Bab dua : Sesuatu di pesta

Vio menatap layar ponselnya yang kembali menghitam, sambil mengomel pelan Vio bergegas kembali ke mobilnya yang terparkir di lantai lima mall ini.

Barang yang dicari belum semuanya ketemu, tapi Vio menyudahi acara belanjanya untuk keperluan salah satu kliennya itu, semata-mata karena permintaan Dante yang secara tiba-tiba meminta Vio untuk menjadi plus one nya di pernikahan salah satu temannya.

"Lho Kak, kok udah balik?" Bunda Rissa yang sedang mencoba resep masakan baru di dapurnya menoleh ketika melihat hentakan sepatu di lantai rumahnya.

"Dante minta ditemenin ke nikahan temennya Bun." Lalu Vio berlalu dari hadapan sang Bunda setelah sebelumnya mencium punggung tangan dan pipi bundanya itu.

Vio membuka ke dua pintu lemari pakaiannya dan memilih-milih gaun yang cocok untuk pesta nanti malam.

"Nggak niat banget sih ngajakin ke pesta dadakan gini!" Dengus Vio kesal, pasalnya Vio harus mengeluarkan baju pesta yang satu kemudian disusul baju yang lain hanya untuk mencari baju yang cocok untuk dipakai nanti malam.

"Bun... " Vio keluar dari kamarnya dan membawa beberapa baju pesta.

"Pulangnya jangan malem-malem lho Dek." Suara bunda Rissa terdengar dari teras belakang.

"Mau kemana lagi kamu Sa?" tanya Vio menginterupsi pembicaraan bundanya dan Asa adik lelaki Vio satu-satunya.

"Mau basket Kak," jawab Asa santai.

"Aku mau pergi lho dek, Ayah kan lagi keluar kota, temenin Bunda di rumah." Tugas memerintah dan memberi intruksi pada Asa itu adalah tugas Vio sebagai anak pertama. Bunda Rissa hanya mengulum senyum melihat tingkah Vio itu, sejak kecil Vio memang sudah menunjukkan dominasinya sebagai kakak perempuan sekaligus kakak pertama di rumah ini.

"Iya ih bawel banget deh!" sahut Asa kesal.

"Adek!" omel Vio dengan nada marah.

"Ngapain sih pada ribut! Bunda di rumah ditemenin Simbok sama pak Satpam Kak."

"Tapi tetep aja Vio nggak tenang Bun, nih bocah kalo main kan suka lupa waktu!" sahut Vio gemas.

"Asa janji nggak akan pulang malem Kak."

"Ya udah bener ya. Um Bun, tolong pilihin dress buat nanti malem dong." Vio menyerahkan beberapa baju pestanya untuk dipilihkan oleh bundanya.

"Mau kemana Kak?" tanya Rissa menerima baju Vio tersebut. Rissa, perempuan bersahaja yang jarang dandan dan lebih suka tampil sederhana itu, sebenarnya tak pandai memadu padankan baju, tapi entah kenapa Vio selalu melibatkannya untuk penampilannya.

"Aku diajak Dante ke pernikahan temannya," jawab Vio sambil memperhatikan Rissa yang tampak berfikir.

"Hijau sage ini bagus Kak. Ada sepatu dan tas yang senada kan?" Rissa kembali menyerahkan baju Vio itu ke pemiliknya.

"Ada. Kan waktu itu dibeliin sama Bunda." Vio berniat kembali ke kamarnya untuk beristirahat sejenak, tapi saat ia berpapasan dengan Asa, Vio kembali mengingatkan sang adik untuk pulang tepat waktu.

Malam harinya Vio telah bersiap, Dante sedang menunggunya di ruang tamu berhadapan dengan Bunda Rissa, meski terkesan ramah, tapi Vio tahu bundanya pasti lagi kesal sama Dante karena statusnya digantung sama pria tersebut.

"Bun... aku jalan dulu ya," pamit Vio.

"Pulangnya jangan malam-malam ya Kak, meski Ayah nggak ada, jam malam tetap berlaku. Tolong anter Vio paling lambat jam sepuluh malam ya Dan," ucap Rissa bergantian ke Vio lalu ke Dante.

"Pasti tante. Saya permisi dulu." Dante mencium punggung tangan Rissa disusul oleh Vio.

Dante menggandeng tangan Vio dan membantunya naik ke mobilnya.

Setelah mobil Dante meninggalkan rumah Vio, barulah Dante menanyakan perihal wajah Rissa yang terlihat tegang itu.

