Bab lima : Ditolong orang itu

"Yakin mau naik motor?" tanya Celine saat melihat Vio sudah berada di atas motor milik tante Ningrum yang Vio pinjam.

"Iya, mumpung lagi nggak ada Bunda disini." Vio nyengir, pasalnya biasanya Bunda akan jejeritan saat melihat Vio berada di atas motor.

"Hati-hati Vi, jangan ngebut-ngebut, gue udah janji ama tante Rissa buat jaga lo!"

"Iye ih, bawel! Gue cuman mau beli mie instan di mini market depan sana!" Vio memutar bola matanya kesal.

"Jangan lupa titipan es krim gue!" teriak Celine saat motor itu melaju dengan kecepatan sedang.

Vio melepaskan tangan di stang kiri dan melambai tanpa menoleh ke Celine.

Vio membeli beberapa keperluannya dan juga es krim titipan Celine, lalu bergegas naik ke atas motornya, tapi saat Vio menarik gas motor itu dan... ngeng lalu bruk motor itu oleng dan Vio terjatuh karena menabrak sesuatu.

"Ya ampun, hati-hati Mbak!" seru seseorang dan bergegas menolong Vio berdiri.

Vio mendesis saat dia merasakan nyeri di pergelangan tangan kirinya.

"Ada yang sakit nggak?" tanya pria yang tak lain Amar itu.

"Kayaknya tangan aku terkilir deh Mas." Vio kembali mendesis.

"Ya udah yuk aku anter ke dokter biar dikasih obat anti nyeri." Amar menegakkan motor itu dan bersiap mengambil alih kemudi, Amar meminta Vio duduk di boncengannya.

"Nggak usah Mas, aku bisa pulang sendiri." Vio berusaha menolak, dia belum kenal Amar dan ia tidak bisa mempercayai orang asing secepat itu. Meskipun Vio tahu profesi Amar itu apa, tapi tetap saja Vio harus berjaga-jaga kan.

"Yakin bisa nyetir pakai satu tangan?" tanya Amar sambil memperhatikan Vio yang tampak meragu.

Akhirnya karena memang pergelangan tangannya semakin lama semakin berdenyut nyeri, Vio memilih naik ke atas boncengan dan membiarkan Amar mengantarnya pulang.

"Nginep dimana?" tanya Amar saat motor mereka mulai melaju.

"Villa Bening," jawab Vio.

Motor melaju ke Villa tempat dimana Vio menginap, di depan pintu sana Celine sudah berdiri dan menatap kedatangan Vio dengan tatapan mendelik.

"Vi, lo... " Celine urung mengomel saat melihat Vio menyangga pergelangan tangan kirinya.

"Temen kamu jatuh dari motor." Amar yang menjawab.

"Mampus! Mampus!" Celine mendadak panik melihat keadaan Vio.

"Kenapa sih?" Mereka masuk ke dalam villa tersebut dan Celine mempersilakan Amar untuk masuk ke dalam villa mengikuti mereka.

"Bunda lo belum lama telepon lo, terpaksa gue angkat soalnya dari tadi nggak berhenti tuh telpon," jawab Celine.

"Ya ampun nyokap gue feeling nya bagus amat yak?" celetuk Vio lalu mengambil ponselnya dan menghubungi sang Bunda.

Celine memilih pergi keluar villa untuk meminta tolong tantenya memanggilkan tukang urut.

"Hallo Bun," sapa Vio saat panggilannya tersambung.

Vio mendengarkan suara bundanya yang sedang bicara itu. "Tadi cari makanan Bun, ponselnya lupa dibawa."

Vio kembali terdiam mendengarkan pertanyaan bundanya lagi.

"Iya Bun."

Lalu sambungan telepon itu terputus dan Vio baru menyadari kalau Celine sudah tak berada di ruangan.

"Di kompres dulu biar nggak bengkak," saran Amar.

"Iya nanti aku kompres. Btw thanks udah dibantuin ya Mas," ucap Vio tulus.

Amar mengangguk lalu pamit undur diri, setelah sebelumnya mereka berkenalan secara pantas, tidak mungkin juga Vio berlaku tidak sopan kepada orang yang sudah menolongnya itu.

Tak lama Celine masuk bersama seorang wanita setengah baya.

"Biar tangan lo diurut sama Bibik dulu Vi."

"Eh... nggak usah Cel." Dengan tegas Vio menolak perintah Celine.

"Itu dari pada keterusan malah tambah sakit lho, Bibik pinter kok ngurutnya," bujuk Celine.

"Nggak ah Cel, pasti sakit." Vio masih berusaha menolak bujukan Celine.

"Ya udah kalo lo nggak mau, gue tinggal lapor tante Rissa aja, biar lo langsung diseret pulang ke Jakarta," ancam Celine akhirnya.

Vio menghela nafas panjang, lalu pasrah saat Bibik mulai mengoleskan minyak urut ke pergelangan tangan kiri Vio.

Satu, dua dan seperti yang Celine duga Vio pasti menjerit histeris karena pijatan Bibik itu.

Celine pernah mengalaminya dan Celine tahu rasanya, tapi alih-alih prihatin melihat Vio yang kesakitan seperti itu, Celine malah tertawa terbahak.

"Temen lucknut lo!" maki Vio saat Bibik menyudahi aksi mengurutnya.

"Jangan kena air dulu ya Non, biar minyaknya meresap. Besok pagi juga udah enakan itu." Bibik merapikan beberapa barang bawaannya dan bersiap untuk meninggalkan tempat itu, tak lupa sebagai ucapan terima kasih Vio memberikan tip untuk Bibik.

"Kok lo bisa dianter mas ganteng tadi Vi?" tanya Celine saat mereka sudah merebahkan tubuhnya di kasur.

"Gue juga nggak tahu, dia kok ada disana," jawab Vio santai.

"Jangan-jangan kalian berjodoh," celetuk Celine.

"Dih ogah ah. Dia kan pilot!" Vio bergidik ngeri membayangkan berita yang beredar di luaran sana, hubungan pilot dan pramugarinya.

"Lhah ngapain emang kalo pilot? Keren lagi," celetuk Celine lagi.

"Lo tahu berita di luaran sana, hubungan pilot dan pramugari?" tanya Vio.

"Nggak semua kali Vi, mungkin hanya sebagian kecil aja sih."

"Tapi tetep aja gue nggak mau, takut!" Lalu Vio mulai mengantuk setelah mengatakan itu.

Benar adanya, aroma minyak terapi yang dipakai Bibik untuk memijatnya itu membuat Vio seperti terkena mantra yang membuatnya tertidur lelap.

Keesokan harinya, meski belum sembuh benar, tapi pergelangan tangan kiri Vio berangsur membaik.

"Gimana tangan lo?" tanya Celine saat menyiapkan sarapan mereka berupa nasi goreng telur mata sapi itu.

"Better sih, meski masih sedikit nyeri." Vio menggerakkan tangannya pelan.

"Jangan digerak-gerakin dulu, biar cepet sembuh!" tegur Celine gemas sendiri karena Vio berusaha menggerakkan tangan yang dibebat oleh kain itu.

"Iya Nyah." Vio bangkit dan menundukkan badannya seperti orang yang sedang hormat kepada majikannya.

"Dasar g*blek!" seru Celine lalu menyendokkan nasi goreng ke mulutnya.

Vio terkekeh dan menyantap sarapannya dengan nikmat. "Cel... kita kasih uang belanja sama tante Ningrum aja yuk, gue nggak enak semua-semua dicover ama dia nih."

"Iya ntar gampang, lagian gue tebak om Felix bakalan tersinggung deh andai kita kasih uang ke tante Ningrum."

"Atau kita belanjain aja Cel, bilang kita pengen makan ini itu."

"Iya gitu aja," sahut Celine setelah berpikir sejenak.

Saat Vio dan Celine berbincang tentang bahan makanan yang akan mereka beli, ketukan di pintu villa mereka membuat keduanya mengeryit heran.

"Bukain sana!" perintah Vio santai.

"Astaga, berasa jadi Asa gue!" Meskipun menggerutu, Celine beranjak juga untuk membukakan pintu.

Saat pintu itu terbuka lebar, Celine sempat terkaget saat melihat Amar berdiri sambil menenteng sebuah paper bags.

"Violet! Ada yang nyariin lo nih!" teriak Celine.

"Suruh pulang aja Cel!" balas Vio seenaknya karena dikiranya Celine sedang bercanda, palingan yang didepan situ saudara Celine yang biasanya suka mampir.

"Ntar lo nyesel lho!" teriak Celine lagi.

"Siapa sih?!" tanya Vio lalu keluar, dan matanya membelalak mendapat Amar tersenyum manis kepadanya.

Terpopuler

Comments

Diana Resnawati

Diana Resnawati

Amar gercep..

