Bab Sembilan Belas : Menyeriusi Kamu

Amar membukakan pintu mobilnya untuk Vio, kali ini mereka mengunjungi sebuah mall untuk memulai aktivitas kencan pertama mereka.

"Langsung nonton dulu kan?" tanya Amar sambil menggenggam tangan Vio dengan mesra.

Dengan wajah merona, Vio mengangguk dan tersenyum manis kepada Amar.

"Boleh nggak senyumnya disimpen dulu?" tanya Amar sambil mereka terus berjalan dan bergandengan tangan mesra.

"Kenapa?" Vio mengeryit bingung, masak senyum saja mesti dilarang segala.

"Karena senyum kamu itu manisssss banget Babe, dan aku nggak rela banyak cowok diluaran sana yang ikut menikmati senyuman kamu itu," jawab Wisnu santai.

"Gombal Mas!" Vio terkekeh sambil menutup mulutnya dengan tangannya yang bebas.

Amar pun ikut terkekeh, kebahagiaan itu menular begitu cepat sampai ke dalam hatinya, namanya juga di jalur yang sama kan.

Mereka naik ke lantai tujuh, dan Amar meminta Vio untuk duduk menunggunya membeli tiket.

"Mau beli minuman ama camilan nggak Babe?" tanya Amar sekembalinya dia dari membeli tiket.

"Biar aku yang beli Mas." Vio hendak berdiri, tapi dengan cepat Amar menahannya.

"Biar Mas aja, kamu mau apa?" tanya Amar sambil menyerahkan dua buah tiket kepada Vio.

"Air mineral sama popcorn aja Mas," jawab Vio sambil menatap Amar yang berdiri di depannya.

"Itu aja? Nggak mau roti?" tanya Amar, Vio menggeleng.

Amar pun pergi mengantri di store yang menjual berbagai makanan dan minuman untuk para pengunjung yang ingin menonton film.

Tak lama Amar kembali dengan membawa dua botol air mineral dan juga popcorn berukuran besar.

"Thanks Mas." Vio menerima kotak popcorn itu dan memangku.

Mereka menunggu pintu teater terbuka sambil mengobrol tentang banyak hal.

"Aku lagi ngajuin pengurangan schedule terbang keluar. " Tiba-tiba Amar memberitahukan rencana untuk mengalihkan schedule terbangnya lebih banyak ke dalam negeri.

"Kenapa Mas? Kan keren bisa bawa pesawat sampai ke luar negeri sana." ucap Vio.

"Aku ingin lebih dekat sama kamu, kenal lebih dalam sama kamu, lalu menyeriusi kamu," ucap Amar santai.

Vio mengerjapkan matanya pelan, agak bingung dengan kalimat menyeriusi kamu tadi.

Saat Vio ingin menanyakan tentang arti menyeriusi kamu tadi, suara pemberitahuan pintu teater dimana film yang akan mereka tonton telah dibuka.

Amar berdiri lalu mengulurkan tangannya meminta tangan Vio untuk ia genggam.

Dengan senyum malu-malu, Vio menyambut tangan itu dan mereka berjalan saling bergandengan.

Namanya juga baru saja pacaran, apalagi keduanya termasuk golongan fakir asmara, hingga saat keduanya sama-sama menemukan orang yang cocok, mereka bisa klop dan pas satu sama lain.

Film diputar, Amar membawa tangan Vio yang ada dalam genggamannya mendekatkan tangan itu dan menciumnya lembut.

Dalam keremangan lampu, wajah Vio kembali merona dan tersipu, sungguh Amarta pria dewasa yang bisa memperlakukan pasangan dengan sangat baik.

Hampir dua jam mereka berada di dalam gedung itu, setelah film selesai diputar, keduanya melanjutkan tujuan mereka ke sebuah restaurant fine dining.

Tapi saat mata Amar melihat store jam tangan, dia menarik Vio lembut untuk memasuki store tersebut.

"Mau beli jam tangan Mas?" tanya Vio memindai jam tangan dengan harga lumayan mahal itu.

"Heem." jawab Amarta lalu meminta salah satu karyawan di tempat itu untuk mengambilkan beberapa jam couple.

"Ini bagus nggak Babe?" tanya Amarta sambil menyodorkan dua model jam tangan couple.

"Bagus yang ini deh Mas, lebih kasual dan manis. Eh tapi ini buat siapa?" tanya Vio.

"Tolong bungkus yang ini ya Mas, sekalian potongin sesuai dengan lingkar tangan kita," ucap Amar sambil menyerahkan kedua jam tersebut dan kartu debetnya untuk membayarnya kepada karyawan itu

"Aku yang bayar punyaku aja Mas." Vio bersiap mengambil dompetnya di dalam tasnya.

"Nggak! Jangan! Biar Mas yang bayar." Amar menahan tangan Vio yang berada di dalam tasnya itu.

" Padahal udah dibilangin aku nggak suka dibeliin barang-barang mahal kayak gini." Vio mengerucutkan bibirnya bersiap mengomel kepada pacarnya tersebut.

Pun saat Mas penjaga toko tersebut mengukur tangan Vio untuk memotong rantai jam itu, Vio masih saja cemberut.

"Mas tuh pengen couple-an sama kamu Babe, sebenarnya mau couple-an cincin tapi takut Ibu ngedesek buat ngelamar kamu," sahut Amar santai.

Vio menunduk, entah sudah berapa kali dia harus menyembunyikan rona wajahnya karena selalu tersanjung sepanjang hari ini.

Jam tangan baru itu sudah terpasang di tangan masing-masing, Amar terlihat bahagia, tak menjadi masalah buatnya untuk merogoh kantongnya cukup dalam, semata-mata dia tahu bahwa Vio terlalu berarti buatnya dan Vio juga bukan termasuk dalam kumpulan perempuan materialistis yang menggunakan kesempatan untuk mengeruk keuntungan dari pasangannya.

"Mas, karena Mas udah banyak ngeluarin uang buat kencan kita hari ini, untuk makan malamnya biar aku yang bayar ya," pinta Vio sungguh-sungguh.

Vio memang belum bekerja, tapi Vio juga memiliki uang, ya meskipun uang yang ada di dompetnya itu kebanyakan adalah uang saku pemberian orang tuanya, karena usahanya kan memang baru dirintis belum mendapatkan hasil yang maksimal.

"Iya ntar gampang!" sahut Amar mengiyakan saja, nanti saat mereka selesai makan, Amar bisa ijin keluar sebentar dan membayar makanan mereka, karena pantang bagi Amar, dia dibayari oleh pasangannya.

Mereka memilih menu yang aman untuk Vio, makanan tanpa rasa pedas dan asam agar lambung Vio tak mendapatkan masalah, itulah yang mereka pesan.

"Masss." Mata Vio bergerak gelisah saat ia teringat kembali kalimat menyeriusi tadi.

"Kenapa?" tanya Amar menatap Vio lembut dan dalam.

"Um, aku, um." Vio kesulitan menyampaikan pertanyaan.

Amar menggenggam tangan Vio lembut. "Ngomong aja Babe, aku dengerin kok," ucap Amar sambil dadanya berdetak lebih kencang, takut Vio menyampaikan sesuatu yang tak ingin Amar dengar, karena secepat ini Amar terperangkap dalam pesona Violet.

"Aku mau tanya tentang arti menyeriusi tadi?" tanya Vio malu-malu.

Amar menarik nafas lega. "Ya menyeriusi."

"Maksudnya gimana sih Mas?" tanya Vio lagi.

"Menyeriusi kamu, artinya aku ingin menikahi kamu dan menjadikan kamu Ibu dari anak-anakku kelak," jawab Amar santai.

"Massss!" Vio mencubit tangan Amar pelan.

"Kamu nggak mau Babe?" tanya Amar.

"Bukannya nggak mau Mas, tapi aku rasa kita perlu pengenalan lebih lagi sebelum kita masuk ke jenjang yang lebih serius lagi."

"Makanya aku ngajuin pergantian schedule terbangku, at least ketika aku melayani rute penerbangan domestik, aku punya banyak waktu sama kamu, artinya semakin cepat kita saling mengenal semakin cepat aku menyeriusi kamu."

"Ya ampun gercep banget sih Mas, padahal Ayah kemarin udah wanti-wanti ke aku buat nyelesain S2 ku dulu sebelum nikah."

"Udah selesai kan?"

"Tinggal acc bab penutup, semoga Pak Pram nggak kebanyakan drama lagi," jawab Vio pelan.

"Ya udah cepet kelarin biar Mas bisa cepet nyeriusin kamu." Amar berdiri. "Mas ke toilet dulu ya."

Seperti rencananya tadi, sebelum Amar keluar ke toilet, Amar mampir ke meja kasir untuk membayar makanan mereka.

Jadilah lelaki sejati yang tak akan mau dibayari makan oleh perempuan, itu semboyan Amar sejak dulu.

Terpopuler

Comments

Diana Resnawati

Diana Resnawati

Amar memang lelaki sejati👍

2025-02-15

0

lihat semua
Episodes
1 Bab satu : Teman rasa Pacar
2 Bab dua : Sesuatu di pesta
3 Bab tiga : Nyenggol lagi
4 Bab empat : Dia, dia dan dia lagi
5 Bab lima : Ditolong orang itu
6 Bab enam : Semenarik itu
7 Bab tujuh : Bertemu Vio
8 Bab delapan : Gentleman
9 Bab sembilan : Mungkin ini yang terbaik
10 Bab sepuluh : Perasaan Dante
11 Bab sebelas : Dinner tak biasa
12 Bab dua belas : Makan malam yang menegangkan
13 Bab Tiga Belas : Andai bisa memutar waktu
14 Bab Empat Belas : Lebih baik selesai sekarang
15 Bab Lima Belas : Konfrontasi
16 Bab Enam Belas : Makna Dari Kesetiaan
17 Bab Tujuh Belas : Meleleh
18 Bab Delapan Belas : Kamu Cantik.
19 Bab Sembilan Belas : Menyeriusi Kamu
20 Bab Dua Puluh : Tugas yang mendebarkan
21 Bab Dua puluh satu : Persaingan
22 Bab Dua puluh dua : Oh ya udah kalo gitu, bye sayang.
23 Bab Dua puluh tiga : Nasi padang dan tentang Safira
24 Bab 24 : Adu ketegangan
25 Bab 25 : Membuat nyaman dan mengerti
26 Bab 26 : Mobil misterius
27 Bab 27 : Cerita tentang masa itu.
28 Bab 28 : Kita tak bisa memilih lahir darimana
29 Bab 29 : Berartinya Dirimu
30 Bab 30 : She's mine!
31 Bab 31 : Harus A
32 Bab 32 : Dicintai dengan ugal-ugalan
33 Bab 33 : Pertemuan tak terduga
34 Bab 34 : Belum seserius itu kok
35 Bab 35 : Ada apa dengan keluarga Mahendra
36 Bab 36 : Wisuda dan kejutan manis
37 Bab 37 : Curahan hati Amar
38 Bab 38 : Jangan berfikir aneh-aneh
39 Bab 39 : Kudu kuat-kuat mental
40 Bab 40 : Tidak bisa mundur lagi
41 Bab 41 : Terungkap
42 Bab 42 : Nggak sengajain buat pamer!
43 Bab 43 : Ancaman Asa
44 Bab 44 : Bibit pengkhianat
45 Bab 45 : Diperjuangkan
46 Bab 46 : Lamaran
47 Bab 47 : Bertemu Mama
48 Bab 48 : Menikah denganmu
49 Bab 49 : Landasan pacu
50 Bab 50 : Perjalanan menuju ke Eropa
51 Bab 51 : London dan pesonanya
52 Bab 52 : Masih tentang bulan madu
53 Bab 53 : Kehidupan baru dimulai
54 Bab 54 : Drama oleh-oleh
55 Bab 55 : Pasti kangen banget
56 Bab 56 : Penisirin!
57 Bab 57 : Kehabisan kata-kata
58 Bab 58 : Rumah baru kita
59 Bab 59 : Pindah ke rumah baru
60 Bab 60 : Bulan madu di rumah saja
61 Bab 61 : Klien Ter-rese
62 Bab 62 : Cemburu itu berat
63 Bab 63 : Diperkarakan
64 Bab 64 : Lawan tangguh
65 Bab 65 : Susahnya bilang maaf
66 Bab 66 : Aku nggak mandul!
67 Bab 67 : Menenangkan diri
68 Bab 68 : Jangan dengarkan omongan orang
69 Bab 69 : Nasi goreng termahal
70 Bab 70 : Permintaannya semakin aneh!
71 Bab 71 : Korban selanjutnya
72 Bab 72 : Ngidam jadi alasan
73 Bab 73 : Hello... Sydney!
74 Bab 74 : Bukan cinta terlarang
75 Bab 75 : Keluarga bahagia versi kami
76 Bab 76 : Let's Go!
77 Bab 71 Jalan-jalan sekaligus bulan madu
78 Bab 78 : Jalan-jalan sekaligus bulan madu part dua
79 Bab 79 : Candu Banget
80 Bab 80 : Ada apa ini?
81 Bab 81 : Bad Mood
82 Bab 82 : Masa lalu yang menyapa
83 Bab 83 : Semua jadi sasaran
84 Bab 84 : Alasan di balik Vio badmood
85 Bab 85 : Menularkan kebahagiaan
86 Bab 86 : Jadi masalah lagi
87 Bab 87 : Para shareholders
88 Bab 88 : Membumi
89 Bab 89 : Lega
90 Bab 90 : Mumet
91 Bab 91 : Bahagia itu diusahakan bukan dapat gratis
92 Bab 92 : Bukan ajang pamer diri
93 Bab 93 (Ending) : Bahagia selamanya
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Bab satu : Teman rasa Pacar
2
Bab dua : Sesuatu di pesta
3
Bab tiga : Nyenggol lagi
4
Bab empat : Dia, dia dan dia lagi
5
Bab lima : Ditolong orang itu
6
Bab enam : Semenarik itu
7
Bab tujuh : Bertemu Vio
8
Bab delapan : Gentleman
9
Bab sembilan : Mungkin ini yang terbaik
10
Bab sepuluh : Perasaan Dante
11
Bab sebelas : Dinner tak biasa
12
Bab dua belas : Makan malam yang menegangkan
13
Bab Tiga Belas : Andai bisa memutar waktu
14
Bab Empat Belas : Lebih baik selesai sekarang
15
Bab Lima Belas : Konfrontasi
16
Bab Enam Belas : Makna Dari Kesetiaan
17
Bab Tujuh Belas : Meleleh
18
Bab Delapan Belas : Kamu Cantik.
19
Bab Sembilan Belas : Menyeriusi Kamu
20
Bab Dua Puluh : Tugas yang mendebarkan
21
Bab Dua puluh satu : Persaingan
22
Bab Dua puluh dua : Oh ya udah kalo gitu, bye sayang.
23
Bab Dua puluh tiga : Nasi padang dan tentang Safira
24
Bab 24 : Adu ketegangan
25
Bab 25 : Membuat nyaman dan mengerti
26
Bab 26 : Mobil misterius
27
Bab 27 : Cerita tentang masa itu.
28
Bab 28 : Kita tak bisa memilih lahir darimana
29
Bab 29 : Berartinya Dirimu
30
Bab 30 : She's mine!
31
Bab 31 : Harus A
32
Bab 32 : Dicintai dengan ugal-ugalan
33
Bab 33 : Pertemuan tak terduga
34
Bab 34 : Belum seserius itu kok
35
Bab 35 : Ada apa dengan keluarga Mahendra
36
Bab 36 : Wisuda dan kejutan manis
37
Bab 37 : Curahan hati Amar
38
Bab 38 : Jangan berfikir aneh-aneh
39
Bab 39 : Kudu kuat-kuat mental
40
Bab 40 : Tidak bisa mundur lagi
41
Bab 41 : Terungkap
42
Bab 42 : Nggak sengajain buat pamer!
43
Bab 43 : Ancaman Asa
44
Bab 44 : Bibit pengkhianat
45
Bab 45 : Diperjuangkan
46
Bab 46 : Lamaran
47
Bab 47 : Bertemu Mama
48
Bab 48 : Menikah denganmu
49
Bab 49 : Landasan pacu
50
Bab 50 : Perjalanan menuju ke Eropa
51
Bab 51 : London dan pesonanya
52
Bab 52 : Masih tentang bulan madu
53
Bab 53 : Kehidupan baru dimulai
54
Bab 54 : Drama oleh-oleh
55
Bab 55 : Pasti kangen banget
56
Bab 56 : Penisirin!
57
Bab 57 : Kehabisan kata-kata
58
Bab 58 : Rumah baru kita
59
Bab 59 : Pindah ke rumah baru
60
Bab 60 : Bulan madu di rumah saja
61
Bab 61 : Klien Ter-rese
62
Bab 62 : Cemburu itu berat
63
Bab 63 : Diperkarakan
64
Bab 64 : Lawan tangguh
65
Bab 65 : Susahnya bilang maaf
66
Bab 66 : Aku nggak mandul!
67
Bab 67 : Menenangkan diri
68
Bab 68 : Jangan dengarkan omongan orang
69
Bab 69 : Nasi goreng termahal
70
Bab 70 : Permintaannya semakin aneh!
71
Bab 71 : Korban selanjutnya
72
Bab 72 : Ngidam jadi alasan
73
Bab 73 : Hello... Sydney!
74
Bab 74 : Bukan cinta terlarang
75
Bab 75 : Keluarga bahagia versi kami
76
Bab 76 : Let's Go!
77
Bab 71 Jalan-jalan sekaligus bulan madu
78
Bab 78 : Jalan-jalan sekaligus bulan madu part dua
79
Bab 79 : Candu Banget
80
Bab 80 : Ada apa ini?
81
Bab 81 : Bad Mood
82
Bab 82 : Masa lalu yang menyapa
83
Bab 83 : Semua jadi sasaran
84
Bab 84 : Alasan di balik Vio badmood
85
Bab 85 : Menularkan kebahagiaan
86
Bab 86 : Jadi masalah lagi
87
Bab 87 : Para shareholders
88
Bab 88 : Membumi
89
Bab 89 : Lega
90
Bab 90 : Mumet
91
Bab 91 : Bahagia itu diusahakan bukan dapat gratis
92
Bab 92 : Bukan ajang pamer diri
93
Bab 93 (Ending) : Bahagia selamanya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!