Satu bulan sudah semenjak Ana mengetahui kalo Raka sudah bertunangan,selama satu bulan ini Ana memilih berdiam diri di kamar untuk menenangkan pikirannya.
Ana duduk di balkon kamarnya sambil menatap langit yang sudah gelap,cuaca malam ini begitu panas dan Ana memilih balkon untuk mendinginkan tubuhnya.
Seketika Ana tersenyum getir ketika mengingat kepergiannya setelah papa Raka menyuruhnya pergi dari kota itu,dan Ana berpikir kalo semua ini memang sudah di rencanakan.
"aku begitu bodoh,bisa-bisanya percaya begitu saja",ucap Ana yang mulai menangis.
Dia menyembunyikan wajahnya di kedua lututnya,ingin rasanya mati ketika dia di bodohi oleh orang-orang yang dia percaya.
"aku benci semua ini,aku benci...",ucap Ana.
Seketika sebuah tangan mengusap kepalanya,"Ana...",ucap Wijaya.
Ana pun mengangkat kepalanya lalu mengusap air matanya,"ayah".
"ayah boleh duduk di sini?",
Ana menganggukkan kepalanya lalu bergeser memberi ruang untuk Wijaya,lelaki paruh baya itu pun duduk.
"sudah satu bulan kamu seperti ini,apa tidak lelah?",
Ana terdiam sambil menundukkan kepalanya,"ayah tahu perasaan kamu saat ini,tidak mudah untuk menerima semuanya,ini kedua kalinya ayah melihat anak-anak ayah terpukul karena cinta".
Ana mencerna ucapan Wijaya,seketika dia ingat Alvaro,"ayah...",ucap Ana pelan.
Wijaya melihat kesamping di mana Ana duduk,"kamu dan Alvaro sama-sama mengalami patah hati,saat itu ayah juga ikut patah hati karena melihat kondisi kalian seperti tak ada semangat hidup".
Ana menggelengkan kepalanya,Ana merasa tidak enak hati dengan sikapnya seperti ini,"ayah maafkan aku...",
Wijaya menggelengkan kepalanya,"jangan meminta maaf,kamu tidak salah apa-apa nak".
"ayah,aku malu mengatakan ini tapi gara-gara aku Alvaro jadi patah hati,dan untuk hari ini aku mendapatkan balasannya...",lirih Ana.
"sst...jangan seperti itu,ayah tidak menyalahkan mu,hanya saja ayah tidak mau kamu berlarut-larut dalam kesedihan,untuk Alvaro dia sudah bahagia karena melihat kami begitu menyayangimu".
"ayah mau kamu bangkit dan jangan terpuruk seperti ini,buktikan pada mereka kalo kamu bisa menghadapinya".
Ana terdiam,ucapan Wijaya benar kalo dirinya harus bangkit dan tidak boleh lemah,dia harus menghadapi semuanya.
"terima kasih,ayah...maafkan aku karena sudah menyusahkan ayah selama ini,aku begitu egois tidak memikirkan perasaan kalian",
"ayah mengerti nak,sebaiknya kamu istirahat jangan banyak melamun nanti kamu stress,besok temui ibu kasihan dia selama kamu mengurung diri dia begitu terpukul bahkan tak punya selera makan".
"baik ayah besok aku akan menemui ibu".
Wijaya menganggukkan kepalanya lalu memeluk Ana dan mengecup kening gadis itu.
Di tempat lain Max tengah kedatangan mantan pelayan yang sudah lama tidak bekerja dengannya,mereka duduk di ruang keluarga.
"informasi apa yang kamu maksud?",tanya Max.
"begini tuan kemarin saya mendengar dari asisten tuan kalau tuan sedang mencari informasi dari seseorang 10 tahun yang lalu".
"benar apa kamu tahu sesuatu?",Max menegakkan tubuhnya.
Lelaki tua itu memberikan sebuah amplop kepada Max yang sudah kusam,dan amplopnya masih utuh belum terbuka sedikit pun.
"waktu tuan tidak ada di rumah dan dinyatakan koma,saya menerima amplop ini dari seseorang dia berkata kalo ini harus sampai di tangan tuan,barangkali ini bisa membantu tuan".
Max mengambil amplop tersebut,"kenapa baru hari ini kamu memberikannya padaku?",
"maaf tuan saya benar-benar baru ingat kalo asisten tuan tidak berbicara hal ini pada saya".
Max mengernyitkan keningnya,"asistenku menemui mu?",lelaki tua itu menggelengkan kepalanya,"tidak,kami tak sengaja bertemu di toko obat dan sempat mengobrol".
Max menganggukkan kepalanya,"baiklah terima kasih mudah-mudahan ini bisa menjadi titik terang bagi Raka".
"baiklah kalo begitu saya pamit pulang",
"ah ya silahkan,biar sopir pribadiku yang mengantarmu pulang".
Setelah memastikan mantan pelayannya pergi,Max kembali ke ruang kerjanya,dia masih menatap sebuah amplop yang di berikan padanya.
Tidak menunggu lama Max membuka amplopnya,ada secarik kertas dengan perlahan dia membukanya,seketika dia tersenyum ketika melihat tulisan yang sangat rapih tentu Max mengenalnya,Max mulai membaca isi tulisan tersebut.
Apa kabar Max,maaf aku menganggu ketenanganmu,aku hanya ingin mengabarkan kalo kamu dan Karina memiliki seorang putri,dan dia kini sudah besar,aku akan membawa putrimu datang untuk menemui mu,jagalah dia dengan baik jangan sampai kamu kehilangannya,dan untuk saat ini dia akan aman bersama mu.
Jery
Deg...
Max terdiam membaca surat dari Jery,"putri...",bisik Max yang belum percaya kalo dia memiliki seorang putri.
Max langsung melihat sebuah poto dimana terlihat istrinya Karina dengan seorang gadis remaja yang sangat cantik.
Mata Max berkaca-kaca,"ini putri ku",ucap Max masih seperti mimpi baginya.
Max mengusap poto nya,"Karina ini putri kita,dimana kalian sekarang".
...----------------...
Max bergegas pergi ke kamar Raka untuk mendapatkan penjelasan dari pemuda itu,Max mempercepat langkahnya karena hari ini Raka berniat pulang ke kotanya karena tak kunjung mendapatkan informasi tentang keberadaan Ana.
Braak...
Pintu terbuka lebar,Raka pun kaget bukan main,dia langsung menoleh kearah pintu yang terlihat Max sudah berdiri.
"Raka kamu jangan dulu pergi",ucap Max sambil menghampiri Raka.
"om...apa baik-baik saja?",tanya Raka karena melihat raut wajah Max yang serius.
Max memberikan sebuah poto,"apa dia wanita yang kamu cari?",tanya Max.
Raka mengambil poto itu dan melihatnya dengan saksama,seketika Raka membulatkan matanya,"Ana..."
Max kembali mengambil poto itu dari tangan Raka,"jawab Raka".
Raka menganggukkan kepalanya,"Om dari mana mendapatkan poto ini?",
"aku mendapatkannya dari mantan pelayanku papa mu mengirimkan ini 10 tahu yang lalu bersama sebuah surat".
"tapi...apa kamu tahu wanita yang ada di sampingnya?",
Raka menganggukkan lagi kepalanya,"dia adalah ibu Ana tante Karina",jawab Raka.
Max tertunduk lemas,"ikuti aku",ucap Max lalu dia pergi.
Raka pun tidak tinggal diam dia menyusul langkah Max,Raka berharap bisa mendapatkan informasi tentang Ana.
Max masuk kedalam kamarnya dan Raka pun sedikit kebingungan,"masuklah",titah Max.
Raka pun melangkah dengan sedikit ragu,"tidak apa Raka,masuklah aku ingin memperlihatkan kebenaran hidupku padamu",ucap Max.
Raka pun melangkah perlahan,"om..."
Max berdiri sambil menghadap ke arah jendela yang terbuka,"kamu lihat poto besar yang menempel di dinding tepat di atas ranjangku?",
Raka mengedarkan pandangannya,dan dia tertegun saat melihat poto Karina yang terpampang jelas.
"om..."
Max menarik nafasnya,"dia istriku yang aku tinggalkan Raka,dan kekasihmu dia adalah putriku",jelas Max.
Raka terdiam dia sungguh terkejut mendengarnya,"dari mana om tahu?",
Max memberikan sebuah surat yang dikirim papanya,Raka pun membaca isi surat itu,dia menggelengkan kepalanya tak percaya kalo papanya bisa menyembunyikan semua ini dari nya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments