"Babe!" Celine menghampiri Vio yang kedua tangannya sibuk memegang kedua koper.
Mereka bercipika-cipiki, lalu Celine mengambil alih salah satu koper yang berada di tangan Vio.
"Boleh nginep sama gue Vi?" tanya Celine saat keduanya sudah berada di dalam mobil yang dipinjam Celine dari omnya.
"Bolehlah, tapi banyak persyaratannya dan lo juga kudu ngikutin aturan bonyok gue ya," jawab Vio lucu.
Mendengar ucapan Vio barusan, Celine hanya terkikik geli, paham banget bagaimana aturan tante Rissa - bundanya Vio itu yang super duper ketat.
"Tapi beneran tanya Vi, lo beneran melarikan diri dari temen rasa pacar lo itu?" goda Celine sengaja mendramatisir keadaan.
Kejadian waktu itu yang menimpa Vio tentu saja sudah jadi konsumsi kedua sahabatnya.
"Gue bukan melarikan diri ya! Enak aja kalo ngomong!"
"Ya apa kalo bukan melarikan diri apa namanya dong?" goda Celine.
"Udah deh Cel, gue butuh tenang, ngapain lo ingetin lagi sih!" omel Vio ketus.
Celine hanya mengulum senyum melihat Vio mendadak badmood. Sudah dikasih tahu, sudah dinasihati, tapi memang kalau orang sedang jatuh cinta itu, mau rasanya sepahit empedu pasti di mulutnya jadi berasa madu.
"Ya udahlah ngapain sih lo. mikirin doi mulu, lo masih muda, baik, pinter, cantik, mati satu tumbuh seribu, siapa tahu juga lo disini ketemu jodoh," ucap Celine santai.
"Gue mau rehat dulu dari dunia percintaan deh Cel, mau serius ngerjain tesis gue."
"Ini nih yang gue gedek sama elo, jauh-jauh ke Bali yang diomongin malah tesis!" dengus Celine kesal.
"Ya kan sekalian Cel, mumpung judul tesis gue udah diacc sama pak Pram, mumpung pak Pram nya juga nge bolehin bimbingan online, mumpung gue disini banyak bengongnya juga, mumpung... "
"Stop deh Vi, pusing gue denger lo ceramah gitu!
Mereka memasuki sebuah rumah bergaya klasik, rumah omnya Celine yang beberapa bagiannya merupakan villa yang disewakan kepada pengunjung.
Villa dengan panorama laut di depan sana menyuguhkan keindahan sekaligus ketenangan buat yang menginap di tempat itu.
"Kita dikasih kamar ini Cel?" tanya Vio.
"Iya, kata tante gue biar kita punya privasi."
"Lhah kan sayang kalo dipakai kita, semalamnya kan lumayan mahal." Vio ingin menolak kebaikan itu, di samping ia termasuk orang yang tak enakan hati, Vio juga merasa omnya Celine pasti merugi karena memberikan kamar ini cuma-cuma.
"Kita bayar aja yuk Cel, kebetulan kemarin sebelum berangkat Bunda kasih gue uang saku kok," ucap Vio lagi.
"Udah lo tenang aja. Kamar ini memang dikhususkan untuk keluarga kok Vi, kalo pun keluarga nggak ada yang dateng dan semua kamar yang lain penuh, kamar ini tetap akan dibiarkan kosong."
"Oh gitu," gumam Vio sambil menganggukkan kepala pelan.
"Ya udah yuk kita istirahat dulu, nanti agak sorean kita mantai sambil makan seafood."
Dan Vio pun merebahkan tubuhnya di samping Celine yang langsung terlelap. Memang dasarnya Celine anaknya mudah sekali tidur, berbeda dengan Vio yang masih ketap-ketip teringat sama Dante.
***
Vio dan Celine sudah cantik dan wangi sore ini, seperti rencananya tadi siang untuk pergi makan malam sambil menikmati suasana pantai di kala matahari beranjak pulang ke. peraduannya.
Suasana sore ini terlihat ramai, meski bukan waktunya liburan tapi Bali dengan sejuta pesonanya itu tetap menarik dikunjungi oleh wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
"Mau makan yang di kafe atau warung tenda Vi?" tanya Celine memberi pilihan pada Vio.
"Sebenarnya pengen di kafe, tapi suasana romantis begini nggak bawa pasangan itu... nggak banget!"
"Anggep aja gue pasangan lo!" Celine menggandeng tangan Vio dan memasuki sebuah kafe yang sudah terisi beberapa mejanya terutama untuk spot terbaik yang mengarah ke matahari yang perlahan tenggelam itu.
Vio menatap buku menu yang disodorkan oleh salah satu pramusaji.
"Saya mau pesen lobster satu, plecing kangkung satu, ikan bakar kerapu satu, sama udang goreng tepung satu, minumnya es teh dua." Celine menyebutkan pesanan kepada pramusaji itu.
"Dessertnya es cream tiramisu," ucap Vio menambahi.
"Dessert nya satu atau dua Kak?" tanya pramusaji lagi.
"Du... " Kalimat Vio dipotong Celine dengan cepat. "Satu aja Bli!"
Vio terkekeh pelan karena niatnya untuk mengerjai Celine yang paling tidak suka dengan es krim itu gagal total.
"Enak banget ya hidup di Bali, pengen pindah ke sini kalo boleh." Seperti biasa Vio mulai berkhayal.
Celine mencibir. "Lo jauh dari nyokap lo aja nggak bisa, mau sok-sokan pindah ke sini segala!"
"Iya lo dirasa belahan jiwa gue tuh ke Bunda bukan ke Ayah ya Cel, bingung juga gue."
"Ya jelaslah, Bunda lo aja sesayang itu sama lo, serasa lo tuh kayak anaknya sendiri, bingung gue."
"Iya, rasanya tuh gue bersyukur banget punya Bunda kaya Bunda gue. Dan gue tahu alasan Bunda ngijinin gue nenangin diri ke sini ya karena Bunda sebenarnya udah enek banget sama cowok itu."
"Emang tante Rissa ngomong ke elo!"
"Dante yang ngomong, dan gue tahun sih saat Bunda mukanya ditarik dan nggak ramah gitu, pasti dia sedang kesel banget."
"Nggak usah ditarik aja mukanya tante Rissa udah jutek, apalagi ditarik." Celine tertawa mengingat dulu dia juga takut sama Bunda sahabatnya itu, tapi ketika ia tahu kepribadiannya justru sekarang ini Celine dan Ara bisa dekat banget sama Rissa.
Vio makan dengan lahap, beberapa bulan menjaga asupan makanan membuatnya jadi lapar mata seperti ini.
Lagi enak-enaknya menyesap lobster itu, orang yang duduk di belakangnya itu hendak berdiri dan mendorong kursinya kekencengan hingga mengenai kursi yang dipakai oleh Vio.
"Bjirr... untung nggak keselek kulit lobster!" omel Vio dan menolehkan kepala untuk melihat orang itu.
Vio membelalakkan mata melihat siapa yang berdiri di belakangnya itu dan bersiap untuk meminta maaf kepadanya.
Kenapa ketemu dia lagi sih disini, Bali segede ini dan gue masih harus ketemu dia lagi di tempat ini!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments