AMP~BAB 8

Senyuman manis Dista yang muncul karna hanya akan makan sebentar lagi sirna sudah. Kala melihat pelayan yang bernama Rani membuang piring yang seharusnya menjadi miliknya itu. “Maaf, Rani.. Kenapa kau membuang makanan itu?” Tanya Dista dengan suara yang sangat lemah karna memang ia sudah sangat lapar. 

Rani menatapnya sinis. “Astaga, jadi ini makanan milikmu. Aku tidak tahu, aku kira tadi ini makanan basi.” Ucapnya dengan senyuman sinis atau lebih tepatnya ingin tertawa melihat ekspresi menyedihkan dari Dista. 

“Itu milikku, aku sudah susah_”

“Ah berisik banget si! Tinggal ambil lagi nih ditempat sampah, kan kau juga sudah biasa begitu.” Cerca Rani yang langsung berlalu pergi begitu saja. Tidak hanya itu, bahkan Rani menyempatkan mendorong tubuh Dista begitu saja. Hampir saja Dista terjatuh, untungnya ia menjaga keseimbangan tubuh dengan baik. 

Dista tidak tahu harus apa, air mata yang ia tahan jatuh sudah. Dengan sedikit ke sempoyongan Dista berjalan menuju tempat sampah dimana Rani membuang makanan miliknya tadi. Dista terduduk di lantai, ia menatap nanar makanan yang seharusnya didalam perut laparnya bukan ditempat sampah itu. 

Tidak ada yang bisa Dista katakan, ia menangis tersedu-sedu dengan tangan memegang tempat sampah itu. 

“Nona Dista..” Suara itu membuat Dista cepat-cepat menghapus air matanya. Dista tidak mau ada satupun orang melihat ketidakberdayaan yang ia rasakan. 

Dista bangkit lalu berbalik badan, ia terkejut karna ternyata Malik yang memanggilnya. Terlihat pria itu menatap intens Dista, sepertinya pria itu tidak suka dengan apa yang dilihatnya. 

“Pak Dian!” Panggil nya dengan suara yang cukup lantang membuat Dista terkejut sebenarnya. 

Pak Dian yang merupakan kepala pelayan langsung datang, ia menunduk hormat kepada Malik. “Bawa makanan lagi untuk Nona Dista, bawa makanan yang layak!” Perintahnya. 

Sontak Pak Dian langsung melakukan perintah dari Malik. Ia menyajikan makanan yang lebih layak untuk Dista makan, perintah dari Malik membuat pria itu takut. 

“Maaf, Nona.. Lain kali aku akan memberikan makanan yang layak untukmu.” Ucap Pak Dian, lalu pria itu pamit pergi. 

Malik menghela napas panjang, ia melangkah maju mendekati Dista yang menunduk. “Nona, makanlah.. Maafkan semua perlakuan pelayan disini, aku akan memperingati mereka agar lebih sopan kepadamu.” Kata Malik yang berhasil membuat Dista mendongak menatapnya. 

“Jangan lakukan hal seperti itu, Malik. Aku tahu niat baikmu, hanya saja aku tidak mau merepotkan mu. Cukup aku bisa makan dengan baik saja, itu sudah cukup bagiku.” Ucap Dista dengan senyuman manisnya. 

Malik tahu kebohongan dari Dista, tapi ia tidak bisa berkata apapun lagi. “Baiklah, sekarang makan dengan baik. Aku ada pekerjaan, aku berjanji tidak akan ada pelayan yang melakukan hal seburuk ini lagi padamu.” Ucap Malik dengan penuh keteguhan. 

Dista mengangguk saja, ia menatap kepergian Malik dengan senyuman tipis. Sejujurnya Dista kagum dengan sikap Malik yang perduli dengan orang sekitarnya, lain dengan Lingga yang selalu saja angkuh dan semena-mena. 

“Hanya dia yang tidak tutup mata dengan segala hal buruk yang terjadi padaku, dia benar-benar pria baik.” Gumam Dista didalam hati. 

Dista baru saja selesai dengan pekerjaan mengepel dapur atas perintah Pak Dian tadi. Ia ingin beristirahat secepatnya, sungguh tubuhnya sangat lelah sekarang. Tapi, baru melangkah melewati ruang tengah Dista melihat Lingga yang sedang duduk dengan mata terpejam disana. 

“Sejak kapan dia pulang?” Pelan-pelan Dista berjalan untuk menghampiri sang suami. Dista terkejut kala mencium aroma alkohol yang cukup menyengat dari Lingga, apa lagi Lingga yang seperti mengomel tidak jelas. 

“Tuan, kau mabuk?” Tanya Dista kepada Lingga yang mungkin sudah tidak sadar sepenuhnya. Dista menghela napas panjang, ini adalah tugasnya sebagai seorang istri sekarang. 

Dista berjongkok, ia melepas sepatu yang Lingga pakai. Sungguh tulus Dista melakukan tugas itu, ia memegang lama kaki Lingga yang pernah menginjak tangannya. Dista menjadi sedih, ia menangis begitu saja. Tapi, cepat-cepat Dista menghapus air matanya. 

Bangkit untuk melakukan tugas selanjutnya, Dista melepas dasi yang Lingga pakai. Pria itu hanya diam mungkin efek dari alkohol yang diminumnya. 

“Tuan, ayo bangkit.. Jangan tidur disini, tidak baik dilihat pelayan nanti.” Ucap Dista sembari membangunkan Lingga yang sepertinya belum sepenuhnya tertidur. 

Lingga membuka matanya, ia mendorong Dista begitu saja. Hingga Dista terjatuh dilantai, sudah pasti wanita itu meringis kesakitan. “Jangan sentuh aku wanita murahan! Apa kau kira, tanganmu itu pantas menyentuh tubuhku?!” Bentak Lingga yang kini sudah berdiri. 

Dista merasakan aura yang tidak baik dari Lingga sekarang, ia takut sekali dengan perlakuan kasar dari Lingga yang mungkin saja akan terjadi sebentar lagi. “Aku kurang apa, Vania? Aku kurang apa?!” 

Lingga terus berjalan mendekati Dista yang terus mundur, hingga kini Lingga menarik tangan Dista untuk bangkit. 

“Tuan, aku Dista. Bukan Vania, sadarlah..” Sekalipun Dista tidak tahu siapa itu Vania, ia tetap berusaha untuk membuat sang suami sadar. 

Sepertinya Lingga sadar akan itu, pria itu terjatuh begitu saja. Tepat diatas sofa, bahkan posisi tidur itu tanpa sengaja Dista melihat air mata yang mengalir diwajah Lingga. “Sepertinya dia sedang patah hati..” Gumam Dista sembari memerhatikan terus Lingga yang sepertinya sudah tertidur pulas. 

Dista terduduk di lantai dengan tubuh bersandar pada sofa, Dista melamun menatap ke arah Lingga yang sedang tertidur pulas. “Kemarin aku melihatmu membawa pengaman untuk melakukan hubungan seks, sekarang aku mendengar kau menyebut nama wanita lain.. Sebenarnya, pernikahan seperti apa yang sedang kita jalani ini?” Tanya Dista kepada Lingga yang sudah tidak sadarkan diri itu. 

Banyak sekali pertanyaan dibenak Dista, hanya saja ia terlalu takut untuk bertanya atau bahkan protes sedikit saja. Dari dulu kehidupan seperti apa yang bisa membuat Dista bahagia, ia tidak pernah merasakan hal seperti itu. Diam-diam tanpa diminta lagi, air mata lolos jatuh begitu saja. Dista menangisi dirinya sendiri dan pernikahan yang sedang ia jalani. 

•••••••••••

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Jeni Safitri

Jeni Safitri

Diawal kasihan lihat dista tapi melihat kepercayaan dirinya yg berlebih hingga tidak. Melihat kondisi dan situasi jadi malas, sdh tau suami ngk nerima masih aja tunjuki perhatian mampuslah di hajar sama org mabok

2024-11-25

0

Delvyana Mirza

Delvyana Mirza

lanjuuuuiit

2024-07-09

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 84 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!