Hari ini Amar kembali menyambangi kediaman Vio, mumpung masih belum terbang dan ia memiliki waktu senggang.
"Ayah Bunda kamu kemana Vi?" tanya Amar saat melihat kondisi rumah Vio yang sepi dan lengang.
"Biasa Mas, malming gini Ayah sama Bunda suka kencan di luar."
"Romantis juga ya om Rama sama tante Rissa," puji Amar sambil tersenyum.
"Mereka tuh pasangan bucin banget Mas, Ayah tuh nggak bisa jauh dari Bunda, begitu juga Bunda nggak bisa jauh sama Ayah, muka Bunda suka tegang kalo Ayah pergi, kayak kepikiran gitu."
"Tante Rissa cemburuan?" tebak Amar.
"Nggak sih, Bundaku nggak cemburuan, cuman kepikiran aja suami jauh, gimana sih aku jelasinnya, bingung." Vio menggaruk hidungnya yang tidak gatal, sekedar untuk mengekspresikan kebingungannya.
Amar manggut-manggut. "Besok pagi aku ada flight ke Thailand, dari Thailand ke Bali, dari Bali baru ke Jakarta... " Vio ketap-ketip mendengarkan Amar berbicara.
"Nanti sehabis landing aku main lagi kesini," lanjut Amar sambil menggusak rambut Vio dengan gemas.
"Ih Mas Amar ah, rambutku berantakan jadinya." Vio cemberut sambil merapikan rambutnya yang berantakan.
"Habis gemes liat kamu kalo bingung gitu."
Melihat Amar terkekeh, membuat Vio jadi terpana karena... Amar ternyata sekeren dan seganteng itu kala dia tertawa seperti itu.
"Mau dibawain apa dari Thailand atau Bali?" tanya Amar setelah ketawanya mereka.
"Um... apa ya Mas?" Vio memainkan jarinya di dagu sambil berfikir. "Nggak usah aja ah Mas, nanti Mas bawain aku keripik akunya nggak makan kayak gituan, yang ada mampirnya ke perut Asa."
"Ya udah nanti aku bawain makanan khas Thailand yang kering-kering aja ya, buat Asa kalo kamunya nggak suka. Ayah sama Bunda, suka apa?" tanya Amar.
"Mereka jaga makan Mas, udah usia juga kan jadi makannya sayur, buah sama ikan," jawab Vio.
Amar melihat jam yang melingkar di tangannya, jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, Amar memutuskan pulang karena rasanya tak baik saat ia lagi pendekatan dan dia bertahan di rumah Vio hingga larut malam.
Meskipun rasanya berat untuk meninggalkan dan berpisah dengan Vio, entah kenapa pesona Vio mengikatnya begitu kuat dan membelenggunya.
"Ya udah aku pulang dulu ya Vi, sampaikan salamku buat Om sama Tante." Amar pun berdiri dan sebelum ia masuk ke dalam mobilnya, ia mengusap kepala Vio dengan lembut.
Vio menatap kepergian Amar dengan perasaan aneh, ada getar tak biasa yang mulai datang, meski Vio akui sosok Dante masih ada di sekitaran hatinya, tapi Vio harus realistis bahwa sosoknya tak bisa menggeser Zefanya dari dalam hati Dante.
"Kak... " panggil Bunda Rissa saat melihat Vio ter bengong sendirian.
"Cie cie yang lagi ngedate, lupa anak lupa rumah!" sindir Vio melihat tangan ke dua orang tuanya yang masih bertaut itu.
"Dih nyindirnya nggak banget deh, mumpung Ayah lagi ada waktu luang, sesekali lah kita kencan," sahut Rissa sambil mencopot sepatu heels nya, lalu ia berlalu ke rak sepatu untuk mengambil sendal rumah untuknya dan untuk Rama.
"Iya iya paham yang selalu bucin!" sungut Vio sambil cengengesan.
"Derita jomblo lah ya Bun, malam Minggu gini di rumah aja," ledek Rama sambil tersenyum.
"Anda salah ya Pak! Saya juga baru aja diap... " Vio menutup mulutnya rapat-rapat saat ia mau keceplosan kalau Amar juga baru saja apel ke rumahnya.
"Wah kamu udah punya gebetan baru Kak!" Rissa terlihat sumringah.
"Siapa siapa?" tanya Rissa lagi saat Vio tetap menutup mulutnya.
Rama terkekeh melihat interaksi anak dan istrinya, hal yang selalu membuatnya bahagia tentu saja. Rissa bisa menempatkan diri sebagai Ibu dan juga sahabat untuk anak-anak mereka.
"Yah... buka CCTV Yah," pinta Rissa sambil menatap Rama.
"Mas Amar Bun!" Tiba-tiba Asa masuk ke dalam rumah dari pintu samping.
"Dari mana kamu Dek?!" tanya Vio langsung melotot.
"Lhah ini kan malming Kak, Kakak aja diapelin, giliran aku nggak boleh apel," jawab Asa santai.
"Asa!" teriak Vio dan Rissa berbarengan.
"Dek... " tegur Rama kalem.
"Cuman nongkrong di rumah teman Yah," sahut Asa sambil tersenyum lebar.
"Adek kok tahu Kak Vio diapelin Mas Amar?" tanya Rama.
"Tadi Asa udah pulang Yah, tapi balik lagi waktu ngeliat mobil Mas Amar parkir di halaman," jawab Asa.
"Kenapa balik lagi, kalo Kak Vio sama Mas Amar macem-macem karena di rumah nggak ada orang gimana?" tanya Rissa.
"Bun...enggak ya, Vio cuman ngobrol! Lagian kan kita lagi pedekate, belum pacaran!" protes Vio tak terima dengan tuduhan bundanya.
"Iya iya, Bunda kan cuman bercanda Kak, Bunda percaya sama kamu, percaya sama Amar, Bunda tahu Amar sopan dan baik," ucap Rissa sambil tersenyum.
"Mungkin ini yang terbaik buat kamu Kak, tapi kamu juga harus banyak cari tahu keluarganya, kehidupannya biar kamu nggak kecele lagi kayak waktu sama Dante," nasihat Rama lembut.
Vio menghela nafas lelah, dia saja belum menentukan mau kemana hatinya berlabuh, orang tuanya sudah berharap lebih.
"Ayah nggak minta kamu buru-buru punya pasangan, Ayah hanya ingin kamu nggak digantungin kayak kemarin, kamu juga berhak bahagia Kak," ucap Ayah Rama lagi.
"Iya Yah Vio ngerti." Vio pun tersenyum melihat betapa keluarga mensupport dirinya seperti ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments