Wanita mana yang tidak membayangkan hal indah untuk pernikahan yang hanya terjadi seumur hidup sekali ini. Bahkan pernikahan Dista kali ini sungguh tidak sesuai dengan bayangannya sewaktu kecil. Tidak ada tamu dan tidak ada orang terdekat yang datang. Hanya orang kepercayaan Lingga dan lebih tepatnya wajah Dista tidak dihias sama sekali oleh Lingga.
“Padahal ini momen seumur hidup sekali bagiku, kenapa semua tidak diadakan dengan sebagai mestinya?” Tanya Dista kepada Lingga yang kini sudah bersiap-siap memakai jam tangannya. Ya, keduanya masih berada didalam kamar.
“Sebagai mestinya gimana maksudmu? Apa aku pernah mengatakan bahwa aku membutuhkan saranmu?” Lingga malah bertanya balik, ia berjalan mendekati Dista yang juga berjalan mundur. Terus saja seperti itu hingga Dista terhenti di dinding, tatapan Lingga sungguh tajam.
“Seumur hidup bagimu, tidak seumur hidup bagiku.” Ucap Lingga sembari meludah tepat di samping Dista yang langsung memejamkan matanya.
Dista memberanikan diri menatap ke arah Lingga, wajah tampan itu sungguh menatap dirinya dengan penuh kebencian. “Aku sudah mengambil keputusan untuk menikahimu, seharusnya kau sudah cukup dengan itu.” Ujar Lingga yang kini langsung berlalu pergi meninggalkan Dista yang masih terkejut dengan semua perlakuannya.
Air mata yang ditahan Dista tadi jatuh sudah, Dista tidak tahan dengan semua hal yang terjadi. Melihat dirinya yang tidak berdaya melalui cermin, betapa tidak rapuhnya seorang Dista Keinadira. Kehidupan bahagianya telah tergadai kan sekarang, bahkan Dista tidak tahu alasan apa lagi untuk tersenyum sekarang.
Pelayan datang memanggil Dista, cepat-cepat Dista merapikan hijabnya yang sedikit berantakan. Menghapus sisa air mata yang masih membanjiri wajah cantiknya, pura-pura tersenyum seolah-olah tidak terjadi apapun.
“Dista.. Kamu bisa, kamu pasti bisa!” Gumam Dista didalam hati, ia ingin kuat sekarang.
~
Dengan lantang lafaz ijab qabul itu diucapkan oleh Lingga, hingga saksi mengucapkan kata SAH. Dista telah sah menjadi istri dari Lingga, sah secara agama dan negara. Dista duduk sedikit jauh dari Lingga karna ini semua perintah dari pak penghulu sendiri.
Tatapan Dista jatuh sempurna kepada Lingga yang kini telah menjadi suaminya. Pria itu tersenyum manis seolah-olah tidak ada keangkuhan yang mengerikan di sana.
“Suami wajib menyayangi istri, begitu pula istri wajib melayani suami. Pasangan yang saling menyayangi akan mendapatkan berkah dalam rumah tangga mereka.” Nasehat pak penghulu itu sebelum pergi.
Lingga memanggil Dista untuk duduk di sampingnya, dan Dista pun pelan-pelan melangkah menuju Lingga. Tangan Dista langsung diraih Lingga, bahkan pria itu tersenyum manis kepada Dista yang masih belum mengerti dengan apa yang terjadi.
Bahkan tangan Dista terus digenggam oleh Lingga sampai semua tamu pulang. Barulah Lingga melepas tangan Dista, ia mengelap tangannya dengan sapu tangan yang selalu ada di kantong jas yang ia pakai.
“Kau menjijikkan!” Umpat Lingga kepada Dista yang hanya diam.
“Dengar, jangan pernah berpikir jika pernikahan ini nyata. Aku hanya menikahi mu untuk keperluan ku saja, mainan ku. Jangan berharap ke hal lain, kau tidak pantas untuk itu.” Peringatan Lingga yang ntah sudah berapa kali Dista dengar.
Lingga berjalan menaiki tangga sudah pasti Dista menyusul di belakangnya. Dista pasrah dengan apa yang akan dilakukan Lingga kali ini, mengingat pria itu adalah suaminya sekarang. Dista memperhatikan dengan baik punggung belakang Lingga yang tegap sempurna. Sejujurnya tidak ada kekurangan dari seorang Lingga, pria itu hampir sempurna sebenarnya.
