Bab Tiga Belas : Andai bisa memutar waktu

"Cie Cie, yang udah nggak jomblo lagi." Vio disambut suara cempreng Ara yang menyambutnya di lobby kampus tempat mereka menimba ilmu.

"Harus gitu nggak jomblonya disebut segala?" Vio memutar kedua bola matanya.

"Kan emejing gitu Vi, terikat dalam hubungan semu selama dua tahun, eh cuman hitungan bulan nemu pengganti yang high quality gitu." Lagi-lagi Ara meledek Vio yang berjalan bergandengan tangan dengan Celine di depannya.

"Gue aja juga bingung lho Ra, kayak nggak nyangka banget gitu bisa jadian sama Mas Amar, nggak kenal sebelumnya eh tahu-tahu klop gitu," ucap Vio sambil menghadap Ara dan berjalan dengan cara mundur.

"Jalannya aja juga beda lho Cel sekarang!" Lagi-lagi Ara meledek Vio.

"Jelas dong." Vio pun kembali membalikkan badannya dan berjalan berlenggak-lenggok seperti peragawati.

"Belagu lo!" Celine merangkul leher Vio dengan kesal.

"Makanya Cel, pilih salah satu biar lo juga kayak Vio." Ara kini meledek Celine.

"Kayak lo nggak aja Ra!" dengus Celine kesal.

"Kalo gue kan emang belum niat buat cari suami, ntar aja kalo tesis gue udah kelar, udah dapet gelar master, baru deh gue cuci gudang."

Vio dan Celine tertawa terbahak, beberapa pasang mata menatap ketiganya, tiga perempuan kece penghuni kampus ini, jangankan angkatan mereka, adik kelas pun pada berkhayal bisa menjadi pacar salah satu dari ketiganya.

"Eh bentar babe, Mas Amar telepon." Vio menggeser posisinya menempel ke tembok.

"Hallo Mas," sapa Vio dengan wajah merona, Celine dan Ara yang melihat wajah merona Vio hanya bisa memutar matanya jengah.

"Dimana Sayang?" tanya Amar membuat wajah Vio semakin merona.

"Dih, dih, parah banget ih. Lo ntar kalo jatuh cinta jangan kayak Vio ya Cel," ucap Ara sengaja banget suaranya dikeras-kerasin agar Amar mendengar.

"Di kampus, mau konsul bab terakhir Mas, " jawab Vio.

"Oh ya udah kalo gitu, nanti aku hubungi lagi ya Sayang. Salam sama sahabat kamu yang ikutan nguping itu."

Lalu sambungan telepon keduanya terputus, dan Vio menatap keduanya galak. "Bacot kenceng banget deh ngomongnya!"

Para adek kelas yang tadi mendengar ucapan Ara jadi melempem karena salah satu bintang kampus ini ternyata sudah ada yang punya.

"Padahal dia yang paling pas di hati adek, apalah daya adek nggak berani mengutarakan cinta kepadanya," ucap salah satu adik kelas yang bernama Tomtom itu sok dramatis.

"Dih alay lo!" ketus Celine sambil memutar bola matanya malas.

"Eh tuh Pak Pram, gue masuk dulu ya. " Vio bergegas masuk ke dalam ruangan dosen muda itu.

Perlu waktu lumayan lama Vio berkonsultasi dengan dosen pembimbingnya itu, sampai akhirnya Vio keluar dengan muka cemberut.

"Kenapa wajah lo kayak orang kebelet pipis gitu Vi?" tanya Ara saat Vio sudah ada dideketnya.

"Pak Pram ngeselin banget deh!"

"Kenapa? Nembak lo lagi?" tanya Celine.

"Nggak sih, tapi masak dia bilang mau nikah karena patah hati ama gue, ngeselin banget becandanya!"

