Terik matahari menyilau kearah wajah Lingga yang tengah tertidur pulas, ia langsung terbangun. Sudah pasti matanya sungguh masih sangat berat, dan juga kepalanya yang sedikit sakit. Pelan-pelan Lingga terbangun dari posisi tidurannya, memegang kepalanya yang terasa berat sekali. Lingga berusaha sadar dan memaksa membuka mata sempurna.
Kala membuka mata sempurna, Lingga melihat Dista yang sedang sholat. Mata Lingga menyipit tentunya, ia melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 08:00 pagi.
“Dhuha?” Beo nya.
Mata Lingga terus tertuju kepada Dista yang melakukan sholat hingga selesai. Dista tidak berdo'a banyak, merasa waktu yang ia miliki tidak banyak. Cepat-cepat Dista merapikan sajadah dan melepas mukena yang ia pakai. Melipat rapi lalu menyimpan alat sembahyang miliknya di tempat biasa.
Kala berbalik badan Dista terkejut melihat Lingga yang ternyata sudah bangun. “Loh, sudah bangun?”
“Pertanyaan bodoh!” Celetuk Lingga yang sungguh ketus, ia berdecak saja melihat Dista yang sungguh cantik saat ini. Wajah sendu itu terlihat bahagia sekali, rambut Dista yang sedikit ikal menambah Poin kecantikan darinya.
Dista duduk dipinggir ranjang, ia mengambil minum lalu menyerahkan minum itu kepada Lingga yang bingung dengan setiap perlakuan nya. “Minumlah dulu, sepanjang malam Tuan terus muntah.. Pasti lemas sekali, seluruh tenaga pasti habis.” Ucap Dista dengan suara yang sangat lembut.
Lingga menenggak habis minum digelas, lalu melempar gelas kosong itu di lantai. Sudah pasti Dista terkejut, ia berusaha menetralkan kegugupan nya.
“Maksudnya kau mau mengatai semua kelemahan ku kemarin malam? Ha?!” Tanya nya dengan nada membentak.
Sejujurnya Dista tidak tahu apa yang dipikirkan Lingga. Kata-katanya tadi murni hanya agar Lingga mau minum saja, bukannya menghina apa yang terjadi dengan sang suami tadi malam.
“Tidak ada seperti itu, Tuan.. Aku hanya_”
“Pergilah!” Bentak Lingga, bahkan menyempatkan mendorong tubuh Dista hingga terjatuh di antara pecahan gelas itu. Untung saja hanya tangan Dista yang terkena pecahan kaca itu, bahkan salah satu beling menancap pada telapak tangan Dista.
“Jangan sok peduli kepadaku! Karna aku sama sekali tidak mengharapkan itu semua darimu, wanita miskin!” Cacian dan hinaan itu keluar lagi bibir Lingga. Dista hanya terdiam dengan air mata yang berbicara, ia tidak ada merespon apapun yang Lingga katakan.
Hingga Lingga pergi menuju bathroom, bahkan membanting pintu dengan sangat kuat membuat Dista terkejut tentunya. Tangan Dista bergetar, sakit sekali rasanya. Pelan-pelan Dista bangkit, ia menatap tangannya yang terluka lagi. Yang mana luka itu dilakukan oleh orang yang sama, sungguh terluka hati Dista pagi ini.
Kesulitan? Tentu saja kesulitan Dista membersihkan lukanya sendiri. Tapi, Dista tidak menyerah. Ia terus mengobati lukanya sendiri, memasang perban hingga luka itu terbalut dengan baik. Dista yakin semua luka ini akan sembuh nanti, agar ia bisa melakukan pekerjaan dengan baik.
••
Lingga sarapan pagi seorang diri, Dista tidak akan melakukan hal seperti makan bersama dengan pria itu. Tentu saja Dista berusaha sekuat mungkin untuk menghindari Lingga agar dirinya tidak terluka lagi.
“Pak Dian, katakan kepada wanita miskin itu.. Bahwa aku tidak perduli dengan semua yang akan di lakukan wanita itu. Biarkan saja dia mau apa, kalian juga anggap saja dia seperti angin.” Peringatan itu didengarkan baik-baik oleh para pelayan maupun Dista sendiri.
Bahkan setelah mengatakan itu Lingga langsung berlalu pergi menuju Perusahaan nya. Sungguh lega hati Dista mendengar semua ucapan dari Lingga tadi, itu berarti ia bisa mencari pekerjaan diluar untuk menyokong kehidupannya sendiri.
“Aku harus bisa!” Kata Dista untuk menyemangati dirinya sendiri. Cepat-cepat Dista melakukan pekerjaannya saat ini, ia berencana untuk mencari pekerjaan diluar nanti.
Sebenarnya sebelum menikah dengan Lingga, Dista adalah seorang guru TK didekat rumah Pamannya. Hanya saja tidak mungkin Dista kembali kesana, mengingat seperti apa cara pamannya itu membuang dirinya.
“Aku harus mencari pekerjaan lain, pasti ada..”
Dista diperintahkan Pak Dian untuk menyiram bunga, mungkin pria tua itu memanfatkan Dista sebelum pergi mencari pekerjaan lain. Dista melangkah menuju taman, ia melakukan semua tugas dari Pak Dian dengan baik tanpa menggerutu sedikitpun.
“Nona..” Sapa Malik, ia menghampiri Dista yang tengah tersenyum manis padanya. “Tangan Nona kenapa?” Tanya Malik, ia terkejut tentunya.
“Tidak papa, hanya tanpa sengaja memecahkan gelas tadi. Serpihannya_”
“Aku lebih percaya jika itu semua karna perlakuan Tuan, bukan karna ulah nona sendiri.” Dan ya, perkataan dari Malik membuat Dista terdiam tentunya.
Angin bertiup kencang membuat hijab yang Dista pakai menjadi sedikit berantakan. Susah payah Dista merapikannya kembali, ia sedikit malu karna Malik terus memperhatikannya.
“Malik, aku berencana mau mencari kerja diluar nanti..”
“Bekerja apa?”
“Apapun, yang terpenting halal. Kali ini aku butuh uang untuk diriku sendiri, aku juga punya kebutuhan.” Jelas Dista yang diangguki mengerti oleh Malik.
“Lakukan saja, Nona.. Yang terpenting bekerja hanya sampai sore saja, pulang jangan sampai malam. Agar tidak memancing kemarahan dari Tuan, dia tidak suka ada orang yang pulang malam ke Mansionnya ini.” Sungguh berguna sekali nasehat dari Malik ini.
Dista mendengarkan dengan baik semua aturan Mansion yang ternyata cukup banyak. Kemungkinan ia melupakan salah satunya, otak Dista tidak sekuat itu untuk mengingat semua peraturan yang ada.
••
Dista sudah berada diluar pagar utama untuk mencari pekerjaan yang dikatakannya tadi. Dengan memakai gamis berwana biru denim dan hijab segi empat berwarna sama. Dista mencari kendaraan yang bisa mengantarnya menuju Kota. Sungguh Dista tidak sabar, sudah lama sekali ia bepergian seperti ini.
Tak lama ojek online pesanan Dista tadi datang juga, Dista langsung pergi menuju tempat yang ia inginkan. Sepanjang perjalanan Dista terus tersenyum, ia berharap semoga semuanya berjalan dengan baik hari ini. Dan segera mendapatkan pekerjaan yang layak dan halal untuknya, sungguh Dista mengharapkan hal itu.
~
Ditengah terik matahari Dista mencari pekerjaan disetiap toko yang memungkinkan menerima tenaga kerjanya. Tapi, semua mengatakan tidak membutuhkan seorang karyawan saat ini. Hingga langkah kaki Dista tertuju pada Boutique besar yang mana Dista sendiri ragu bisa diterima.
Ada kertas yang tertulis sedang mencari seorang karyawan wanita, Dista tersenyum manis membacanya. Ia berkaca melalui ponselnya untuk melihat keadaan wajahnya, masih terlihat segar dan cantik. Dista berharap semoga rezeki nya ada ditempat terakhir ini.
“Maaf, kamu sedang apa?” Suara itu mengejutkan Dista. Ia berbalik badan, tatapan mata mereka saling bertemu. Dista sungguh kagum dengan kecantikan wanita yang bertanya padanya tadi.
“Hem, aku baca jika Toko ini membutuhkan seorang karyawan wanita. Jadi, aku ingin mendaftarkan diri..” Jawab Dista dengan sedikit gugup di hadapan wanita dewasa itu.
“Oh iya, kebetulan Toko ini milik saya.” Ucap Wanita itu yang berhasil membuat Dista terkejut tentunya. “Perkenalkan nama saya, Vania.” Sapa wanita itu, membuat Dista terkejut karna menemukan pemilik Toko Boutique itu sendiri.
••••••••••••
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
G** Bp
Vania mantan suaminya kah??
2025-01-21
0
Sweet Girl
O'oooo dunia selebar daun kelor.
2024-11-22
0
Valen Angelina
ayui... knp ktmu mantan dari suaminya wkwkkwk
2024-07-06
0