Dista ter pelongo atas ketampanan dari seorang Tuan Muda yang akan menjadi suaminya itu. Ternyata tidak terlalu tua seperti yang Dista pikirkan, malah terlihat matang sebenarnya. Tatapan super tajam dan rahang sungguh sempurna para malaikat memahatnya.
“MasyaAllah, sungguh indah ciptaan mu kali ini, Tuhan..” Puji Dista didalam hati.
Pria yang bernama Lingga Maheswara itu duduk berhadapan dengan sosok wanita berhijab. Ia merasa aneh dengan wanita itu, sekalipun cantik tetap saja Lingga kurang tertarik sebenarnya.
“Apa ini wanita yang akan melunasi hutang-hutang mu?” Tanya Lingga dengan suara beratnya.
“I-iya, Tuan.. Dia lebih cantik kalau terbuka, hanya saja ia lebih alim dari kebanyakan wanita jaman sekarang.” Respon Mutiara karna sang suami mendadak tidak berguna kala didalam keadaan seperti ini.
Dista hanya menunduk dengan tangan meremas hijabnya, sebenarnya Dista takut dengan tatapan tajam dari Lingga. Terlebih lagi tatapan itu seperti ada rasa benci atau apalah, Dista tidak bisa mendiskripsikan seperti apa sosok Lingga Maheswara ini.
“Baiklah, aku terima dia.. Tapi, kalian harus meninggalkannya untuk malam ini. Besok tidak perlu datang untuk melihat pernikahan kami, karna aku benci sebenarnya..” Tangan Lingga menangkup dagunya. “Aku benci melihat sofa mahal ku diduduki orang-orang miskin.” Sambungnya.
Dista langsung mendongak hingga saling tatap dengan Lingga. Ada tatapan aneh dari Dista, ia tidak menyangka jika pria ini sungguh angkuh. “Tapi, Paman ku adalah wali sahku satu-satunya. Hanya dia yang bisa menikahkan ku, aku tidak mau_”
“Sejak kapan aku bicara kalau kau boleh mengatakan mau atau tidak mau?” Sela Lingga dengan pertanyaan yang sama sekali tidak bisa Dista jawab. “Kau orang miskin, cukup diam dan terima apa yang aku lakukan. Mengerti?”
Dista langsung mengangguk, ia memang barang sekarang. Maki-maki juga percuma, karna Dista yakin jika Paman dan Bibinya tidak akan menolong. Malah sekarang kedua orang yang sudah dianggap Dista sebagai orang tua, sudah pergi begitu saja meninggalkan Dista tanpa pamit.
Dista tidak tahu harus apa, matanya terus tertuju pada Paman dan Bibi yang sudah berjalan jauh. Air mata Dista mengalir, ia tidak bisa menahan semua rasa sedih lagi. Dista tidak menyangka jika kedua orang yang teramat ia sayangi rela melakukan hal seperti ini kepada hidupnya.
“Siapa namamu?” Tanya Lingga kala melihat Dista sesenggukan menahan tangis.
“Dista Keinadira, Tuan..”
“Nama yang bagus, dengar.. Aku tidak mempermasalahkan cara berpakaian mu, hanya saja aku merupakan orang yang sulit hidup bersama dengan orang lain.” Ungkap Lingga yang membuat Dista tidak mengerti dengan cepat.
“Turun!” Perintah Lingga, tentu saja Dista bingung harus turun kemana. Tapi, tangan Lingga menunjukkan seperti Dista harus turun dari sofa itu.
Dista baru sadar dengan arti perkataan Lingga beberapa menit yang lalu. Dista pun bangkit dari sofa, lalu duduk berlutut dilantai. Ia menunduk hormat kepada Lingga yang duduk disofa, pria itu tersenyum puas kepada Dista yang mudah sekali patuh.
“Berbicara denganmu tidak perlu menghabiskan banyak waktu, karna kau cepat sekali mengerti.” Ntah pujian ntah apa, Dista tidak tahu maksud perkataan dari Lingga.
Tiba-tiba ada pria menuju Lingga, dan Dista memerhatikan pria tampan yang berjalan kearahnya. “Semua berkas sudah beres, Tuan..” Ucap pria itu yang bernama, Malik.
“Bagus, sekarang urus wanita miskin itu. Besok pagi adalah acara pernikahan kami, dan jangan sampai ada yang tidak beres besok.” Perintah Lingga yang mendapatkan anggukan mantap dari Malik.
Lingga berlalu pergi, barulah Dista menghela napas lega. Dista hanya diam menatap lantai, ia tidak tahu harus apa sekarang. Menjerit sangat ingin ia lakukan, hanya saja tidak mampu baginya untuk melakukan itu.
