"Siapa wanita yang sedang kamu lindungi Leo?",tanya Max dan Leo pun terdiam.
"Leo,aku harap kamu jujur".
Max menatap Leo dengan wajah penuh pertanyaan,"maaf ayah dia hanya teman,aku melakukan hal itu pada Andre karena aku tidak suka seorang lelaki menindas seorang perempuan",ujar Leo.
"yakin karena itu bukan karena sesuatu hal?",
Leo mengernyitkan keningnya,"maksudnya?",
"biasanya kalo seorang lelaki sedang jatuh cinta pada seorang perempuan apapun akan dia lakukan termasuk memukul jika perempuannya di ganggu",jelas Max dan Leo pun menatap Max.
"ayah juga pernah merasakannya Leo tapi....",Max tidak meneruskan ucapannya,"sudahlah aku tahu apa yang sedang putraku rasakan,jadi jangan pernah berbohong".
"kalo ayah tahu aku jatuh cinta pada seorang perempuan kenapa ayah bertanya padaku soal Andre?",
Max tersenyum,"aku hanya ingin kau jujur".
Leo menghela nafasnya,"lalu jika ayah tahu kalo alasanku memukul Andre karena seorang perempuan yang ku cintai,apa yang akan ayah lakukan?",
"katakan perempuan mana yang sudah membuatmu jatuh cinta?,dan hari ini juga aku akan melamarnya untuk mu".
Seketika Leo membulatkan matanya,"apa melamarnya?",Max pun menganggukkan kepalanya.
Leo menggelengkan kepalanya,"gak ayah itu terlalu cepat",ucap Leo dan Max pun mengernyitkan keningnya,"kenapa lebih cepat lebih bagus".
Leo menundukkan kepalanya,"tapi masalahnya dia...masih menganggap ku teman",lirih Leo.
Max pun tertawa terbahak,"kenapa ayah tertawa?",tanya Leo dengan heran.
"ternyata masih dalam proses berjuang",ucap Max.
"tapi tenang son aku akan memuluskan jalan mu dan ku pastikan minggu depan kamu akan memiliki dia sepenuhnya".
Leo menggelengkan kepalanya,"jangan ayah aku tidak ingin terburu-buru pasti dia syok".
"baiklah aku akan mengulur waktu tapi sebelum itu kenalkan calon menantuku pada ayahmu ini son".
Leo pun tersenyum,"tentu ayah jika aku mendapatkan hatinya aku akan kenalkan pada ayah".
"bagus...semangat lah untuk mendapatkan cintanya,soal Andre dan ayahnya biar itu jadi urusanku".
Di tempat lain Raka tengah bersama Samuel,Raka menceritakan semua tentang Ana,ibunya dan Max.
Setelah Raka mengetahui kebenaran tentang keluarga Ana,Max pun menyuruhnya untuk pulang terlebih dahulu dan dirinya di sana akan berusaha mencari Ana,begitu ada informasi Max akan menghubungi Raka.
Tidak hanya titah Max,tapi kepulangan Raka di karenakan Jhuan ayah Mika sudah mengetahui kalo Raka pergi ke kota D.
"ini di luar dugaan kita",ucap Samuel.
"benar,bahkan aku juga sempat tak percaya dengan semua ini",ucap Raka sambil mengusap wajahnya.
Samuel menepuk pundak Raka,"jadi apa rencanamu selanjutnya?",
"rencana yang sama,masih mencari keberadaan Ana,bahkan om Max pun sedang berusaha mencari informasi tentang keberadaan Ana".
Samuel menganggukkan kelapanya,"baguslah jadi kita tidak berjuang sendirian".
"ehm oh ya bagaimana dengan Mika,apa selama di sana dia tidak merepotkan mu".
Raka menggelengkan kepalanya,"mungkin dia sedang sibuk-sibuknya dan aku tahu kalo Mika pasti memberitahu Jhuan kalo aku berada di kota itu".
"ya kita harus waspada bisa saja mereka diam-diam mengikuti kita",Samuel memperingati.
Setelah berbincang dengan Samuel,Raka memilih untuk berdiam diri di ruangannya bahkan jam istirahatnya dia lewatkan.
Raka menyandarkan tubuhnya di kursi kebesarannya sambil menatap langit-langit,pikirannya tertuju pada Ana sampai saat ini Raka ingin sekali menemukan Ana dan menceritakan semua yang telah terjadi padanya dan keluarganya.
"Ana sebenarnya kamu dimana sayang,aku sangat merindukan mu",ucap Raka sambil memejamkan matanya,tak terasa air mata keluar.
Rasa rindu yang kini Raka rasakan begitu menyakitkan bahkan sampai saat ini dia belum bisa memastikan kalo Ana masih hidup atau sudah meninggal namun hatinya berkata kalo Ana masih hidup.
"akan ku buktikan pada dunia kalo dugaan ku tak pernah salah",ucap Raka lagi.
Di sebrang sana Ana pun memikirkan sesuatu,kejadian semalam masih teringat dalam pikirannya,"Varo...kenapa kamu membiarkan aku memikul beban ini sendiri,di balik sayang itu ada luka yang terpendam",ucap Ana yang kini pikirannya tertuju pada Alvaro terbalik dengan Raka.
Ya rasa bersalahnya terhadap Alvaro dan keluarganya semakin menganga,apalagi dia mendengar kalo persahabatan Alvaro dan Leo renggang karenanya.
Ana terisak sambil duduk di bawah shower dan membiarkan air membasahi tubuhnya.
Tok...tok...
Terdengar suara pintu kamar di ketuk namun Ana tak mendengarnya karena dia masih di kamar mandi.
"Ana...",panggil Lusi.
"ayah dan yang lainnya sudah menunggumu untuk sarapan",ucap Lusi namun tidak ada sahutan dari Ana.
"apa dia masih tidur,tapi gak mungkin biasanya Ana sudah bangun",gumam Lusi sambil berpikir.
Lusi memberanikan membuka pintu kamar Ana,tentu saja dengan mudah pintu terbuka,"An...",panggil Lusi lagi sambil mengedarkan pandangannya.
Kamar terlihat kosong namun Lusi mendengar suara gemercik air,"pantas saja dia masih di kamar mandi".
Lusi pun mencoba mendekati pintu kamar mandi dan mengetuk pintu,"Ana...maaf kakak lancang masuk ke kamar mu,ayah dan ibu sudah menunggu di bawah,ayo kita sarapan bersama",teriak Lusi.
Ana yang sedang menangis langsung mematikan shower nya,"makan saja kak nanti aku ke bawah setelah selesai mandi",jawab Ana.
"jangan lama-lama mandi nya An,nanti masuk angin",ucap Lusi lagi.
Ana yang mendengarnya bergegas memakai handuk.
Di lantai satu,Wijaya dan yang lainnya sedang menunggu kedatangan Ana.
"kita makan saja nanti Ana akan menyusul",ucap Lusi yang baru saja tiba dari lantai 2.
"Ana...?"
"dia masih di kamar mandi,pasti dia bangun kesiangan",jawab Lusi.
"baiklah kita makan saja",ucap Wijaya.
Setelah beberapa menit Ana pun turun,dia langsung menghampiri keluarga Wijaya,"pagi semuanya",sapa Ana sambil memberikan senyuman yang manis walaupun hatinya sedang tidak baik-baik saja.
"pagi sayang ayo duduk dekat ibu",ucap nyonya Wijaya.
"hari ini kamu ke kantor?",Ana menganggukkan kepalanya.
"bagaimana semalam apa kamu menikmati pestanya?",tanya Wijaya.
"ehm iya ayah di sana orangnya ramah-ramah",jawab Ana bohong padahal di sana dia mengalami kejadian yang tak terduga.
"beruntung Leo mengajak mu ke sana,pasti di sana banyak teman Alvaro".
"iya di sana banyak teman Alvaro",ucap Ana lalu menyuapkan sepotong roti ke mulutnya.
Dan Aiden memperhatikan Ana seperti sedang menutupi sesuatu.
Ana yang melihat Aiden yang terus menatapnya,seketika menundukkan kepalanya.
Setelah selesai sarapan,Ana,Wijaya dan Aiden pamit berangkat ke kantor mereka di antar oleh Lusi dan nyonya Wijaya.
Cup...
"jangan terlalu banyak bekerja sayang dan jangan lupa makan siang",ucap nyonya Wijaya setelah mencium kening Ana.
"iya bu".
Ana pun beranjak pergi namun tiba-tiba Aiden merangkul pundaknya,"ayah hari ini Ana akan berangkat bersama ku",ucap Aiden dan Ana pun mengernyitkan keningnya,"loh jalur kita berbeda kak",ucap Ana.
"tidak apa aku akan mengantarmu dulu".
"ah...jangan repot-repot kak,nanti kamu kesiangan",ucap Ana sambil melepas rangkulan Aiden.
"Aiden kamu tak berniat menggoda adikmu kan?",tanya nyonya Wijaya.
"gak bu Aiden hanya ingin berangkat bersama Ana".
"kak...",Ana merengek sambil melihat kearah Lusi,dia meminta pertolongan agar membujuk suaminya.
Namun Lusi hanya memberikan isyarat kalo dirinya tidak bisa.
"ayo An...",Aiden menarik bahu Ana.
"ayah...",dan sekarang dia meminta pertolongan pada Wijaya.
"Aiden..."
"kali ini saja ayah,aku akan menjaga putri kesayanganmu ini",ucap Aiden dan Wijaya pun hanya menggelengkan kepalanya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments