Vio menatap layar ponselnya yang kembali menghitam, sambil mengomel pelan Vio bergegas kembali ke mobilnya yang terparkir di lantai lima mall ini.
Barang yang dicari belum semuanya ketemu, tapi Vio menyudahi acara belanjanya untuk keperluan salah satu kliennya itu, semata-mata karena permintaan Dante yang secara tiba-tiba meminta Vio untuk menjadi plus one nya di pernikahan salah satu temannya.
"Lho Kak, kok udah balik?" Bunda Rissa yang sedang mencoba resep masakan baru di dapurnya menoleh ketika melihat hentakan sepatu di lantai rumahnya.
"Dante minta ditemenin ke nikahan temennya Bun." Lalu Vio berlalu dari hadapan sang Bunda setelah sebelumnya mencium punggung tangan dan pipi bundanya itu.
Vio membuka ke dua pintu lemari pakaiannya dan memilih-milih gaun yang cocok untuk pesta nanti malam.
"Nggak niat banget sih ngajakin ke pesta dadakan gini!" Dengus Vio kesal, pasalnya Vio harus mengeluarkan baju pesta yang satu kemudian disusul baju yang lain hanya untuk mencari baju yang cocok untuk dipakai nanti malam.
"Bun... " Vio keluar dari kamarnya dan membawa beberapa baju pesta.
"Pulangnya jangan malem-malem lho Dek." Suara bunda Rissa terdengar dari teras belakang.
"Mau kemana lagi kamu Sa?" tanya Vio menginterupsi pembicaraan bundanya dan Asa adik lelaki Vio satu-satunya.
"Mau basket Kak," jawab Asa santai.
"Aku mau pergi lho dek, Ayah kan lagi keluar kota, temenin Bunda di rumah." Tugas memerintah dan memberi intruksi pada Asa itu adalah tugas Vio sebagai anak pertama. Bunda Rissa hanya mengulum senyum melihat tingkah Vio itu, sejak kecil Vio memang sudah menunjukkan dominasinya sebagai kakak perempuan sekaligus kakak pertama di rumah ini.
"Iya ih bawel banget deh!" sahut Asa kesal.
"Adek!" omel Vio dengan nada marah.
"Ngapain sih pada ribut! Bunda di rumah ditemenin Simbok sama pak Satpam Kak."
"Tapi tetep aja Vio nggak tenang Bun, nih bocah kalo main kan suka lupa waktu!" sahut Vio gemas.
"Asa janji nggak akan pulang malem Kak."
"Ya udah bener ya. Um Bun, tolong pilihin dress buat nanti malem dong." Vio menyerahkan beberapa baju pestanya untuk dipilihkan oleh bundanya.
"Mau kemana Kak?" tanya Rissa menerima baju Vio tersebut. Rissa, perempuan bersahaja yang jarang dandan dan lebih suka tampil sederhana itu, sebenarnya tak pandai memadu padankan baju, tapi entah kenapa Vio selalu melibatkannya untuk penampilannya.
"Aku diajak Dante ke pernikahan temannya," jawab Vio sambil memperhatikan Rissa yang tampak berfikir.
"Hijau sage ini bagus Kak. Ada sepatu dan tas yang senada kan?" Rissa kembali menyerahkan baju Vio itu ke pemiliknya.
"Ada. Kan waktu itu dibeliin sama Bunda." Vio berniat kembali ke kamarnya untuk beristirahat sejenak, tapi saat ia berpapasan dengan Asa, Vio kembali mengingatkan sang adik untuk pulang tepat waktu.
Malam harinya Vio telah bersiap, Dante sedang menunggunya di ruang tamu berhadapan dengan Bunda Rissa, meski terkesan ramah, tapi Vio tahu bundanya pasti lagi kesal sama Dante karena statusnya digantung sama pria tersebut.
"Bun... aku jalan dulu ya," pamit Vio.
"Pulangnya jangan malam-malam ya Kak, meski Ayah nggak ada, jam malam tetap berlaku. Tolong anter Vio paling lambat jam sepuluh malam ya Dan," ucap Rissa bergantian ke Vio lalu ke Dante.
"Pasti tante. Saya permisi dulu." Dante mencium punggung tangan Rissa disusul oleh Vio.
