan Jee seketika tak karuan.
"Tetap di sini temani aku dalam waktu yang lama.." Pinta Rei dengan suara berat, seraya mengangkat tubuh Jee membawanya ke tempat tidur.
.
Cus jangan lupa tinggalkan jejaknya para readers kesayangan!🤗🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Okto Mulya D.
Waduuhhh janganlah sebelum halal..walau pernah melakukan ny
2024-08-12
0
Aan
thor.... jgn lama2 upnya
kebelet akunya.....
2024-07-07
0
Aan
Rei... kau mau apa sih....
bikin akunya deg2 gk karuan deh
2024-07-07
0