Bab tiga : Nyenggol lagi

"Beneran mau nyusul Celine ke Bali?" Rama masuk ke kamar anak sulungnya yang pintunya terbuka lebar itu.

"Iya Yah, lumayan bisa refresing sekalian cari ide buat konsep EO aku." Vio melanjutkan menata baju-bajunya ke dalam dua koper kecil. Rencananya dia akan stay di Bali lumayan lama, meskipun di Bali bertebaran store yang menjual baju, tapi Vio memilih membawa baju yang ada di lemarinya.

Rama mengusap kepala Vio dengan sayang, tak perlu meminta penjelasan ke Vio langsung, karena Rissa sudah bercerita apa yang terjadi. Vio dan Rissa hubungannya sedekat itu, hampir tak ada rahasia di antara dua perempuan cantik itu.

"Kak.... " Giliran Rissa yang masuk ke dalam kamar Vio.

"Udah selesai packingnya?" tanya Rissa kemudian.

"Udah Bun."

"Jaga diri baik-baik ya Kak, Ayah sama Bunda percaya sama kamu, jangan salah gunakan kepercayaan itu ya." Rissa mengelus pundak Vio dengan sayang.

"Iya Bun. Lagian kan disana ada om sama tantenya Celine Bun, nggak mungkin kami bisa macem-macem juga."

Setelah menghabiskan waktu berbincang agak lama dengan kedua orang tuanya, Vio diantar kedua orang tuanya berangkat ke bandara.

Kuliah empat sks kembali Vio terima selama perjalanan ke bandara, dan Vio senang-senang saja mendengar petuah bijak itu, tak ada rasa jengkel apalagi sampai membalikkan kata-kata ke mereka.

Setelah mereka berpelukan, kini waktunya Vio untuk masuk ke dalam. bandara.

Mungkin karena melamun atau apa, Vio tanpa sadar menyenggol seseorang yang berjalan di depannya.

"Ma maaf Mas, saya nggak sengaja," ucap Vio sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dada.

"It's oke Mbak," sahut pria itu.

Vio mengangguk sekali lagi lalu pergi meninggalkan orang itu.

"Dua kali dia nabrak gue, sayang cakep-cakep tapi beg*!" ucap pria itu kepada punggung Vio yang menjauh.

Vio menunggu beberapa saat lamanya untuk masuk ke dalam pesawat, sebuah panggilan telepon kembali ia terima, dengan malas Vio memasukkan ponselnya ke dalam tas.

Mungkin lebih dari dua belas kali panggilan telepon dan puluhan chat yang dikirim oleh Dante ke nomornya, satupun tak ada yang Vio balas.

Vio cukup tahu diri untuk tidak semakin menjerumuskan dirinya kedalam ketidakpastian hubungan yang mungkin akan membuatnya akan terluka nantinya.

Vio duduk dekat jendela di pesawat ini, sengaja memilih tempat itu agar tidak terganggu oleh penumpang lain yang duduk di sampingnya yang kemungkinan akan keluar masuk untuk pergi ke toilet.

Vio memasang seat belt lalu mulai memejamkan mata, seorang pria yang tanpa sengaja disenggol Vio sebanyak dua kali itu duduk di sampingnya.

Pria yang tak lain Amarta itu melirik Vio yang terlihat sudah memejamkan mata dan memasang bantal di lehernya.

Seorang pramugari berjalan hilir mudik untuk membantu penumpang yang memerlukan bantuannya, lalu sesaat kemudian pesawat itu pun mengangkasa di udara.

Sebentar-sebentar Amar melirik Vio yang terlelap di sampingnya itu dengan pandangan penuh ketertarikan.

Cantik dan menarik, meski di mata Amar perempuan yang duduk di sebelahnya itu seperti orang tulalit karena banyak melamun.

Tiba-tiba saja kepala Vio terkulai di pundak Amar, wangi parfum maskulin tercium di hidung Amar.

"Buset baru ngeh kalo badannya wangi banget deh, maskulin yang feminim gitu, hmm enak banget."

"Hai Capt," sapa seorang pramugari yang mengenal Amarta itu menyapa ramah.

"Hai Del," balas Amar sopan dan pelan, Amar hanya tak ingin menganggu Vio yang tampak begitu terlelap itu.

"Pacar?" goda Della menyerahkan kopi kepada Amar.

"Calon pacar," jawab Amar sambil terkekeh pelan.

"Oh... good luck Capt." Dan Della pun berlalu untuk menawarkan minuman dan makanan ke penumpang yang lain.