"Biasa Bang, kan Ayah sedang ke luar kota. Bunda kalo nggak ada Ayah memang gitu deh wajahnya, judes!" Vio tersenyum dan mencari jawaban aman, meski bukan itu alasan sebenarnya kenapa bundanya sekarang seperti tidak ramah sama Dante, apalagi alasannya kalau bukan karena Dante menggantung status Vio.

"Tapi muka bunda kamu kayak nggak welcome gitu deh Vi, aku merasa gimana gitu," sahui Dante sambil menatap Vio sekilas, karena Dante kan harus tetap fokus pada jalan di depannya.

Vio tersenyum mendengar kalimat Dante barusan, karena orang yang tidak mengenal Rissa selalu berkata bahwa Rissa itu galak, tapi sebenarnya Rissa itu hatinya lembut banget dan mudah mengasihi orang. Tapi kali ini tebakan Dante tepat karena Rissa tak suka sama sikap Dante itu.

Mobil masuk ke sebuah hotel berbintang di daerah Sudirman, tempat di mana acara pernikahan temannya Dante berlangsung.

Seperti saat berangkat, Dante pun membantu Vio turun. Dante menggenggam tangan Vio lembut dan mereka melangkah ke meja penerima tamu, Dante mengarahkan barcode undangan yang ada di ponselnya ke mesin scanner, lalu Dante dan Vio masuk ke dalam ruangan tersebut.

Vio tertegun saat melihat penampakan venue acara tersebut. Sebagai event organizer, Vio mengakui bahwa dekorasi tempat ini terbilang sangat indah dan spektakuler.

"Kita salaman ama pengantinnya dulu ya, baru setelah itu kita hunting makanan," ucap Dante memposisikan Vio di depannya.

Zevanya, pengantin perempuan yang juga teman dekatnya Dante itu menyambut Dante dengan sukacita, dia bahkan memeluk erat Dante.

Vio yang posisinya berjalan di depan Dante sempat menoleh saat menyadari Dante tak ada di belakangnya.

Vio terpaku, pasalnya Dante seperti melupakan keberadaannya dan berbincang akrab dengan kedua pengantin tersebut.

Merasa keberadaannya seperti daun kering yang terbang disapu angin, Vio memutuskan turun dari panggung dan melipir mencari jalan keluar di antara padatnya tamu undangan yang datang.

"Dante tambah keren aja ya. Pantes Zefanya kayak nggak bisa move on gitu dari Dante." Suara seorang perempuan yang tak dikenal oleh Vio tanpa sengaja mampir ke telinga Vio.

"Lo nggak tahu kalo Dante juga gamon sama Zefanya?" Suara perempuan lain yang ikut berghibah itu juga terdengar di telinga Vio.

"Lhah kalo gamon kenapa nggak dikawinin aja sih!" ucap yang lainnya lagi.

"Mereka beda keyakinan guys, salah satu nggak ada yang mau ngalah."

Dan Vio pun akhirnya paham kenapa sampai sekarang Dante tidak pernah menegaskan status hubungan mereka.

Vio mengangkat sedikit dress nya dan berjalan cepat keluar dari ballroom tersebut.

Sampai di depan pintu masuk ballroom itu, Vio yang berjalan cepat dan tak menoleh ke kanan ke kiri menabrak seseorang hingga tubuhnya nyaris terpelanting.

"Ma maaf, saya nggak sengaja!" ucap Vio sambil melepaskan diri dari pegangan tangan lelaki itu yang menahan tubuhnya hingga dia tak terjatuh.

Lelaki itu menatap Vio sambil tersenyum manis. "It's oke Mbak." jawab lelaki itu sopan.

Vio pun berlalu dari sana sambil mengusap matanya yang mulai berembun.

Terpopuler

Comments

Indah MB

Indah MB

kasihan deh Vio di kacangin gitu... kerasa bgt sih kesal dan malu bercampur
GET MARRIED WITH UNCLE ARKHAN, mampir