2025-02-14

0

lihat semua
Episodes
1 Bab satu : Teman rasa Pacar
2 Bab dua : Sesuatu di pesta
3 Bab tiga : Nyenggol lagi
4 Bab empat : Dia, dia dan dia lagi
5 Bab lima : Ditolong orang itu
6 Bab enam : Semenarik itu
7 Bab tujuh : Bertemu Vio
8 Bab delapan : Gentleman
9 Bab sembilan : Mungkin ini yang terbaik
10 Bab sepuluh : Perasaan Dante
11 Bab sebelas : Dinner tak biasa
12 Bab dua belas : Makan malam yang menegangkan
13 Bab Tiga Belas : Andai bisa memutar waktu
14 Bab Empat Belas : Lebih baik selesai sekarang
15 Bab Lima Belas : Konfrontasi
16 Bab Enam Belas : Makna Dari Kesetiaan
17 Bab Tujuh Belas : Meleleh
18 Bab Delapan Belas : Kamu Cantik.
19 Bab Sembilan Belas : Menyeriusi Kamu
20 Bab Dua Puluh : Tugas yang mendebarkan
21 Bab Dua puluh satu : Persaingan
22 Bab Dua puluh dua : Oh ya udah kalo gitu, bye sayang.
23 Bab Dua puluh tiga : Nasi padang dan tentang Safira
24 Bab 24 : Adu ketegangan
25 Bab 25 : Membuat nyaman dan mengerti
26 Bab 26 : Mobil misterius
27 Bab 27 : Cerita tentang masa itu.
28 Bab 28 : Kita tak bisa memilih lahir darimana
29 Bab 29 : Berartinya Dirimu
30 Bab 30 : She's mine!
31 Bab 31 : Harus A
32 Bab 32 : Dicintai dengan ugal-ugalan
33 Bab 33 : Pertemuan tak terduga
34 Bab 34 : Belum seserius itu kok
35 Bab 35 : Ada apa dengan keluarga Mahendra
36 Bab 36 : Wisuda dan kejutan manis
37 Bab 37 : Curahan hati Amar
38 Bab 38 : Jangan berfikir aneh-aneh
39 Bab 39 : Kudu kuat-kuat mental
40 Bab 40 : Tidak bisa mundur lagi
41 Bab 41 : Terungkap
42 Bab 42 : Nggak sengajain buat pamer!
43 Bab 43 : Ancaman Asa
44 Bab 44 : Bibit pengkhianat
45 Bab 45 : Diperjuangkan
46 Bab 46 : Lamaran
47 Bab 47 : Bertemu Mama
48 Bab 48 : Menikah denganmu
49 Bab 49 : Landasan pacu
50 Bab 50 : Perjalanan menuju ke Eropa
51 Bab 51 : London dan pesonanya
52 Bab 52 : Masih tentang bulan madu
53 Bab 53 : Kehidupan baru dimulai
54 Bab 54 : Drama oleh-oleh
55 Bab 55 : Pasti kangen banget
56 Bab 56 : Penisirin!
57 Bab 57 : Kehabisan kata-kata
58 Bab 58 : Rumah baru kita
59 Bab 59 : Pindah ke rumah baru
60 Bab 60 : Bulan madu di rumah saja
61 Bab 61 : Klien Ter-rese
62 Bab 62 : Cemburu itu berat
63 Bab 63 : Diperkarakan
64 Bab 64 : Lawan tangguh
65 Bab 65 : Susahnya bilang maaf
66 Bab 66 : Aku nggak mandul!
67 Bab 67 : Menenangkan diri
68 Bab 68 : Jangan dengarkan omongan orang
69 Bab 69 : Nasi goreng termahal
70 Bab 70 : Permintaannya semakin aneh!
71 Bab 71 : Korban selanjutnya
72 Bab 72 : Ngidam jadi alasan
73 Bab 73 : Hello... Sydney!
74 Bab 74 : Bukan cinta terlarang
75 Bab 75 : Keluarga bahagia versi kami
76 Bab 76 : Let's Go!
77 Bab 71 Jalan-jalan sekaligus bulan madu
78 Bab 78 : Jalan-jalan sekaligus bulan madu part dua
79 Bab 79 : Candu Banget
80 Bab 80 : Ada apa ini?
81 Bab 81 : Bad Mood
82 Bab 82 : Masa lalu yang menyapa
83 Bab 83 : Semua jadi sasaran
84 Bab 84 : Alasan di balik Vio badmood
85 Bab 85 : Menularkan kebahagiaan
86 Bab 86 : Jadi masalah lagi
87 Bab 87 : Para shareholders
88 Bab 88 : Membumi
89 Bab 89 : Lega
90 Bab 90 : Mumet
91 Bab 91 : Bahagia itu diusahakan bukan dapat gratis
92 Bab 92 : Bukan ajang pamer diri
93 Bab 93 (Ending) : Bahagia selamanya
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Bab satu : Teman rasa Pacar
2
Bab dua : Sesuatu di pesta
3
Bab tiga : Nyenggol lagi
4
Bab empat : Dia, dia dan dia lagi
5
Bab lima : Ditolong orang itu
6
Bab enam : Semenarik itu
7
Bab tujuh : Bertemu Vio
8
Bab delapan : Gentleman
9
Bab sembilan : Mungkin ini yang terbaik
10
Bab sepuluh : Perasaan Dante
11
Bab sebelas : Dinner tak biasa
12
Bab dua belas : Makan malam yang menegangkan
13
Bab Tiga Belas : Andai bisa memutar waktu
14
Bab Empat Belas : Lebih baik selesai sekarang
15
Bab Lima Belas : Konfrontasi
16
Bab Enam Belas : Makna Dari Kesetiaan
17
Bab Tujuh Belas : Meleleh
18
Bab Delapan Belas : Kamu Cantik.
19
Bab Sembilan Belas : Menyeriusi Kamu
20
Bab Dua Puluh : Tugas yang mendebarkan
21
Bab Dua puluh satu : Persaingan
22
Bab Dua puluh dua : Oh ya udah kalo gitu, bye sayang.
23
Bab Dua puluh tiga : Nasi padang dan tentang Safira
24
Bab 24 : Adu ketegangan
25
Bab 25 : Membuat nyaman dan mengerti
26
Bab 26 : Mobil misterius
27
Bab 27 : Cerita tentang masa itu.
28
Bab 28 : Kita tak bisa memilih lahir darimana
29
Bab 29 : Berartinya Dirimu
30
Bab 30 : She's mine!
31
Bab 31 : Harus A
32
Bab 32 : Dicintai dengan ugal-ugalan
33
Bab 33 : Pertemuan tak terduga
34
Bab 34 : Belum seserius itu kok
35
Bab 35 : Ada apa dengan keluarga Mahendra
36
Bab 36 : Wisuda dan kejutan manis
37
Bab 37 : Curahan hati Amar
38
Bab 38 : Jangan berfikir aneh-aneh
39
Bab 39 : Kudu kuat-kuat mental
40
Bab 40 : Tidak bisa mundur lagi
41
Bab 41 : Terungkap
42
Bab 42 : Nggak sengajain buat pamer!
43
Bab 43 : Ancaman Asa
44
Bab 44 : Bibit pengkhianat
45
Bab 45 : Diperjuangkan
46
Bab 46 : Lamaran
47
Bab 47 : Bertemu Mama
48
Bab 48 : Menikah denganmu
49
Bab 49 : Landasan pacu
50
Bab 50 : Perjalanan menuju ke Eropa
51
Bab 51 : London dan pesonanya
52
Bab 52 : Masih tentang bulan madu
53
Bab 53 : Kehidupan baru dimulai
54
Bab 54 : Drama oleh-oleh
55
Bab 55 : Pasti kangen banget
56
Bab 56 : Penisirin!
57
Bab 57 : Kehabisan kata-kata
58
Bab 58 : Rumah baru kita
59
Bab 59 : Pindah ke rumah baru
60
Bab 60 : Bulan madu di rumah saja
61
Bab 61 : Klien Ter-rese
62
Bab 62 : Cemburu itu berat
63
Bab 63 : Diperkarakan
64
Bab 64 : Lawan tangguh
65
Bab 65 : Susahnya bilang maaf
66
Bab 66 : Aku nggak mandul!
67
Bab 67 : Menenangkan diri
68
Bab 68 : Jangan dengarkan omongan orang
69
Bab 69 : Nasi goreng termahal
70
Bab 70 : Permintaannya semakin aneh!
71
Bab 71 : Korban selanjutnya
72
Bab 72 : Ngidam jadi alasan
73
Bab 73 : Hello... Sydney!
74
Bab 74 : Bukan cinta terlarang
75
Bab 75 : Keluarga bahagia versi kami
76
Bab 76 : Let's Go!
77
Bab 71 Jalan-jalan sekaligus bulan madu
78
Bab 78 : Jalan-jalan sekaligus bulan madu part dua
79
Bab 79 : Candu Banget
80
Bab 80 : Ada apa ini?
81
Bab 81 : Bad Mood
82
Bab 82 : Masa lalu yang menyapa
83
Bab 83 : Semua jadi sasaran
84
Bab 84 : Alasan di balik Vio badmood
85
Bab 85 : Menularkan kebahagiaan
86
Bab 86 : Jadi masalah lagi
87
Bab 87 : Para shareholders
88
Bab 88 : Membumi
89
Bab 89 : Lega
90
Bab 90 : Mumet
91
Bab 91 : Bahagia itu diusahakan bukan dapat gratis
92
Bab 92 : Bukan ajang pamer diri
93
Bab 93 (Ending) : Bahagia selamanya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!