Sebuah guncangan kecil terasa, dengan reflek Vio menegakkan tubuhnya dan menyadari dia tadi bersandar di bahu Amar.

"Eh Mas... maaf saya tidur di pundak Mas ya." Dengan wajah bersemburat merah Vio menyembunyikan rasa malunya.

"It's oke Mbak," sahut Amar sopan.

Vio mengeryit kemudian mengingat sosok Amar yang ia tabrak tadi pagi saat ia memasuki bandara.

"Mas yang tadi saya tabrak kan?" tanya Vio.

"Iya... tadi pagi dan beberapa hari yang lalu saat menghadiri pesta pernikahan teman sekolah saya," jawab Amar santai.

Pernikahan... beberapa hari yang lalu.

Ingatan tentang malam itu kembali ke terlintas di benak Vio, rasa yang ingin ia buang saat ia meninggalkan Jakarta tadi siang membuat Vio kembali tertunduk.

Rasanya tuh... capek dan sakit hati banget, dua tahun waktunya terbuang percuma hanya untuk menunggu seorang pria selesai dengan masa lalunya.

Vio menghela nafas panjang lalu melemparkan pandangannya ke luar jendela, hanya ada awan putih dan sesekali awan mendung melintas di dekatnya.

Amar melirik Vio yang kembali terlihat sendu dan melamun lagi.

Oh melarikan diri ke Bali karena patah hati tho.

Begitu kira-kira yang Amar pikirkan tentang Vio, dan tak ingin mengganggu perempuan cantik yang sedang patah hati itu, Amar memutuskan untuk tidur mumpung perjalanannya bersisa setengah jalan.

Vio melirik pria di sebelah yang sedang memejamkan mata itu, rahang tegas dan wajahnya pun cukup ganteng, membuat pria yang duduk di sampingnya itu terlihat gentleman.

"Wajahku nggak ada yang salah btw," ucap Amar tiba-tiba.

Vio melengos, malu karena kepergok sedang memperhatikan Amarta.

"Kalo memang nggak pantas untuk dipertahankan lebih baik dilepaskan, memang menyakitkan tapi lebih baik daripada makan ati," ucap Amar pelan sambil kembali memejamkan matanya.

"Siapa yang patah hati sih?!" ketus Vio senewen.

"Aku nggak nuduh kamu patah hati btw," balas Amar kini membuka matanya dan menatap Vio.

Vio kembali melengos karena tahu apa yang diucapkan Amar benar adanya.

"Amarta." Amar mengulurkan tangannya mengajak Vio berkenalan.

Vio menatap tangan yang menggantung di depannya tanpa minat. Pantang baginya berkenalan dengan seorang pria di sebuah transportasi umum, pasti pria iseng yang memanfaatkan situasi dan kondisi.

Melihat Vio tak merespon tangannya, Amar kembali menarik tangannya dan kembali memejamkan matanya dengan perasaan dongkol tapi sekaligus kagum.

Tak banyak perempuan yang menolak diajak berkenalan oleh pria seganteng dirinya.

Dua puluh menit kemudian pesawat akhirnya mendarat, tanpa menoleh ke Vio, Amar langsung berdiri dan mengantri bersama penumpang lain yang juga hendak turun juga.

"See you next time Capt." sapa seorang pramugari menyapa Amar yang berjalan melewatinya.

Vio membelalakan matanya tak percaya. "Nggak mungkin kan dia pilot?" gumam Vio kepada dirinya sendiri.

Bahkan Vio benar-benar sadar siapa pria tadi saat seorang pramugari menggodanya dengan ramah.

"Take care ya Mbak, dapet salam dari Captain Amarta Yasa Mahendra."

Terpopuler

Comments

Nabila

Nabila

semoga ini jodohnya vio biar dante nyesel

2025-01-08

0

kalea rizuky

kalea rizuky

calon jodoh vi

2024-12-29

0

Rien

Rien

/Drool//Drool//Drool//Drool/

2024-07-19

0

lihat semua
Episodes
1 Bab satu : Teman rasa Pacar
2 Bab dua : Sesuatu di pesta
3 Bab tiga : Nyenggol lagi
4 Bab empat : Dia, dia dan dia lagi
5 Bab lima : Ditolong orang itu
6 Bab enam : Semenarik itu
7 Bab tujuh : Bertemu Vio
8 Bab delapan : Gentleman
9 Bab sembilan : Mungkin ini yang terbaik
10 Bab sepuluh : Perasaan Dante
11 Bab sebelas : Dinner tak biasa
12 Bab dua belas : Makan malam yang menegangkan
13 Bab Tiga Belas : Andai bisa memutar waktu
14 Bab Empat Belas : Lebih baik selesai sekarang
15 Bab Lima Belas : Konfrontasi
16 Bab Enam Belas : Makna Dari Kesetiaan
17 Bab Tujuh Belas : Meleleh
18 Bab Delapan Belas : Kamu Cantik.
19 Bab Sembilan Belas : Menyeriusi Kamu
20 Bab Dua Puluh : Tugas yang mendebarkan
21 Bab Dua puluh satu : Persaingan
22 Bab Dua puluh dua : Oh ya udah kalo gitu, bye sayang.
23 Bab Dua puluh tiga : Nasi padang dan tentang Safira
24 Bab 24 : Adu ketegangan
25 Bab 25 : Membuat nyaman dan mengerti
26 Bab 26 : Mobil misterius
27 Bab 27 : Cerita tentang masa itu.
28 Bab 28 : Kita tak bisa memilih lahir darimana
29 Bab 29 : Berartinya Dirimu
30 Bab 30 : She's mine!
31 Bab 31 : Harus A
32 Bab 32 : Dicintai dengan ugal-ugalan
33 Bab 33 : Pertemuan tak terduga
34 Bab 34 : Belum seserius itu kok
35 Bab 35 : Ada apa dengan keluarga Mahendra
36 Bab 36 : Wisuda dan kejutan manis
37 Bab 37 : Curahan hati Amar
38 Bab 38 : Jangan berfikir aneh-aneh
39 Bab 39 : Kudu kuat-kuat mental
40 Bab 40 : Tidak bisa mundur lagi
41 Bab 41 : Terungkap
42 Bab 42 : Nggak sengajain buat pamer!
43 Bab 43 : Ancaman Asa
44 Bab 44 : Bibit pengkhianat
45 Bab 45 : Diperjuangkan
46 Bab 46 : Lamaran
47 Bab 47 : Bertemu Mama
48 Bab 48 : Menikah denganmu
49 Bab 49 : Landasan pacu
50 Bab 50 : Perjalanan menuju ke Eropa
51 Bab 51 : London dan pesonanya
52 Bab 52 : Masih tentang bulan madu
53 Bab 53 : Kehidupan baru dimulai
54 Bab 54 : Drama oleh-oleh
55 Bab 55 : Pasti kangen banget
56 Bab 56 : Penisirin!
57 Bab 57 : Kehabisan kata-kata
58 Bab 58 : Rumah baru kita
59 Bab 59 : Pindah ke rumah baru
60 Bab 60 : Bulan madu di rumah saja
61 Bab 61 : Klien Ter-rese
62 Bab 62 : Cemburu itu berat
63 Bab 63 : Diperkarakan
64 Bab 64 : Lawan tangguh
65 Bab 65 : Susahnya bilang maaf
66 Bab 66 : Aku nggak mandul!
67 Bab 67 : Menenangkan diri
68 Bab 68 : Jangan dengarkan omongan orang
69 Bab 69 : Nasi goreng termahal
70 Bab 70 : Permintaannya semakin aneh!
71 Bab 71 : Korban selanjutnya
72 Bab 72 : Ngidam jadi alasan
73 Bab 73 : Hello... Sydney!
74 Bab 74 : Bukan cinta terlarang
75 Bab 75 : Keluarga bahagia versi kami
76 Bab 76 : Let's Go!
77 Bab 71 Jalan-jalan sekaligus bulan madu
78 Bab 78 : Jalan-jalan sekaligus bulan madu part dua
79 Bab 79 : Candu Banget
80 Bab 80 : Ada apa ini?
81 Bab 81 : Bad Mood
82 Bab 82 : Masa lalu yang menyapa
83 Bab 83 : Semua jadi sasaran
84 Bab 84 : Alasan di balik Vio badmood
85 Bab 85 : Menularkan kebahagiaan
86 Bab 86 : Jadi masalah lagi
87 Bab 87 : Para shareholders
88 Bab 88 : Membumi
89 Bab 89 : Lega
90 Bab 90 : Mumet
91 Bab 91 : Bahagia itu diusahakan bukan dapat gratis