Dante menggandeng tangan Vio dan membantunya naik ke mobilnya.
Setelah mobil Dante meninggalkan rumah Vio, barulah Dante menanyakan perihal wajah Rissa yang terlihat tegang itu.
"Biasa Bang, kan Ayah sedang ke luar kota. Bunda kalo nggak ada Ayah memang gitu deh wajahnya, judes!" Vio tersenyum dan mencari jawaban aman, meski bukan itu alasan sebenarnya kenapa bundanya sekarang seperti tidak ramah sama Dante, apalagi alasannya kalau bukan karena Dante menggantung status Vio.
"Tapi muka bunda kamu kayak nggak welcome gitu deh Vi, aku merasa gimana gitu," sahui Dante sambil menatap Vio sekilas, karena Dante kan harus tetap fokus pada jalan di depannya.
Vio tersenyum mendengar kalimat Dante barusan, karena orang yang tidak mengenal Rissa selalu berkata bahwa Rissa itu galak, tapi sebenarnya Rissa itu hatinya lembut banget dan mudah mengasihi orang. Tapi kali ini tebakan Dante tepat karena Rissa tak suka sama sikap Dante itu.
Mobil masuk ke sebuah hotel berbintang di daerah Sudirman, tempat di mana acara pernikahan temannya Dante berlangsung.
Seperti saat berangkat, Dante pun membantu Vio turun. Dante menggenggam tangan Vio lembut dan mereka melangkah ke meja penerima tamu, Dante mengarahkan barcode undangan yang ada di ponselnya ke mesin scanner, lalu Dante dan Vio masuk ke dalam ruangan tersebut.
Vio tertegun saat melihat penampakan venue acara tersebut. Sebagai event organizer, Vio mengakui bahwa dekorasi tempat ini terbilang sangat indah dan spektakuler.
"Kita salaman ama pengantinnya dulu ya, baru setelah itu kita hunting makanan," ucap Dante memposisikan Vio di depannya.
Zevanya, pengantin perempuan yang juga teman dekatnya Dante itu menyambut Dante dengan sukacita, dia bahkan memeluk erat Dante.
Vio yang posisinya berjalan di depan Dante sempat menoleh saat menyadari Dante tak ada di belakangnya.
Vio terpaku, pasalnya Dante seperti melupakan keberadaannya dan berbincang akrab dengan kedua pengantin tersebut.
Merasa keberadaannya seperti daun kering yang terbang disapu angin, Vio memutuskan turun dari panggung dan melipir mencari jalan keluar di antara padatnya tamu undangan yang datang.
"Dante tambah keren aja ya. Pantes Zefanya kayak nggak bisa move on gitu dari Dante." Suara seorang perempuan yang tak dikenal oleh Vio tanpa sengaja mampir ke telinga Vio.
"Lo nggak tahu kalo Dante juga gamon sama Zefanya?" Suara perempuan lain yang ikut berghibah itu juga terdengar di telinga Vio.
"Lhah kalo gamon kenapa nggak dikawinin aja sih!" ucap yang lainnya lagi.
"Mereka beda keyakinan guys, salah satu nggak ada yang mau ngalah."
Dan Vio pun akhirnya paham kenapa sampai sekarang Dante tidak pernah menegaskan status hubungan mereka.
Vio mengangkat sedikit dress nya dan berjalan cepat keluar dari ballroom tersebut.
Sampai di depan pintu masuk ballroom itu, Vio yang berjalan cepat dan tak menoleh ke kanan ke kiri menabrak seseorang hingga tubuhnya nyaris terpelanting.
"Ma maaf, saya nggak sengaja!" ucap Vio sambil melepaskan diri dari pegangan tangan lelaki itu yang menahan tubuhnya hingga dia tak terjatuh.
Lelaki itu menatap Vio sambil tersenyum manis. "It's oke Mbak." jawab lelaki itu sopan.
Vio pun berlalu dari sana sambil mengusap matanya yang mulai berembun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Indah MB
kasihan deh Vio di kacangin gitu... kerasa bgt sih kesal dan malu bercampur
GET MARRIED WITH UNCLE ARKHAN, mampir
2024-08-09
1