"Dih dia nggak becanda kali, mungkin beneran suka sama lo, tapi lo nya kan waktu itu kepantek sama janji palsunya mister php... hahahaha!" Ara tertawa terbahak membayangkan Vio jadian sama Pak Pram yang ganteng dan kharismatik itu.

"Lo becandanya nggak asyik banget sih Ra, masak dosen bisa jatuh cinta sama mahasiswanya," omel Vio dengan wajah ditekuk.

"Dasar nggak peka ya gitu, giliran sama si Ente kepekaan sampai dua tahun bertahan dalam kisah semu!" ucap Ara.

"Namanya Dante, bukan Ente!" ketus Vio kesal.

Ara dan Celine tertawa sampai terbahak, adalah suatu kesenangan tersendiri bisa menggoda Vio seperti itu.

"Kalian masih ada matkul lagi kan? Tuh Bu Julia udah jalan ke kelas, hush sana, sana belajar yang rajin!" usir Vio tanpa akhlak.

"Bjirr... kagak ada akhlak emang!" Celine bersungut.

"Lo habis ini mau kemana Vi?" tanya Ara sebelum dia masuk kelas.

"Cari keperluan EO kayaknya Cel, ada klien masuk lagi. Dah sana masuk kelas," usir Vio saat melihat kedua sahabatnya masih bertahan di tempat yang sama.

"Bye... " Vio pun memilih meninggalkan tempat itu dan memutuskan mencari pernak-pernik untuk keperluan pesta teman bundanya yang mempercayakan acara ulang tahun anaknya kepada EO miliknya.

Vio siap membuka pintu mobilnya, saat sebuah suara menginterupsinya.

"Vi... boleh ngobrol sebentar?" Dante menatap penuh harap kepada Vio yang terlihat enggan berinteraksi lagi dengannya.

"Ngobrol apaan ya Bang?" tanya Vio.

"Boleh nggak sambil kita makan siang?" ajak Dante penuh harap.

Vio melihat jam yang melingkar di tangan kirinya. "Aku nggak bisa lama-lama tapi Bang, aku mau ada perlu habis ini."

"Iya nggak papa, sepuluh lima belas menit juga nggak papa kok."

"Ya udah, Abang mau ngobrol apa?" tanya Vio.

"Jangan di sini boleh nggak?" pinta Dante lembut.

"Ya udah kita ke kafe yang di depan kampus aja kalo gitu, soalnya aku beneran mepet waktunya." Akhirnya Vio mengiyakan saja ajakan Dante, toh meski mereka tak jadi sepasang kekasih, bukan berarti mereka harus musuhan kan.

Vio masuk ke dalam mobilnya dan melaju menuju kafe yang dimaksud olehnya tadi.

Dante mengikuti mobil Vio dari belakang, ada rasa yang berbeda saat ia melihat ke dalam mata bening Vio.

Pijar yang dulu pernah menjadi miliknya itu, sekarang terlihat meredup dan menatap kosong kepadanya.

Mereka parkir bersebelahan dan masuk ke dalam tempat itu beriringan, Dante sempat membukakan pintu untuk Vio, lalu mereka duduk berhadapan setelah sebelumnya memesan kopi.

"Mau ngomong apa Bang?" tanya Vio.

"Vi, aku tahu aku salah, selama dua tahun kebersamaan kita, aku nggak pernah kasih kamu kepastian, aku ngerti kalo kamu ragu." Dante memulai kalimatnya.

"Oh itu, nggak papa kali Bang, aku tahu kok setiap orang kan masing-masing butuh proses untuk menyakinkan diri, dan aku ngerti, mungkin Abang memang nggak seyakin itu sama aku, ya nggak papa, namanya juga perasaan," ucap Vio tenang dan santai.

"Aku tahu aku ngebuang-buang waktu kamu, makanya sekarang aku mau ngungkapin perasaan aku ke kamu sesungguhnya."

Vio menegang saat tangannya yang berada di atas meja di raih dan digenggam oleh Dante.

Buru-buru Vio menarik tangannya yang ada di genggaman Dante itu.

"Ternyata aku nggak bisa hidup tanpa kamu Vi, aku, aku sayang kamu," ucap Dante akhirnya.

Vio menarik nafas panjang, jujur rasa itu belum hilang sepenuhnya dari hatinya, tapi dia harus realistis bahwa ada sosok Zefanya yang bakalan jadi batu sandungan dalam hubungan mereka.

Apalagi sekarang Vio sudah menerima Amar sebagai kekasihnya, rasanya Vio tak akan setega itu melepas pria yang sebaik dan bertanggung jawab seperti Amar.

"Tapi maaf Bang, aku nggak bisa menerima perasaan Abang," ucap Vio lirih.

"Kenapa?" tanya Dante kaget.

"Karena aku udah punya pacar sekarang, dan aku nggak mau mengecewakan dia," jawab Vio sungguh-sungguh.

"Siapa?" tanya Dante penasaran, pasalnya dia tahu tak banyak teman pria Vio.

"Seseorang yang mau menjalin hubungan serius sama aku Bang," jawab Vio.

"Andai waktu bisa diputar ya Vi."

"Andai waktu bisa diputar, Abang bisa memperjuangkan perasaan Abang sama Zefanya!" sahut Vio mantap.

"Vi, kamu tahu?" tanya Dante terlihat shock.

"Iya Bang aku tahu, btw aku harus pergi, aku duluan ya Bang." Vio mengangguk sopan lalu pergi dari tempat itu.

Tanpa Vio sadari kebersamaannya bersama Dante difoto seseorang dan dikirimkan ke Amarta yang sedang mengemudikan pesawat di atas sana.

Terpopuler

Comments

kalea rizuky

kalea rizuky

cih nembak tp lu masih lom move on ama mantan aneh lu te sate

2024-12-29

0

lihat semua
Episodes
1 Bab satu : Teman rasa Pacar
2 Bab dua : Sesuatu di pesta
3 Bab tiga : Nyenggol lagi
4 Bab empat : Dia, dia dan dia lagi
5 Bab lima : Ditolong orang itu
6 Bab enam : Semenarik itu
7 Bab tujuh : Bertemu Vio
8 Bab delapan : Gentleman
9 Bab sembilan : Mungkin ini yang terbaik
10 Bab sepuluh : Perasaan Dante
11 Bab sebelas : Dinner tak biasa
12 Bab dua belas : Makan malam yang menegangkan
13 Bab Tiga Belas : Andai bisa memutar waktu
14 Bab Empat Belas : Lebih baik selesai sekarang
15 Bab Lima Belas : Konfrontasi
16 Bab Enam Belas : Makna Dari Kesetiaan
17 Bab Tujuh Belas : Meleleh
18 Bab Delapan Belas : Kamu Cantik.
19 Bab Sembilan Belas : Menyeriusi Kamu
20 Bab Dua Puluh : Tugas yang mendebarkan
21 Bab Dua puluh satu : Persaingan
22 Bab Dua puluh dua : Oh ya udah kalo gitu, bye sayang.
23 Bab Dua puluh tiga : Nasi padang dan tentang Safira
24 Bab 24 : Adu ketegangan
25 Bab 25 : Membuat nyaman dan mengerti
26 Bab 26 : Mobil misterius
27 Bab 27 : Cerita tentang masa itu.
28 Bab 28 : Kita tak bisa memilih lahir darimana
29 Bab 29 : Berartinya Dirimu
30 Bab 30 : She's mine!
31 Bab 31 : Harus A
32 Bab 32 : Dicintai dengan ugal-ugalan
33 Bab 33 : Pertemuan tak terduga
34 Bab 34 : Belum seserius itu kok
35 Bab 35 : Ada apa dengan keluarga Mahendra
36 Bab 36 : Wisuda dan kejutan manis
37 Bab 37 : Curahan hati Amar
38 Bab 38 : Jangan berfikir aneh-aneh
39 Bab 39 : Kudu kuat-kuat mental
40 Bab 40 : Tidak bisa mundur lagi
41 Bab 41 : Terungkap
42 Bab 42 : Nggak sengajain buat pamer!
43 Bab 43 : Ancaman Asa
44 Bab 44 : Bibit pengkhianat
45 Bab 45 : Diperjuangkan
46 Bab 46 : Lamaran
47 Bab 47 : Bertemu Mama
48 Bab 48 : Menikah denganmu
49 Bab 49 : Landasan pacu
50 Bab 50 : Perjalanan menuju ke Eropa
51 Bab 51 : London dan pesonanya
52 Bab 52 : Masih tentang bulan madu
53 Bab 53 : Kehidupan baru dimulai
54 Bab 54 : Drama oleh-oleh
55 Bab 55 : Pasti kangen banget
56 Bab 56 : Penisirin!
57 Bab 57 : Kehabisan kata-kata
58 Bab 58 : Rumah baru kita
59 Bab 59 : Pindah ke rumah baru
60 Bab 60 : Bulan madu di rumah saja
61 Bab 61 : Klien Ter-rese
62 Bab 62 : Cemburu itu berat
63 Bab 63 : Diperkarakan
64 Bab 64 : Lawan tangguh
65 Bab 65 : Susahnya bilang maaf
66 Bab 66 : Aku nggak mandul!
67 Bab 67 : Menenangkan diri
68 Bab 68 : Jangan dengarkan omongan orang
69 Bab 69 : Nasi goreng termahal
70 Bab 70 : Permintaannya semakin aneh!
71 Bab 71 : Korban selanjutnya
72 Bab 72 : Ngidam jadi alasan
73 Bab 73 : Hello... Sydney!
74 Bab 74 : Bukan cinta terlarang
75 Bab 75 : Keluarga bahagia versi kami
76 Bab 76 : Let's Go!
77 Bab 71 Jalan-jalan sekaligus bulan madu
78 Bab 78 : Jalan-jalan sekaligus bulan madu part dua
79 Bab 79 : Candu Banget
80 Bab 80 : Ada apa ini?
81 Bab 81 : Bad Mood
82 Bab 82 : Masa lalu yang menyapa
83 Bab 83 : Semua jadi sasaran
84 Bab 84 : Alasan di balik Vio badmood
85 Bab 85 : Menularkan kebahagiaan
86 Bab 86 : Jadi masalah lagi
87 Bab 87 : Para shareholders
88 Bab 88 : Membumi
89 Bab 89 : Lega
90 Bab 90 : Mumet
91 Bab 91 : Bahagia itu diusahakan bukan dapat gratis
92 Bab 92 : Bukan ajang pamer diri
93 Bab 93 (Ending) : Bahagia selamanya
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Bab satu : Teman rasa Pacar
2
Bab dua : Sesuatu di pesta
3
Bab tiga : Nyenggol lagi
4
Bab empat : Dia, dia dan dia lagi
5
Bab lima : Ditolong orang itu
6
Bab enam : Semenarik itu
7
Bab tujuh : Bertemu Vio
8
Bab delapan : Gentleman
9
Bab sembilan : Mungkin ini yang terbaik
10
Bab sepuluh : Perasaan Dante
11
Bab sebelas : Dinner tak biasa
12
Bab dua belas : Makan malam yang menegangkan
13
Bab Tiga Belas : Andai bisa memutar waktu
14
Bab Empat Belas : Lebih baik selesai sekarang
15
Bab Lima Belas : Konfrontasi
16
Bab Enam Belas : Makna Dari Kesetiaan
17
Bab Tujuh Belas : Meleleh
18
Bab Delapan Belas : Kamu Cantik.
19
Bab Sembilan Belas : Menyeriusi Kamu
20
Bab Dua Puluh : Tugas yang mendebarkan
21
Bab Dua puluh satu : Persaingan
22
Bab Dua puluh dua : Oh ya udah kalo gitu, bye sayang.
23
Bab Dua puluh tiga : Nasi padang dan tentang Safira
24
Bab 24 : Adu ketegangan
25
Bab 25 : Membuat nyaman dan mengerti
26
Bab 26 : Mobil misterius
27
Bab 27 : Cerita tentang masa itu.
28
Bab 28 : Kita tak bisa memilih lahir darimana
29
Bab 29 : Berartinya Dirimu
30
Bab 30 : She's mine!
31
Bab 31 : Harus A
32
Bab 32 : Dicintai dengan ugal-ugalan
33
Bab 33 : Pertemuan tak terduga
34
Bab 34 : Belum seserius itu kok
35
Bab 35 : Ada apa dengan keluarga Mahendra
36
Bab 36 : Wisuda dan kejutan manis
37
Bab 37 : Curahan hati Amar
38
Bab 38 : Jangan berfikir aneh-aneh
39
Bab 39 : Kudu kuat-kuat mental
40
Bab 40 : Tidak bisa mundur lagi
41
Bab 41 : Terungkap
42
Bab 42 : Nggak sengajain buat pamer!
43
Bab 43 : Ancaman Asa
44
Bab 44 : Bibit pengkhianat
45
Bab 45 : Diperjuangkan
46
Bab 46 : Lamaran
47
Bab 47 : Bertemu Mama
48
Bab 48 : Menikah denganmu
49
Bab 49 : Landasan pacu
50
Bab 50 : Perjalanan menuju ke Eropa
51
Bab 51 : London dan pesonanya
52
Bab 52 : Masih tentang bulan madu
53
Bab 53 : Kehidupan baru dimulai
54
Bab 54 : Drama oleh-oleh
55
Bab 55 : Pasti kangen banget
56
Bab 56 : Penisirin!
57
Bab 57 : Kehabisan kata-kata
58
Bab 58 : Rumah baru kita
59
Bab 59 : Pindah ke rumah baru
60
Bab 60 : Bulan madu di rumah saja
61
Bab 61 : Klien Ter-rese
62
Bab 62 : Cemburu itu berat
63
Bab 63 : Diperkarakan
64
Bab 64 : Lawan tangguh
65
Bab 65 : Susahnya bilang maaf
66
Bab 66 : Aku nggak mandul!
67
Bab 67 : Menenangkan diri
68
Bab 68 : Jangan dengarkan omongan orang
69
Bab 69 : Nasi goreng termahal
70
Bab 70 : Permintaannya semakin aneh!
71
Bab 71 : Korban selanjutnya
72
Bab 72 : Ngidam jadi alasan
73
Bab 73 : Hello... Sydney!
74
Bab 74 : Bukan cinta terlarang
75
Bab 75 : Keluarga bahagia versi kami
76
Bab 76 : Let's Go!
77
Bab 71 Jalan-jalan sekaligus bulan madu
78
Bab 78 : Jalan-jalan sekaligus bulan madu part dua
79
Bab 79 : Candu Banget
80
Bab 80 : Ada apa ini?
81
Bab 81 : Bad Mood
82
Bab 82 : Masa lalu yang menyapa
83
Bab 83 : Semua jadi sasaran
84
Bab 84 : Alasan di balik Vio badmood
85
Bab 85 : Menularkan kebahagiaan
86
Bab 86 : Jadi masalah lagi
87
Bab 87 : Para shareholders
88
Bab 88 : Membumi
89
Bab 89 : Lega
90
Bab 90 : Mumet
91
Bab 91 : Bahagia itu diusahakan bukan dapat gratis
92
Bab 92 : Bukan ajang pamer diri
93
Bab 93 (Ending) : Bahagia selamanya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!