92 Bab 92 : Bukan ajang pamer diri
93 Bab 93 (Ending) : Bahagia selamanya
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Bab satu : Teman rasa Pacar
2
Bab dua : Sesuatu di pesta
3
Bab tiga : Nyenggol lagi
4
Bab empat : Dia, dia dan dia lagi
5
Bab lima : Ditolong orang itu
6
Bab enam : Semenarik itu
7
Bab tujuh : Bertemu Vio
8
Bab delapan : Gentleman
9
Bab sembilan : Mungkin ini yang terbaik
10
Bab sepuluh : Perasaan Dante
11
Bab sebelas : Dinner tak biasa
12
Bab dua belas : Makan malam yang menegangkan
13
Bab Tiga Belas : Andai bisa memutar waktu
14
Bab Empat Belas : Lebih baik selesai sekarang
15
Bab Lima Belas : Konfrontasi
16
Bab Enam Belas : Makna Dari Kesetiaan
17
Bab Tujuh Belas : Meleleh
18
Bab Delapan Belas : Kamu Cantik.
19
Bab Sembilan Belas : Menyeriusi Kamu
20
Bab Dua Puluh : Tugas yang mendebarkan
21
Bab Dua puluh satu : Persaingan
22
Bab Dua puluh dua : Oh ya udah kalo gitu, bye sayang.
23
Bab Dua puluh tiga : Nasi padang dan tentang Safira
24
Bab 24 : Adu ketegangan
25
Bab 25 : Membuat nyaman dan mengerti
26
Bab 26 : Mobil misterius
27
Bab 27 : Cerita tentang masa itu.
28
Bab 28 : Kita tak bisa memilih lahir darimana
29
Bab 29 : Berartinya Dirimu
30
Bab 30 : She's mine!
31
Bab 31 : Harus A
32
Bab 32 : Dicintai dengan ugal-ugalan
33
Bab 33 : Pertemuan tak terduga
34
Bab 34 : Belum seserius itu kok
35
Bab 35 : Ada apa dengan keluarga Mahendra
36
Bab 36 : Wisuda dan kejutan manis
37
Bab 37 : Curahan hati Amar
38
Bab 38 : Jangan berfikir aneh-aneh
39
Bab 39 : Kudu kuat-kuat mental
40
Bab 40 : Tidak bisa mundur lagi
41
Bab 41 : Terungkap
42
Bab 42 : Nggak sengajain buat pamer!
43
Bab 43 : Ancaman Asa
44
Bab 44 : Bibit pengkhianat
45
Bab 45 : Diperjuangkan
46
Bab 46 : Lamaran
47
Bab 47 : Bertemu Mama
48
Bab 48 : Menikah denganmu
49
Bab 49 : Landasan pacu
50
Bab 50 : Perjalanan menuju ke Eropa
51
Bab 51 : London dan pesonanya
52
Bab 52 : Masih tentang bulan madu
53
Bab 53 : Kehidupan baru dimulai
54
Bab 54 : Drama oleh-oleh
55
Bab 55 : Pasti kangen banget
56
Bab 56 : Penisirin!
57
Bab 57 : Kehabisan kata-kata
58
Bab 58 : Rumah baru kita
59
Bab 59 : Pindah ke rumah baru
60
Bab 60 : Bulan madu di rumah saja
61
Bab 61 : Klien Ter-rese
62
Bab 62 : Cemburu itu berat
63
Bab 63 : Diperkarakan
64
Bab 64 : Lawan tangguh
65
Bab 65 : Susahnya bilang maaf
66
Bab 66 : Aku nggak mandul!
67
Bab 67 : Menenangkan diri
68
Bab 68 : Jangan dengarkan omongan orang
69
Bab 69 : Nasi goreng termahal
70
Bab 70 : Permintaannya semakin aneh!
71
Bab 71 : Korban selanjutnya
72
Bab 72 : Ngidam jadi alasan
73
Bab 73 : Hello... Sydney!
74
Bab 74 : Bukan cinta terlarang
75
Bab 75 : Keluarga bahagia versi kami
76
Bab 76 : Let's Go!
77
Bab 71 Jalan-jalan sekaligus bulan madu
78
Bab 78 : Jalan-jalan sekaligus bulan madu part dua
79
Bab 79 : Candu Banget
80
Bab 80 : Ada apa ini?
81
Bab 81 : Bad Mood
82
Bab 82 : Masa lalu yang menyapa
83
Bab 83 : Semua jadi sasaran
84
Bab 84 : Alasan di balik Vio badmood
85
Bab 85 : Menularkan kebahagiaan
86
Bab 86 : Jadi masalah lagi
87
Bab 87 : Para shareholders
88
Bab 88 : Membumi
89
Bab 89 : Lega
90
Bab 90 : Mumet
91
Bab 91 : Bahagia itu diusahakan bukan dapat gratis
92
Bab 92 : Bukan ajang pamer diri
93
Bab 93 (Ending) : Bahagia selamanya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!