“Nona, bangkitlah..” Ucap Malik yang berhasil membuat Dista tersadar dari lamunannya. Hingga Dista bangkit, ia mencoba tersenyum kepada Malik yang sepertinya memiliki kadar keramahan yang membuat Dista tidak ragu untuk ramah.
•
Malik membawa Dista menuju kamar utama, dimana satu kamar dengan Lingga. Dista ingin protes, tapi Malik sudah berlalu pergi begitu saja, Dista ditinggal seorang diri di kamar asing yang terlihat luas. Akibatnya Dista hanya diam berdiri ditengah kamar karna tidak tahu harus apa sekarang.
Kamar luas Lingga berwarna abu-abu terlihat manly sekali. Dan juga aroma parfum yang menenangkan ini membuat Dista langsung teringat dengan Lingga. Dista duduk dilantai dengan bersandar pada bangku sofa, ia melihat keseluruhan kamar yang terkesan mewah itu.
Pintu bathroom terbuka, terlihat Lingga yang keluar dari sana. Cepat-cepat Dista mengalihkan pandangannya, ia tidak mau melihat penampilan Lingga seperti itu.
“Kenapa kau menutup mata?” Tanya Lingga dengan senyuman smirknya. “Kau tahu, banyak wanita yang antri hanya untuk melihat dada bidang ku ini..”
Dista tetap bersikukuh menutup wajahnya dengan kedua tangan sambil didalam hati mengucapkan kata-kata istighfar sebanyak-banyaknya. Lingga hanya menghela napas panjang, ternyata cukup melelehkan dengan seorang wanita alim.
“Tuan..” Panggil Dista kala Lingga sedang sibuk berganti pakaian. Ketahuilah posisi duduk Dista kali ini membelakangi pria itu, ia tidak mau melihat seinci tubuh Lingga sebelum menjadi suami sah nya.
“Ada apa?”
“Kenapa kau ingin menikahi ku? Apakah tidak cukup kau menjadikan aku pelayan saja dirumah ini? Perlahan aku akan melunasi hutang Paman, aku berjanji akan itu.” Ucapan serta pertanyaan dari Dista itu hanya dapat tawa meremehkan dari Lingga.
“Bahkan sampai kau berkeringat kuning juga tidak akan bisa melunasi hutang Paman mu. Dan satu lagi..” Lingga berbalik badan, ia menyuruh Dista untuk kembali menatap kearahnya.
Pelan-pelan Lingga berjalan menuju Dista yang kini sudah berdiri berhadapan dengannya. “Aku menikahimu hanya untuk menjadi mainan ku saja, menjadi topeng penyelamat Perusahaan ku. Apa kau tahu definisi dari arti mainan?” Tanya Lingga dengan kedua tangan berkacak pinggang.
Dista mengangguk cepat, ia takut sekali dengan tatapan tajam dari Lingga. “Kau cukup diam dengan semua perlakuan ku, jika kau ingin Paman dan Bibimu bahagia. Mudah bukan?”
“Baik, Tuan.. Aku mengerti..”
“Aku tahu, kau itu cerdas, pasti akan cepat mengerti.” Kata Lingga, ia berlalu keluar dari kamar. Meninggalkan Dista seorang diri, Dista tidak bisa berkata-kata sekarang. Kala kepergian Lingga sungguh ia bisa bernapas lega, saat ada Lingga.. Sungguh pasokan oksigen sangat menipis.
•
Dista melamun memikirkan nasibnya besok, dimana seluruh kehidupannya akan dikuasai oleh Lingga. Dibalik hati atas semua ketidakberdayaan ini, Dista berjanji kepada diri sendiri. Bahwa menikah cukup satu kali ini saja, sekalipun sakit Dista berjanji untuk tetap bertahan sekalipun itu sulit.
“Aku akan belajar mencintai suamiku, dan semoga suamiku kelak.. Bisa mencintai ku juga.” Gumam Dista didalam hati, sambil merebahkan diri di lantai tanpa alas apapun.
Bukan tanpa alasan Dista seperti itu, semua itu murni karna mengingat kata Lingga untuk jangan menyentuh barang mahalnya sedikit pun. Dista tertidur dengan senyuman yang sungguh ia paksakan, berusaha berpikir positif untuk hari esok.
••••
~BERSAMBUNG…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
G** Bp
baru baca aja dah terasa nyesek banget Thor 🥺🥺
2025-01-21
0
Heny
Terlalu sombong
2025-02-26
0
Sofi Yatun
kasihan kau dista
2025-01-14
0