AMP~BAB 19

Lingga berdecak sebal karna tidak ada apapun yang bisa melindungi dirinya dari hujan ini. Lingga tidak bisa menyupir dalam keadaan hujan, hal itu yang membuatnya mau tidak mau harus menunggu hujan reda dulu baru bisa kembali ke Mansion. 

Tangan Lingga mengacak-acak dashboard mobil, hingga ia menemukan selendang yang mungkin bisa menutupi rambut Dista nantinya. Karna Lingga merasa jika mungkin wanita itu tidak nyaman tanpa hijabnya, Lingga lega menemukan benda itu. 

Memasukkan selendang itu kedalam kantong plastik, lalu Lingga berlari membawanya kepada Dista yang menunggu di Gubuk kayu itu. Terlihat Dista yang sepertinya memang sudah kedinginan, tubuhnya bergetar dengan memeluk lututnya sendiri. 

“Pakailah ini untuk sebagai pengganti hijabmu..” Ucap Lingga sembari menyerahkan kantong plastik itu kepada Dista. 

Dista yang tengah duduk dengan sedikit berjongkok, mendongak hingga saling tatap dengan Lingga. Dengan sedikit gemetar karna rasa dingin yang menyerang, Dista menerima kantong plastik itu. 

Lingga terusik sebenarnya melihat Dista yang kedinginan seperti itu. Sekalipun di Mansion Lingga selalu menyiksa wanita itu, tapi setidaknya Dista tidak pernah kedinginan seperti ini. Lingga mencari akal, ia melihat ada kayu bakar yang mungkin bisa ia jadikan sebagai bahan pembuat api. 

Dengan pengetahuan yang tidak seberapa akhirnya Lingga bisa membuat api. Dista langsung berjongkok berdekatan dengan api itu, ia mengarahkan tangannya sedikit jauh dari kobaran api agar lebih merasakan kehangatan. 

“Kita tunggu hujan reda, baru bisa melanjutkan perjalanan. Aku tidak bisa mengemudi dalam keadaan hujan begini..”Kata Lingga sembari melakukan hal yang sama seperti Dista lakukan. 

Dista yang sudah memakai selendang berwarna merah pemberian Lingga tadi tersenyum simpul dengan perkataan Lingga. Ia mengikis jarak hingga sangat dekat dengan Lingga, tidak ada rasa takut sedikitpun dihati Dista kali ini. Bahkan Lingga sampai heran, ia pura-pura tidak tahu saja. 

Saat sedang hening, tiba-tiba saja perut lapar Dista berbunyi. Sontak Lingga langsung menatap kearahnya, ia menertawakan Dista yang saat ini tengah malu. 

“Padahal kau makan banyak tadi saat bersama Vania, jam segini sudah lapar lagi aja.” Ejek Lingga disertai gelengan kepalanya. 

“Lagian sudah malam, Mas.. Wajar saja aku lapar, setidaknya ini kan sudah jam makan malam.” Sungguh tepat alasan Dista untuk memudarkan rasa malunya. 

Lingga hanya diam menatap kobaran api itu, ia termenung memikirkan semua kejadian hari ini. Dista terus menatap kearah wajah Lingga, ia menjadi teringat dengan semua cerita Vania tadi. Ntah kenapa, Dista menjadi kasihan dengan Lingga yang ternyata memiliki luka besar di hatinya. 

“Kau bisa bernapas dengan baik disampingku, bahkan berani menatap wajahku seperti ini. Apakah kau tidak takut kepadaku?” Tanya Lingga yang mana langsung membuat Dista tersadar. 

“Tidak pantas rasanya aku takut kepada suamiku sendiri, itu tidak benar.” Jawab Dista dengan penuh percaya diri. Lingga hanya diam termenung memikirkan hal yang Dista katakan. 

“Kau selalu saja menganggap pernikahan kita ini nyata, kau tahu.. Anggapan mu inilah yang membuatku ingin sekali menghancurkan dirimu berulang kali.” Ujar Lingga dengan tatapan tajamnya. Tapi, Dista malah membalas tatapan tajam itu dengan senyuman manis. 

“Mainan bukan?”

“Kau yang mainan!” Jawab Lingga cepat, tiba-tiba saja angin berhembus kencang hingga keadaan menjadi lebih dingin. 

