AMP~BAB 7

Selama hidup ini tidak pernah Dista melihat tubuh pria sedetail itu, bahkan bentuk tubuh indah Lingga sungguh masih terbayang di benaknya. Bahkan pelipis Dista sampai berkeringat karna terlalu gugup dengan semua adegan tadi. 

“Dista!” Suara itu membuat Dista tersentak kaget, karna ia masih terlalu fokus dengan pikiran tadi. Cepat-cepat Dista kembali masuk kedalam bathroom sebelum kemarahan Lingga semakin menjadi-jadi. 

“Cepat tambahkan air disini, bagaimana bisa kau beri aku air sedikit seperti ini!” Perintah Lingga kala Dista tepat baru saja berada dipintu. 

Dista mengangguk mengerti, ia melakukan perintah Lingga dengan menghidupkan kran air bathup itu. Tatapan tajam Lingga terus tertuju pada wajah cantik Dista yang tengah fokus melakukan pekerjaanya. Mungkin Dista tidak menyadari itu karna ia fokus sekali dengan kran air itu. 

Setelah air sudah cukup Dista mematikan kran air bathup, baru mau melangkah pergi tiba-tiba saja tangan Dista ditarik Lingga hingga jatuh di bathup yang sama dengan pria itu. Tentu saja Dista terkejut, seluruh gamis yang ia pakai basah kuyup bahkan hijabnya. 

“Kau benar-benar menginginkan tubuhku ya? Sampai-sampai sengaja jatuh seperti ini?” Tanya Lingga atau tuduhan. 

Dista langsung menatap aneh Lingga yang tersenyum sinis padanya. Tentu saja aneh, jelas-jelas Lingga yang menarik dirinya. 

“Bukan seperti itu, Tuan.. Kau yang menarik tanganku tadi, hingga aku kehilangan keseimbangan diri jadi_”

“Maksudmu ini semua salahku?” Sela Lingga dengan pertanyaan yang berhasil membuat Dista terdiam. 

Diamnya Dista membuat Lingga tertawa puas, ia menarik tangan Dista hingga lebih dekat lagi dengannya. “Aku memang tidak pria yang tahu agama seperti Ustad, hanya saja.. Kenapa kau selalu memakai hijab saat bersama ku?” Tanya Lingga kepada Dista yang berada tepat dihadapan nya. 

“Aku hanya belum terbiasa, Tuan..”

“Bukankah kita sudah mukhrim?” Tanya Lingga lagi, mata indah Dista menatap penuh kearahnya. “Definisi mukhrim itu bagimu seperti apa?”

“Maaf, Tuan.. Setelah ini saat hanya ada kita berdua, aku akan melepas hijab jika memang itu yang kau inginkan.” Ucap Dista dengan ekspresi wajah yang penuh merasa bersalah. 

Tidak ada jawaban dari Lingga, pria itu hanya diam menatap datar kearah Dista yang menunduk. “Sabuni tubuhku, berguna sedikit jadi istri.” Perintah Lingga. 

“Menyabuni?” Beonya, Dista seakan ragu untuk melakukan itu. “Tapi, Tuan..”

“Lakukan saja!” Seperti tidak mau mendengar bantahan, Lingga malah sudah berada diposisi ternyaman sekarang. Seperti pasrah dengan segala hal yang akan dilakukan Dista. 

Dista menarik napasnya dalam-dalam, lalu melepas hijabnya karna juga sudah basah. Pelan-pelan tangan Dista mengusap usap lengan kekar Lingga. Pria itu hanya diam menatap datar Dista yang sibuk membersihkan diri. 

••

Dista dan Lingga sama-sama memasuki ruang ganti dengan handuk yang melilit tubuh mereka. Dista memilih pakaian yang akan dipakai sang suami dulu, ia gugup sebenarnya karna Lingga terus saja menatapnya. 

“Apakah pakaian yang aku pilih sudah pas, Tuan?” Tanya Dista dengan tangan menunjukkan stelan kemeja yang ia pilih. 

Tidak menjawab Lingga mengambil begitu saja dari tangan Dista. Memakainya tepat dihadapan Dista yang kini sudah berbalik badan. Sungguh gugup Dista melihat senjata milik sang suami, ntah kenapa Lingga tidak ada rasa malu sedikitpun. 

“Aku rasa, urat malu pria tua itu.. Sudah putus!” Gumam Dista didalam hati. 

Tangan Dista erat-erat memegang handuk yang melilit tubuhnya, ia tidak mau adegan terlepas terjadi. Sepertinya Lingga menyadari itu, selama proses memakai pakaiannya ia terus menatap Dista yang seperti gelisah. Bukan Lingga namanya kalau tidak membuat Dista dalam kesusahan. 

Saat Dista sedang asyik dengan pikirannya sendiri, tangan Lingga langsung menarik handuk Dista hingga wanita itu berputar dan tentu saja handuk itu terlepas begitu saja. Sungguh terkejut Dista dengan semua perlakuan sang suami, ia kebingungan harus apa. 

“Tuan..” Cepat-cepat Dista mengambil handuk dari tangan Lingga, kembali menutupi tubuhnya kembali. Lingga malah tersenyum tipis, ia tidak menyangka ternyata Dista memiliki bentuk tubuh yang sangat indah. 

Dista menunduk dihadapan Lingga dengan tangan memegang erat handuknya. Jujur, ia takut kalau Lingga akan melakukan hal yang aneh-aneh lagi. 

“Kau tidak pakai baju?” Tanya Lingga dengan suara berat yang berhasil membuat Dista merinding tentunya. 

“Aku menunggu Tuan dulu, tidak sopan kalau memakai pakaian bersama.” Alasan yang cukup unik dari seorang Dista. 

Lingga berdecak saja, ia berlalu pergi meninggalkan Dista yang langsung menghela napas lega. Dista pelan-pelan berjalan berjinjit untuk mengintip apa yang sedang dilakukan sang suami. Terlihat Lingga sedang memakai jam tangan mahalnya, pria itu juga memakai parfum. 

Tidak lama Lingga berlalu pergi tanpa pamit kepada Dista, padahal Dista dulunya sempat membayangkan hal indah dalam pernikahan nya dimasa depan nanti. Nyatanya pernikahan yang diangan itu tidak akan pernah menjadi nyata. Sama sekali tidak akan pernah, selamanya ia akan mengalami kehidupan pernikahan se menyakitkan ini. 

••

Sore-sore Dista membantu pelayan untuk mencuci piring, ia tahu selama belum melakukan pekerjaan dengan baik maka Dista tidak akan mendapatkan porsi makan. Bagi Dista hal seperti itu tidak masalah, mengingat dulunya bersama dengan Mutiara Dista juga diperlakukan sama. 

“Lihat dia, sudah dinikahi Tuan juga belum bisa mendapatkan posisi layak. Bahkan hidupnya lebih menyedihkan dari kita, kasihan sekali.” Ucap salah satu pelayan yang sedang mengepel didapur. 

“Iya kau benar, hanya dijadikan pelarian nafsu saja. Hahaha, kasihan sekali..” Timpal salah satu pelayan lagi yang sama-sama melakukan pekerjaan mengepel. 

Omongan seperti ini sudah Dista dengar beberapa kali ini, ia tidak berani melawan dan tidak berani protes. Karna apa yang dikatakan orang-orang itu benar, hidup Dista memang sangat menyedihkan sekarang. Dista tidak mau memikirkan banyak hal, ia tetap fokus melakukan pekerjaan nya. 

Selesai menyuci piring bahkan Dista harus membersihkan kolam renang atas perintah pelayan lain. Mungkin seharusnya bukan tugas Dista, hanya saja jika tidak mengerjakan tugas itu maka Dista tidak akan mendapatkan porsi nasi untuk mengisi perutnya yang sudah lapar. 

Sungguh lega Dista saat semua pekerjaannya sudah terselesaikan dengan baik. Dengan ujung hijabnya Dista mengelap keringat yang membanjiri wajah cantiknya. Dista melihat dirinya di pantulan air kolam, ia berusaha untuk tersenyum agar selalu kuat dengan segala keadaan. 

“Alhamdulillah, sekarang aku bisa makan.. Perutku sudah lapar sekali, aku benar-benar tidak kuat lagi menahannya.” Ucap Dista sembari bangkit untuk menuju Dapur dimana jatah makananya berada disana. 

Terpopuler

Comments

G** Bp

G** Bp

ternyata semua pekerja melimpahkan kerjaan mereka kpda Dista...

2025-01-21

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 84 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!