Episode 20

Kemajuan Sedikit demi sedikit

Hari berganti hari, minggu pun berganti minggu. pabrik terus berproduksi. Walaupun tak bisa sebanyak hasil produksi dulu akan tetapi setidaknya pabrik sudah bisa bekerja dan karyawan pun tidak jadi di PHK karena perusahaan menunjukkan grafik kemajuan sedikit.

Pesanan terus berdatangan karena hasil produksi mereka baik. Penjualan pun mulai membaik. Rani sedikit lega melihat hasil kerja mereka.

Para investor pun yang sejak awal ingin menarik uang mereka mengurungkan niatnya. Mereka akhirnya memberi kesempatan sekali lagi kepada Rani melihat hasil kerja Rani yang meulai menunjukkan kemajuan.

" Saya senang melihat usaha kamu. Walaupun penjualan kita tidak sebaik saat Pak handoko masih hidup, tetapi setidaknya kita masih bisa bertahan sampai saat ini". Kata salah satu investor kepada Rani pada rapat pemegang saham hari ini.

" Terima kasih, Pak!!". Ucap Rani sedikit tersenyum lega usahanya kini berbuah hasil.

" Tapi kamu jangan senang dulu. Saya memberi kamu kesempatan sekali lagi untuk memulihkan keadaan perusahaan ini. Bulan depan saya harus melihat peningkatan penjualan lagi. Walaupun tidak signifikan setidaknya bisa menutup operasional kantor dan mencicil hutang perusahaan kepada bank"." Kata investor yang satu lagi.

" Baik Pak.. Saya akan berusaha semampu saya." Jawab Rani

Setelah itu Rapat pemegang saham pun berakhir. Satu persatu mereka meninggalkan ruangan rapat dan kembali ke ruangan masing-masing.

Rani pun kembali ke ruangannya. Dilihatnya jam sudah menunjukkan Pukul 16.00 Wib.

" Hari ini aku mau pulang cepat. Aku mau ke rumah anak-anak. Sudah lama aku nggak ke sana. Semenjak masalah pabrik yang rumit, aku nggak pernah kesana lagi. Sekalian saja saya mau kasi uang bulanan pada Neh Imah untuk keperluan anak-anak". Batinnya..

Dia pun memanggil Sari Kasir perusahaan itu. Dia menekan nomor extension yang langsung terhubung ke ruangan Sari.

" Sari, tolong ke ruangan saya". Suruh Rani

" Baik Bu. saya kesana sekarang". Jawab Sari langsung bergegas ke ruangN Rani secepat mungkin.

Sesampainya di ruangan Bu Rani Sari mengetuk pintu sebelum masuk ke dalam.

" Masuk..!!". Ucap Rani

" Ada apa bu?". Tanya Sari

" Kamu duduk dulu". Suruh Rani lagi, Sari segera menggeser kursi lalu duduk di sana.

" Hari ini saya mau pergi ke rumah anak anak Pak Handoko. Tolong kamu siapkan uang tunai. Saya akan memberi ke mereka untuk biaya anak -anak itu bulan ini.". Perintah Rani.

" Kira-kira berapa bu?". Tanya Sari

" Siapkan seperti biasa saja. Tiga puluh juta rupiah." Kata Rani

" Baik Buk.." Jawab Sari.

Lalu dia pergi dari ruangan Rani menuju ruangannya sendiri, membuat kasbon pengeluaran yang harus di tanda tangani dan membawa uang yang diminta Rani, setelah itu kembali lagi ke ruangannya Rani.

Diluar terdengar suara orang mengetuk pintu.

"Masuk Sari..". Kata Rani yang mengetahui dengan pasti Sari lah yang memngetok pintu itu dan menyuruhnya masuk.

" Silahkan duduk". Lanjutnya..

" Ini bu, yang ibu suruh tadi". Katanya sambil menyerahkan uang yang diminta Rani tadi lalu Rani pun langsung menerima dan menghitung uang tersebut.

" Baik.. Sudah pas uangnya. Ada yang perlu saya tanda tangani?". Tanya Rani.

" Ada Bu". Kata Sari seraya menyodorkan kertas kasbon yang akan ditanda tangani Rani setelah mengambil uang itu sebagai tanda terima dan bukti pengeluaran uang.

" Sudah selesai". Rani menyodorkan kembali kertas yang sudah ditanda tangani nya.

" Baik bu. Apa ada lagi yang harus saya kerjakan?". Tanya Sari

" Tidak ada. Terima kasih Sari". Jawab Rani lagi

" Kalo begitu saya izin kembali ke ruangan saya lagi ya bu..". Sari izin kepada Rani

"Baiklah. Silahkan Sari". Kata Rani kepada Sari. Tanpa menjawab apapun Sari bergerak dari kursinya dan bangkit berjalan ke arah pintu dan keluar dari ruangan Rani dan kembali ke ruangannya sendiri.