Dista menjadi kasihan dengan Lingga yang bertelanjang dada itu. Pasti pria itu merasakan kedinginan, dapat terlihat dari bulu-bulu ditubuh Lingga yang seakan bangkit semua. 

“Kita bisa saling menghangatkan, berpelukan contohnya.” Saran Dista yang mana berhasil membuat Lingga melotot sempurna. 

“Mimpi! Aku tidak akan melakukan hal seperti itu kepada wanita miskin seperti mu!” Tolak Lingga mentah-mentah, ia sedikit menjauh dari Dista yang mulai aneh-aneh saja. 

Dista merasa tidak perduli, ia tidak mau terjadi hal buruk kepada Lingga. “Cobalah dulu, kalau caraku salah.. Kau boleh menghukum ku, Mas..” Rayu Dista lagi. 

Kedua mata tajam Lingga menatap penuh ke arah Dista yang sepertinya sangat yakin dengan ucapannya sendiri. 

“Kalau caramu tidak berhasil, maka aku akan_”

“Terserah mau apa, aku terima semua hukuman mu, Mas.” Sela Dista dengan senyuman manisnya. Hingga tidak ada lagi alasan bagi Lingga untuk menolak, ia menurut saja dengan ide aneh dari Dista itu. 

Tangan kekar Lingga meraih tubuh mungil Dista, ia memeluk Dista dengan sangat erat. Sekalipun Dista memiliki tubuh yang mungil, tapi benar saja Lingga merasakan kehangatan. Ia sampai memejamkan mata karna rasa pelukan ini sungguh nyaman, seperti pelukan yang mana begitu Lingga rindukan. 

“Aku seperti pernah merasakan kehangatan ini, tapi dengan siapa?” Gumam Lingga di dalam hati. Ia membuka mata kembali kala merasakan tangan Dista yang meraih telapak tangannya. Melakukan genggaman erat hingga Lingga juga merasakan kehangatan di sana. 

“Bagaimana, caraku berhasil kan?” Tanya Dista sambil menyandarkan kepalanya pada dada bidang sang suami. 

“Hem..” Hanya itu sahutan dari Lingga, pria itu menikmati pelukan hangat itu. Merengkuh tubuh mungil Dista bagaikan boneka bantal favorit nya. Ntah kemana rasa benci dan jijik yang pernah ada di hatinya, seakan sirna begitu saja terganti dengan kehangatan. 

••

Posisi itu membuat keduanya tertidur, hingga Lingga terbangun karna mendengar suara klakson mobil. Bahkan Dista pun terbangun juga, ia melepaskan pelukan Lingga. 

“Sudah reda..” Ucap Dista, ia lega sekali. 

Dari kegelapan yang mana hanya cahaya lampu dari mobil Malik yang menerangi. Terlihat pria itu datang, keterkejutan terlihat diwajah tampan yang menenangkan itu. 

“Nona Dista, Tuan muda..” Sungguh terkejut hati Malik melihat Lingga dan Dista berada di gubuk kayu dalam keadaan hujan begini. 

“Kenapa kau lambat sekali datang?” Tanya Lingga dengan amarah, ia bangkit begitu saja. Disaat itulah Malik memberikan kaos kepada Lingga untuk di pakai, ia sudah menduga jika ada kejadian seperti ini. 

“Tadi ada_”

“Sudahlah, sekarang cepat kita pulang. Dista, cepatlah!” Lingga berjalan terlebih dahulu meninggalkan Dista dan Malik. 

Keduanya saling tatap satu sama lain, diatas menjadi gugup sendiri. “Kau baik-baik saja?” Tanya Malik, ia mendekati Dista yang sudah menunduk sekarang. 

“Bersama suamiku, sudah pasti aku baik-baik saja..” Balas Dista sambil tersenyum simpul yang mana membuat hati Malik terenyuh. 

Terpopuler

Comments

Sofi Yatun

Sofi Yatun

nanti lingga bucin aja sma dista

2025-01-16

0

Sweet Girl

Sweet Girl

Pelukan ibumu

2024-11-22

0

Delvyana Mirza

Delvyana Mirza

Ah thor kapan itu sadar ya,lalau Dista orang yang baik,

2024-07-14

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 84 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!