~
Lingga membawa Dista menuju kamarnya, ia membuka jas yang dipakai saat menikah tadi. Dista hanya diam berdiri seperti patung, perutnya sangat lapar. Tapi, dari kemarin Lingga tidak juga memberikan makan untuknya.
“Kenapa kau berdiri seperti patung begitu?” Tanya Lingga sembari berganti pakaian tepat di hadapan Dista.
Dista tersadar, ia membantu menaruh pakaian kotor sang suami menuju keranjang pakaian kotor. Lingga hanya diam saja, ia fokus berganti pakaian.
“Tuan, aku lapar sekali..” Ucap Dista dengan penuh rasa takut.
“Bekerjalah kalau ingin makan, setidaknya lakukan aktivitas yang bisa membuat ku berpikir jika kau pantas untuk makan.” Ujar Lingga dengan nada angkuh.
Dista terkejut sebenarnya. “Maksud Tuan apa?”
“Walaupun kau adalah istriku, kau tetap sama dengan pelayan disini. Bekerjalah, melakukan sesuatu hal yang berguna.” Jelas Lingga yang kini sedang sibuk bermain dengan ponselnya.
Dista melihat kesana-kemari, ia mengambil keranjang kotor itu berniat untuk mencuci saja untuk hari ini. Lingga hanya diam sibuk dengan aktivitas nya, bahkan tidak banyak bicara lagi kepada Dista yang kini sudah Sah menjadi istrinya.
“Hem, tunggu..” Panggil Lingga hingga langkah Dista terhenti. Dengan tangan menenteng keranjang Dista menatap bingung Lingga yang menatapnya dengan senyuman sinis. “Aku lapar, cepat sajikan makanan!” Perintahnya.
Dista mengangguk, ia langsung lanjut pergi menuju lantai bawah. Tidak ada rasa kesal dihati Dista sedikitpun, ia sudah berjanji untuk selalu menghormati sang suami. Bahkan Dista dengan sangat ikhlas melayani sang suami. Tidak perduli sekalipun Lingga tidak pernah menganggap nyata hubungan pernikahan ini.
Dista turun menuju dapur, ia melihat para pelayan yang langsung pergi kala kedatangannya. Dista tidak heran itu, ia meletakkan keranjang pakaian kotor itu ditempat laundry. Dengan sangat cekatan Dista menyajikan makanan yang baru saja siap dimasak oleh pelayan tadi. Menyajikan dengan rapi dimeja, bahkan perutnya menjadi sangat lapar kala melihat banyaknya makanan.
Tak lama Lingga datang dengan sambil bersiul, ia duduk dengan ekspresi wajah yang cukup angkuh. Dista mengambilkan piring untuk Lingga, menyajikan nasi untuk sang suami. Lingga memilih lauk yang menurutnya enak, makan dengan lahap di hadapan Dista yang dilanda kelaparan.
Mungkin karna efek lapar belum makan dari kemarin, Dista sampai termenung menatap semua makanan yang banyak itu. Tapi, meminta makan kepada sang suami sungguh Dista tidak berani untuk melakukan itu. Pada akhirnya Dista hanya diam berdiri di samping Lingga yang tengah asik makan dengan sangat lahap.
“Sangat enak, aku mau lagi..” Pinta Lingga yang menyodorkan piring kosongnya kepada Dista. Dengan patuhnya Dista mengambilkan nasi lagi untuk sang suami, dan tak lupa sekalian lauk ayam goreng.
“Tambah lagi nasinya dan juga ayam goreng tambah dua lagi.” Pintanya, Dista melakukan hal yang dipinta sang suami. Setelah merasa cukup segera memberikan piring itu kembali kepada Lingga.
Kali ini cara makan Lingga cukup berbeda dari yang biasanya. Lingga memainkan nasi itu hingga tidak terbentuk, bahkan menggigit potongan ayam goreng. Dista hanya diam memperhatikan sang suami, ia tidak berani banyak bertanya.
“Kau lapar bukan?” Tanya Lingga yang langsung mendapatkan anggukan mantap dari Dista. Sudah pasti lega sekali karna pada akhirnya rasa lapar ini akan hilang juga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
G** Bp
songong amat punya suami...jijik sama istrimu ntar bucin akut🙄
2025-01-21
0
Sweet Girl
Sisa makan yg sudah diawur² dikasihkan istri nya.
2024-11-22
0