Bab sepuluh : Perasaan Dante

"Sekarang udah nyampai Bali Mas?" tanya Vio saat Amar menghubungi sore itu.

"Udah Vi, dari sejam yang lalu."

"Udah makan belum Mas?" tanya Vio.

"Udah tadi di Bandara, sekarang tinggal rebahannya aja Vi, gimana progress persiapan pameran tunggalnya Valletta?" tanya Amar penuh minat.

"Sudah hampir lima puluh persen rampung sih Mas, asli aku masih deg-degan ini, takut Kak Letta kecewa dengan hasil konsep yang aku kerjakan."

"Percaya diri Vi, kamu pasti bisa kok, Mas yakin kamu tuh punya potensi besar."

"Thanks buat support nya Mas."

Lalu mereka melanjutkan obrolan mereka tentang banyak hal, termasuk tentang dunia penerbangan yang bikin Vio penasaran dan takjub.

Jam tujuh malam, setelah mereka mengobrol hampir dua jam, sambungan mereka akhirnya terputus juga.

Saat Vio hendak mengerjakan konsep ulang tahun salah satu kliennya, sebuah ketukan di pintu kamarnya terdengar.

Vio beranjak dan membuka pintu itu. "Kenapa Sa?" tanya Vio saat melihat adek semata wayangnya ada di depannya.

"Ada bang Dante Kak," jawab Asa membuat Vio menegang.

"Bilang aja... "

"Udah aku bilangin ada Kak," sahut Asa cuek.

"Ish... bukannya nanya dulu," sungut Vio kesal.

"Kata Bunda, berbohong itu dosa!" sahut Asa langsung ngeloyor pergi.

"Dasar saudara lucknut lo!" maki Vio dengan suara lirih, takut di dengar oleh bundanya dan ia akan dihadiahi ceramah yang panjang kayak rel kereta.

"Bang." sapa Vio pada seorang lelaki yang beberapa bulan belakangan ini sengaja ia hindari.

"Hai Vi." Dante berdiri dan menjabat tangan Vio, ada rasa berbeda yang tercipta di antara mereka, Vio seakan membatasi diri.

"Hai Bang, apa kabar?" Vio hanya mencoba beramah tamah, karena sejatinya dia enggan meneruskan hubungan mereka yang seperti ini.

Apalagi sekarang ada Amar yang telah meminta ijin kepada Vio dan orang tua Vio untuk mendekatinya.

"Baik Vi, maaf ya kalo aku ganggu waktu kamu," ucap Dante sambil menatap wajah Vio yang terlihat bersinar dan bahagia.

"No problem Bang, aku juga lagi nggak sibuk-sibuk amat kok."

"Kamu baik kan Vi? Aku liat kamu lebih ceria dan bahagia."

"Iyakah?" tanya Vio sambil memegang kedua pipinya yang pasti bersemu merah karena pujian itu, bukan karena dia tersanjung sama Dante, tapi ingatannya melayang ke sosok Amar yang dewasa dan juga mengerti dirinya.

Di mana pun Amar berada pasti pria itu menyempatkan diri untuk menyapa dan menanyakan keadaan Vio, jujur hal itu membuat Vio merasa dihargai.

"Vi... Abang ada salah sama kamu ya?" tanya Dante tiba-tiba.

Vio menegakkan tubuhnya dan mencari jawaban yang tepat.

"Kok dua bulan belakangan ini kamu kayak ngehindari aku," lanjut Dante lagi.

"Gimana ya Bang, aku hanya... ingin realistis aja sih," jawab Vio.

"Realistis, maksudnya?" Dante mengernyitkan keningnya bingung.

"Ya realistis aja Bang, aku rasa Abang tahu apa maksudku," jawab Vio dengan suara agak ketus.

"Abang beneran nggak tahu apa maksud kamu Vi," ucap Dante memang beneran tak mengerti apa yang dimaksud oleh Vio.

"Aku hanya nggak mau menghabiskan waktu untuk sesuatu yang nggak pasti, " gumam Vio tapi masih bisa didengar dengan jelas oleh Dante.

"Nggak pasti bagaimana maksudnya?" tanya Dante semakin dibuat bingung.

"Hubungan kita, menurut Abang hubungan kita bagaimana sih Bang?" tanya Vio akhirnya.

"Ya kita kan deket Vi," jawab Dante cepat.

"Deket? Deket yang seperti apa? Temen, sahabat atau apa? Soalnya aku bingung untuk menjelaskan status kita."

"Ya kita deket, lebih dari temen."

"Hanya lebih dari temen kan? Aku bahkan nggak bisa mengakui Abang sebagai kekasihku, padahal aku menjaga hubungan dengan orang lain karena dekat sama Abang, tapi sampai kapan status kita lebih dari sekedar teman itu."

Dante menegang, dia tahu bahwa selama dua tahun ini menggantung status hubungan mereka, semata karena dia masih meraba perasaannya sendiri dan dia ingin lebih memantapkan hati, Dante tak ingin menyakiti Vio nantinya.

"Please Vi, kasih aku waktu sedikit lebih lama lagi, aku butuh waktu untuk menyakinkan diri."

"Tapi maaf Bang, bahkan Ayah dan Bundaku udah. mulai keberatan dengan hubungan kita ini. Dan aku minta Abang nggak usah menemui aku lagi, karena aku... aku udah membuka hati untuk orang lain," aku Vio jujur.

Mendengar hal itu Dante tersentak, tak mengira secepat itu Vio membuka hati untuk orang lain, padahal Dante yakin bahwa ia berhasil menggenggam hatinya Vio.

"Kamu serius Vi?" tanya Dante.

"Iya Bang, maaf ya aku harus melangkah maju."

"Kamu nggak ingin memperjuangkan perasaanku?" tanya Dante dengan suara frustasi.

Vio tersenyum lalu menggeleng dengan pelan, rasanya apa yang dinasihatkan bundanya kemarin memang betul adanya, buat apa bertahan sama perasaan orang lain yang tak sepenuhnya membuka hati untuknya, lebih baik memulai dengan yang baru yang mau berjuang bersama dengannya.

Dante menyugar rambutnya pelan, agaknya dia harus kehilangan seseorang yang sekarang telah merajai hatinya tanpa ia sadari.

Terpopuler

Comments

Nabila

Nabila

2 tahun.. emang perasaanmu kamu simpan di luar negeri

2025-01-08

0

Diana Resnawati

Diana Resnawati

enyahkan Dante.fokus ke Amar ya Vio

2025-02-14

0

Nurwana

Nurwana

2 tahun bukan waktu yang sebentar Dante...

2025-01-05

0

lihat semua
Episodes
1 Bab satu : Teman rasa Pacar
2 Bab dua : Sesuatu di pesta
3 Bab tiga : Nyenggol lagi
4 Bab empat : Dia, dia dan dia lagi
5 Bab lima : Ditolong orang itu
6 Bab enam : Semenarik itu
7 Bab tujuh : Bertemu Vio
8 Bab delapan : Gentleman
9 Bab sembilan : Mungkin ini yang terbaik
10 Bab sepuluh : Perasaan Dante
11 Bab sebelas : Dinner tak biasa
12 Bab dua belas : Makan malam yang menegangkan
13 Bab Tiga Belas : Andai bisa memutar waktu
14 Bab Empat Belas : Lebih baik selesai sekarang
15 Bab Lima Belas : Konfrontasi
16 Bab Enam Belas : Makna Dari Kesetiaan
17 Bab Tujuh Belas : Meleleh
18 Bab Delapan Belas : Kamu Cantik.
19 Bab Sembilan Belas : Menyeriusi Kamu
20 Bab Dua Puluh : Tugas yang mendebarkan
21 Bab Dua puluh satu : Persaingan
22 Bab Dua puluh dua : Oh ya udah kalo gitu, bye sayang.
23 Bab Dua puluh tiga : Nasi padang dan tentang Safira
24 Bab 24 : Adu ketegangan
25 Bab 25 : Membuat nyaman dan mengerti
26 Bab 26 : Mobil misterius
27 Bab 27 : Cerita tentang masa itu.
28 Bab 28 : Kita tak bisa memilih lahir darimana
29 Bab 29 : Berartinya Dirimu
30 Bab 30 : She's mine!
31 Bab 31 : Harus A
32 Bab 32 : Dicintai dengan ugal-ugalan
33 Bab 33 : Pertemuan tak terduga
34 Bab 34 : Belum seserius itu kok
35 Bab 35 : Ada apa dengan keluarga Mahendra
36 Bab 36 : Wisuda dan kejutan manis
37 Bab 37 : Curahan hati Amar
38 Bab 38 : Jangan berfikir aneh-aneh
39 Bab 39 : Kudu kuat-kuat mental
40 Bab 40 : Tidak bisa mundur lagi
41 Bab 41 : Terungkap
42 Bab 42 : Nggak sengajain buat pamer!
43 Bab 43 : Ancaman Asa
44 Bab 44 : Bibit pengkhianat
45 Bab 45 : Diperjuangkan
46 Bab 46 : Lamaran
47 Bab 47 : Bertemu Mama
48 Bab 48 : Menikah denganmu
49 Bab 49 : Landasan pacu
50 Bab 50 : Perjalanan menuju ke Eropa
51 Bab 51 : London dan pesonanya
52 Bab 52 : Masih tentang bulan madu
53 Bab 53 : Kehidupan baru dimulai
54 Bab 54 : Drama oleh-oleh
55 Bab 55 : Pasti kangen banget
56 Bab 56 : Penisirin!
57 Bab 57 : Kehabisan kata-kata
58 Bab 58 : Rumah baru kita
59 Bab 59 : Pindah ke rumah baru
60 Bab 60 : Bulan madu di rumah saja
61 Bab 61 : Klien Ter-rese
62 Bab 62 : Cemburu itu berat
63 Bab 63 : Diperkarakan
64 Bab 64 : Lawan tangguh
65 Bab 65 : Susahnya bilang maaf
66 Bab 66 : Aku nggak mandul!
67 Bab 67 : Menenangkan diri
68 Bab 68 : Jangan dengarkan omongan orang
69 Bab 69 : Nasi goreng termahal
70 Bab 70 : Permintaannya semakin aneh!
71 Bab 71 : Korban selanjutnya
72 Bab 72 : Ngidam jadi alasan
73 Bab 73 : Hello... Sydney!
74 Bab 74 : Bukan cinta terlarang
75 Bab 75 : Keluarga bahagia versi kami
76 Bab 76 : Let's Go!
77 Bab 71 Jalan-jalan sekaligus bulan madu
78 Bab 78 : Jalan-jalan sekaligus bulan madu part dua
79 Bab 79 : Candu Banget
80 Bab 80 : Ada apa ini?
81 Bab 81 : Bad Mood
82 Bab 82 : Masa lalu yang menyapa
83 Bab 83 : Semua jadi sasaran
84 Bab 84 : Alasan di balik Vio badmood
85 Bab 85 : Menularkan kebahagiaan
86 Bab 86 : Jadi masalah lagi
87 Bab 87 : Para shareholders
88 Bab 88 : Membumi
89 Bab 89 : Lega
90 Bab 90 : Mumet
91 Bab 91 : Bahagia itu diusahakan bukan dapat gratis
92 Bab 92 : Bukan ajang pamer diri
93 Bab 93 (Ending) : Bahagia selamanya
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Bab satu : Teman rasa Pacar
2
Bab dua : Sesuatu di pesta
3
Bab tiga : Nyenggol lagi
4
Bab empat : Dia, dia dan dia lagi
5
Bab lima : Ditolong orang itu
6
Bab enam : Semenarik itu
7
Bab tujuh : Bertemu Vio
8
Bab delapan : Gentleman
9
Bab sembilan : Mungkin ini yang terbaik
10
Bab sepuluh : Perasaan Dante
11
Bab sebelas : Dinner tak biasa
12
Bab dua belas : Makan malam yang menegangkan
13
Bab Tiga Belas : Andai bisa memutar waktu
14
Bab Empat Belas : Lebih baik selesai sekarang
15
Bab Lima Belas : Konfrontasi
16
Bab Enam Belas : Makna Dari Kesetiaan
17
Bab Tujuh Belas : Meleleh
18
Bab Delapan Belas : Kamu Cantik.
19
Bab Sembilan Belas : Menyeriusi Kamu
20
Bab Dua Puluh : Tugas yang mendebarkan
21
Bab Dua puluh satu : Persaingan
22
Bab Dua puluh dua : Oh ya udah kalo gitu, bye sayang.
23
Bab Dua puluh tiga : Nasi padang dan tentang Safira
24
Bab 24 : Adu ketegangan
25
Bab 25 : Membuat nyaman dan mengerti
26
Bab 26 : Mobil misterius
27
Bab 27 : Cerita tentang masa itu.
28
Bab 28 : Kita tak bisa memilih lahir darimana
29
Bab 29 : Berartinya Dirimu
30
Bab 30 : She's mine!
31
Bab 31 : Harus A
32
Bab 32 : Dicintai dengan ugal-ugalan
33
Bab 33 : Pertemuan tak terduga
34
Bab 34 : Belum seserius itu kok
35
Bab 35 : Ada apa dengan keluarga Mahendra
36
Bab 36 : Wisuda dan kejutan manis
37
Bab 37 : Curahan hati Amar
38
Bab 38 : Jangan berfikir aneh-aneh
39
Bab 39 : Kudu kuat-kuat mental
40
Bab 40 : Tidak bisa mundur lagi
41
Bab 41 : Terungkap
42
Bab 42 : Nggak sengajain buat pamer!
43
Bab 43 : Ancaman Asa
44
Bab 44 : Bibit pengkhianat
45
Bab 45 : Diperjuangkan
46
Bab 46 : Lamaran
47
Bab 47 : Bertemu Mama
48
Bab 48 : Menikah denganmu
49
Bab 49 : Landasan pacu
50
Bab 50 : Perjalanan menuju ke Eropa
51
Bab 51 : London dan pesonanya
52
Bab 52 : Masih tentang bulan madu
53
Bab 53 : Kehidupan baru dimulai
54
Bab 54 : Drama oleh-oleh
55
Bab 55 : Pasti kangen banget
56
Bab 56 : Penisirin!
57
Bab 57 : Kehabisan kata-kata
58
Bab 58 : Rumah baru kita
59
Bab 59 : Pindah ke rumah baru
60
Bab 60 : Bulan madu di rumah saja
61
Bab 61 : Klien Ter-rese
62
Bab 62 : Cemburu itu berat
63
Bab 63 : Diperkarakan
64
Bab 64 : Lawan tangguh
65
Bab 65 : Susahnya bilang maaf
66
Bab 66 : Aku nggak mandul!
67
Bab 67 : Menenangkan diri
68
Bab 68 : Jangan dengarkan omongan orang
69
Bab 69 : Nasi goreng termahal
70
Bab 70 : Permintaannya semakin aneh!
71
Bab 71 : Korban selanjutnya
72
Bab 72 : Ngidam jadi alasan
73
Bab 73 : Hello... Sydney!
74
Bab 74 : Bukan cinta terlarang
75
Bab 75 : Keluarga bahagia versi kami
76
Bab 76 : Let's Go!
77
Bab 71 Jalan-jalan sekaligus bulan madu
78
Bab 78 : Jalan-jalan sekaligus bulan madu part dua
79
Bab 79 : Candu Banget
80
Bab 80 : Ada apa ini?
81
Bab 81 : Bad Mood
82
Bab 82 : Masa lalu yang menyapa
83
Bab 83 : Semua jadi sasaran
84
Bab 84 : Alasan di balik Vio badmood
85
Bab 85 : Menularkan kebahagiaan
86
Bab 86 : Jadi masalah lagi
87
Bab 87 : Para shareholders
88
Bab 88 : Membumi
89
Bab 89 : Lega
90
Bab 90 : Mumet
91
Bab 91 : Bahagia itu diusahakan bukan dapat gratis
92
Bab 92 : Bukan ajang pamer diri
93
Bab 93 (Ending) : Bahagia selamanya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!