Setelah Sari keluar, Rani memasukkan uangnya tadi ke tas dan menyelesaikan pekerjaannya sedikit lagi lalu menelpon supir untuk bersiap karena dia mau pulang. Lalu dia menutup laptop dan bangkit dari kursi kerjanya dan mengambil tas lalu keluar ruangan menuju lobby depan kantor. Supir kantor telah menunggunya tepat di depan lobby kantor. Melihat Rani keluar Pak Supir membukakan pintu lalu menyapanya.

" Selamat sore Bu Rani". Sapa pak supir

" Selamat sore Pak". Jawab Rani singkat seraya masuk ke dalam mobil tersebut.

" Kita kemana Bu?". Tanya supir lagi.

" Ke rumah Pak Handoko, Pak. Saya kangen sama anak-anak itu". Jelas Rani

" Baik Bu". Jawab Supir

Setelah itu supir melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang keluar dari area kantor menuju ke rumah Pak Handoko. Tak sepatah kata pun keluar dari kedua orang itu. Rani sibuk mengecek email tentang pekerjaan dari handphone sementara pak supir fokus menyetir agar tidak terjadi kecelakaan sesekali melirik Rani yang dibelakangnya sedang sibuk sendiri dengan handphone nya.

Tiga puluh menit kemudian mobil yang berisikan Rani itu pun sampai ke tempat yang dia tuju yakni rumah keluarga Pak Handoko. Dia diberitahu oleh supir bahwa dia telah sampai. Rani sama sekali tak sadar karena asyik dengan handphone nya.

Rani pun turun dan Pak supir izin langsung pulang ke rumah, Rani pun mengizinkannya. Lalu supir pun melaju pulang ke rumahnya sendiri.

Rani berjalan menuju pintu dan membunyikan bel yang ada di dekat pintu tersebut.

" Ehh.. Nak Rani.. Sudah lama tidak kesini". Sapa Nek Imah yang membukakan pintu untuk Rani.

" Sore Nek.. Apa kabar?". Sapa Rani langsung memeluk Nek Imah.

"Baik, Nak." Jawab Nek Imah.

" Anak-anak mana Nek. Saya sangat merindukan mereka.". Tanya Rani sambil celingak celinguk di dalam rumah mencari keberadaan ketiga anak itu.

" Oohh anak-anak. Lagi les dengan guru private nya di belakang Nak". Jawab Nek Imah.

" Ooo.. baiklah Nek. Kalo gitu kita ngobrol dulu di ruang tamu." Ajak Rani

" Baiklah". Mereka pun berjalan sambil bergandengan tangan menuju ruang tamu.

" Ada apa Nak, sepertinya kamu lagi senang". Selidik Nek Imah.

"Ayo Nek Imah duduk dulu. Nanti saya ceritakan". Kata Rani mengajak Nek Imah duduk di ruang tamu.

"Baiklah". Nek Imah menuruti maunya Rani.

Setelah duduk Rani menceritakan semuanya. Mulai dari usahanya untuk menyelamatkan perusahaan yang akhirnya sedikit membuahkan hasil dan alasan dia belakangan ini tidak sempat main ke rumah itu karena kesibukannya. Nek Imah mendengar semua penjelasan Rani dengan nada berbunga-bunga dan dengan semangat 45.

" Nenek ikut senang Nak." Kata Nek Imah

" Oh iya nek.. Ini uang bulanan untuk keperluan anak-anak.". Rani menyerahkan uang dua gepok uang seratus ribuan yang artinya dua puluh juta. Yang sepuluh juta lagi rencananya dia besok akan mengisi token listrik rumah itu, membayar uang sekolah anak-anak dan membayar tagihan air rumah itu.

Tugas Nek Imah di rumah itu hanya menyediakan makanan dan gizi buat anak-anak dan membayar keperluan rumah yang kecil kecil seperti uang siskamling, tagihan sampah dan keperluan mendadak anak-anak seperti membelo peralatan tulis atau membelikan sepatu atau baju anak-anak jika sudah tidak bisa dipakai lagi.

" Banyak sekali Nak.!!". Kata Nek Imah yang heran menerima uang itu.

" Itu untuk keperluan rumah dan anak-anak. Bisa juga nek Imah pakai manatau Nek Imah ada keperluan mendadak seperti kalo anak-anak tiba tiba sakit." Jelas Rani.

"Baiklah. Nak. Terima kasih". Nek Imah menerima uang itu dengan senang hati. setelah iti mereka bicara panjang lebar.

Beberapa menit kemudian guru private les anak-anak pamit pulang menandakan jam pelajaran telah selesai. Anak-anak berlari karena melihat ada Rani datang.

" Anak-anak.. Ayo simpan bukunya lalu mandi. setelah itu kita makan bersama dengan kak Rani." Kata Nek Imah menyuruh anak-anak mandi.

" Kamu juga mandi Nak. Nenek akan siapkan makan malam agar kita semua makan bersama". Ucapnya pada Rani

" Baik Nek". Rani dan ketiga anak itu serentak menjawab yang membuat semuanya tertawa dan bergegas ke kamar masing-masing untuk mandi setelah itu makan malam bersama.