2024-08-09

1

lihat semua
Episodes
1 Bab satu : Teman rasa Pacar
2 Bab dua : Sesuatu di pesta
3 Bab tiga : Nyenggol lagi
4 Bab empat : Dia, dia dan dia lagi
5 Bab lima : Ditolong orang itu
6 Bab enam : Semenarik itu
7 Bab tujuh : Bertemu Vio
8 Bab delapan : Gentleman
9 Bab sembilan : Mungkin ini yang terbaik
10 Bab sepuluh : Perasaan Dante
11 Bab sebelas : Dinner tak biasa
12 Bab dua belas : Makan malam yang menegangkan
13 Bab Tiga Belas : Andai bisa memutar waktu
14 Bab Empat Belas : Lebih baik selesai sekarang
15 Bab Lima Belas : Konfrontasi
16 Bab Enam Belas : Makna Dari Kesetiaan
17 Bab Tujuh Belas : Meleleh
18 Bab Delapan Belas : Kamu Cantik.
19 Bab Sembilan Belas : Menyeriusi Kamu
20 Bab Dua Puluh : Tugas yang mendebarkan
21 Bab Dua puluh satu : Persaingan
22 Bab Dua puluh dua : Oh ya udah kalo gitu, bye sayang.
23 Bab Dua puluh tiga : Nasi padang dan tentang Safira
24 Bab 24 : Adu ketegangan
25 Bab 25 : Membuat nyaman dan mengerti
26 Bab 26 : Mobil misterius
27 Bab 27 : Cerita tentang masa itu.
28 Bab 28 : Kita tak bisa memilih lahir darimana
29 Bab 29 : Berartinya Dirimu
30 Bab 30 : She's mine!
31 Bab 31 : Harus A
32 Bab 32 : Dicintai dengan ugal-ugalan
33 Bab 33 : Pertemuan tak terduga
34 Bab 34 : Belum seserius itu kok
35 Bab 35 : Ada apa dengan keluarga Mahendra
36 Bab 36 : Wisuda dan kejutan manis
37 Bab 37 : Curahan hati Amar
38 Bab 38 : Jangan berfikir aneh-aneh
39 Bab 39 : Kudu kuat-kuat mental
40 Bab 40 : Tidak bisa mundur lagi
41 Bab 41 : Terungkap
42 Bab 42 : Nggak sengajain buat pamer!
43 Bab 43 : Ancaman Asa
44 Bab 44 : Bibit pengkhianat
45 Bab 45 : Diperjuangkan
46 Bab 46 : Lamaran
47 Bab 47 : Bertemu Mama
48 Bab 48 : Menikah denganmu
49 Bab 49 : Landasan pacu
50 Bab 50 : Perjalanan menuju ke Eropa
51 Bab 51 : London dan pesonanya
52 Bab 52 : Masih tentang bulan madu
53 Bab 53 : Kehidupan baru dimulai
54 Bab 54 : Drama oleh-oleh
55 Bab 55 : Pasti kangen banget
56 Bab 56 : Penisirin!
57 Bab 57 : Kehabisan kata-kata
58 Bab 58 : Rumah baru kita
59 Bab 59 : Pindah ke rumah baru
60 Bab 60 : Bulan madu di rumah saja
61 Bab 61 : Klien Ter-rese
62 Bab 62 : Cemburu itu berat
63 Bab 63 : Diperkarakan
64 Bab 64 : Lawan tangguh
65 Bab 65 : Susahnya bilang maaf
66 Bab 66 : Aku nggak mandul!
67 Bab 67 : Menenangkan diri
68 Bab 68 : Jangan dengarkan omongan orang
69 Bab 69 : Nasi goreng termahal
70 Bab 70 : Permintaannya semakin aneh!
71 Bab 71 : Korban selanjutnya
72 Bab 72 : Ngidam jadi alasan
73 Bab 73 : Hello... Sydney!
74 Bab 74 : Bukan cinta terlarang
75 Bab 75 : Keluarga bahagia versi kami
76 Bab 76 : Let's Go!
77 Bab 71 Jalan-jalan sekaligus bulan madu
78 Bab 78 : Jalan-jalan sekaligus bulan madu part dua
79 Bab 79 : Candu Banget
80 Bab 80 : Ada apa ini?
81 Bab 81 : Bad Mood
82 Bab 82 : Masa lalu yang menyapa
83 Bab 83 : Semua jadi sasaran
84 Bab 84 : Alasan di balik Vio badmood
85 Bab 85 : Menularkan kebahagiaan
86 Bab 86 : Jadi masalah lagi
87 Bab 87 : Para shareholders
88 Bab 88 : Membumi
89 Bab 89 : Lega
90 Bab 90 : Mumet
91 Bab 91 : Bahagia itu diusahakan bukan dapat gratis
92 Bab 92 : Bukan ajang pamer diri
93 Bab 93 (Ending) : Bahagia selamanya
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Bab satu : Teman rasa Pacar
2
Bab dua : Sesuatu di pesta
3
Bab tiga : Nyenggol lagi
4
Bab empat : Dia, dia dan dia lagi
5
Bab lima : Ditolong orang itu
6
Bab enam : Semenarik itu
7
Bab tujuh : Bertemu Vio
8
Bab delapan : Gentleman
9
Bab sembilan : Mungkin ini yang terbaik
10
Bab sepuluh : Perasaan Dante
11
Bab sebelas : Dinner tak biasa
12
Bab dua belas : Makan malam yang menegangkan
13
Bab Tiga Belas : Andai bisa memutar waktu
14
Bab Empat Belas : Lebih baik selesai sekarang
15
Bab Lima Belas : Konfrontasi
16
Bab Enam Belas : Makna Dari Kesetiaan
17
Bab Tujuh Belas : Meleleh
18
Bab Delapan Belas : Kamu Cantik.
19
Bab Sembilan Belas : Menyeriusi Kamu
20
Bab Dua Puluh : Tugas yang mendebarkan
21
Bab Dua puluh satu : Persaingan
22
Bab Dua puluh dua : Oh ya udah kalo gitu, bye sayang.
23
Bab Dua puluh tiga : Nasi padang dan tentang Safira
24
Bab 24 : Adu ketegangan
25
Bab 25 : Membuat nyaman dan mengerti
26
Bab 26 : Mobil misterius
27
Bab 27 : Cerita tentang masa itu.
28
Bab 28 : Kita tak bisa memilih lahir darimana
29
Bab 29 : Berartinya Dirimu
30
Bab 30 : She's mine!
31
Bab 31 : Harus A
32
Bab 32 : Dicintai dengan ugal-ugalan
33
Bab 33 : Pertemuan tak terduga
34
Bab 34 : Belum seserius itu kok
35
Bab 35 : Ada apa dengan keluarga Mahendra
36
Bab 36 : Wisuda dan kejutan manis
37
Bab 37 : Curahan hati Amar
38
Bab 38 : Jangan berfikir aneh-aneh
39
Bab 39 : Kudu kuat-kuat mental
40
Bab 40 : Tidak bisa mundur lagi
41
Bab 41 : Terungkap
42
Bab 42 : Nggak sengajain buat pamer!
43
Bab 43 : Ancaman Asa
44
Bab 44 : Bibit pengkhianat
45
Bab 45 : Diperjuangkan
46
Bab 46 : Lamaran
47
Bab 47 : Bertemu Mama
48
Bab 48 : Menikah denganmu
49
Bab 49 : Landasan pacu
50
Bab 50 : Perjalanan menuju ke Eropa
51
Bab 51 : London dan pesonanya
52
Bab 52 : Masih tentang bulan madu
53
Bab 53 : Kehidupan baru dimulai
54
Bab 54 : Drama oleh-oleh
55
Bab 55 : Pasti kangen banget
56
Bab 56 : Penisirin!
57
Bab 57 : Kehabisan kata-kata
58
Bab 58 : Rumah baru kita
59
Bab 59 : Pindah ke rumah baru
60
Bab 60 : Bulan madu di rumah saja
61
Bab 61 : Klien Ter-rese
62
Bab 62 : Cemburu itu berat
63
Bab 63 : Diperkarakan
64
Bab 64 : Lawan tangguh
65
Bab 65 : Susahnya bilang maaf
66
Bab 66 : Aku nggak mandul!
67
Bab 67 : Menenangkan diri
68
Bab 68 : Jangan dengarkan omongan orang
69
Bab 69 : Nasi goreng termahal
70
Bab 70 : Permintaannya semakin aneh!
71
Bab 71 : Korban selanjutnya
72
Bab 72 : Ngidam jadi alasan
73
Bab 73 : Hello... Sydney!
74
Bab 74 : Bukan cinta terlarang
75
Bab 75 : Keluarga bahagia versi kami
76
Bab 76 : Let's Go!
77
Bab 71 Jalan-jalan sekaligus bulan madu
78
Bab 78 : Jalan-jalan sekaligus bulan madu part dua
79
Bab 79 : Candu Banget
80
Bab 80 : Ada apa ini?
81
Bab 81 : Bad Mood
82
Bab 82 : Masa lalu yang menyapa
83
Bab 83 : Semua jadi sasaran
84
Bab 84 : Alasan di balik Vio badmood
85
Bab 85 : Menularkan kebahagiaan
86
Bab 86 : Jadi masalah lagi
87
Bab 87 : Para shareholders
88
Bab 88 : Membumi
89
Bab 89 : Lega
90
Bab 90 : Mumet
91
Bab 91 : Bahagia itu diusahakan bukan dapat gratis
92
Bab 92 : Bukan ajang pamer diri
93
Bab 93 (Ending) : Bahagia selamanya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!