Psikologis Dinar yang Berangsur Sembuh..
Sepulang dari Psikiater Dinar dan Nek Imah diantar Rani sampai ke rumah. Rani khawatir kalo Dika akan merengek dan menangis apabila dia tidak menemukan Nek Imah di setiap sudut rumah mereka. Memang saat ini Dika sangat dekat dengan Nek Imah. Hal itu dikarenakan memang Nek Imah sangat menyanyangi mereka dengan tulus dan ikhlas layaknya cucu sendiri.
Rumah sakit tempat psikiater itu praktek memang tidak jauh dari Rumah alm.Pak Handoko. Hanya butuh memakan waktu lima belas menit mereka pun sudah sampai di rumah. Nek Imah dan Dinar langsung turun. Berbeda halnya dengan Rani. Dia harus kembali ke kantor. Karena semenjak kematian pak Handoko kerjaan Rani memang jadi banyak. Rani harus menghadapi para investor di perusahaan itu.
Memang pada waktu almarhum Pak Handoko kembali buru- buru pergi sehingga kecelakaan maut itu terjadi penyebabnya adalah karena dia ingin secepat mungkin sampai di pabrik yang dilaporkan security pabrik tersebut kepada Pak Handoko.
Masalah kebakaran pabrik yang tadinya akan diurus oleh Pak Handoko terhenti karena acara penguburan Pak Handoko dan para investor masih memberi kesempatan pada perusahaan tersebut untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dan itulah yang sekarang yang membuat kepala Rani pusing tujuh keliling. Dia harus menghadapi komplenan dari para investor dengan ancaman akan menarik saham mereka.
Tapi Rani dapat menenangkan mereka dengan meminta mereka memberi Rani dan perusahaan Pak Handoko waktu 2 bulan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Karena pabrik tersebut memiliki asuransi dan Rani sedang berusaha mengklaim asuransi dan itu membutuhlan waktu yang tidak sesikit. Karena jasa dan kebaikan Pak Handoko para investor itu pun setuju memberi Rani waktu untuk menyelesaikannya.
Setelah menghadapi rapat yang menguras tenaga dan pikirannya itu Rani kembali ke ruangannya dan menghembuskan nafas kasar dan berusaha menenangkan dirinya.
Di rumah Pak Handoko..
Setelah pulang dari Rumah Sakit Dinar sedikit agak bisa tersenyum. Dia juga sesekali menanggapi candaan yang dibuat oleh adiknya Dika yang memang sangat menggemaskan itu dengan senyum seadanya. Akan tetapi, itu adalah perkembangan yang sangat besar menurut Nek Imah. Dia senang anak itu bisa tersenyum. Selama Nek Imah di rumah itu tidak sekalipun dia melihat Dinar senyum. Dinar hanya murung dan menyendiri. Tak pernah sekalipun dia menanggapi candaan saudaranya ataupun ketika Celyn kakaknya dan Dika mengajaknya bermain.
Nek Imah tersenyum lega dengan sedikit perubahan yang ditunjukkan Dinar setelah pulang dari rumah sakit. Setelah bermain cukup lama, Nek Imah menyuruh mereka mandi, makan malam lalu mereka pun shalat berjamaah. Nek Imah selalu menemani mereka dalam segala hal. Agar mereka tidak merasa sedih ataupun kesepian kekurangan kasih sayang.
Setelah shalat mereka berkumpul di kamar Nek Imah dan tidur di sana. Sebuah kebiasaan baru semenjak Nek Imah tinggal di rumah mereka. Nek Imah selalu membacakan dongeng setiap malam sebelum mereka tidur. Setelah mereka tidur baru Nek Imah tidur di tengah tengah dihujani pelukan dari mereka bertiga. Nek Imah tak pernah protes. Malah dia sangat senang anak-anak tersebut sangat sayang kepadanya.
Beberapa Minggu Kemudian...
Hari demi hari berlalu dengan begitu cepatnya. Tak terasa sudah lima minggu berlalu. Celyn, Dinar dan Dika juga sudah masuk sekolah kembali sejak satu bulan yang lalu. Mereka sudah menjalani kegiatan mereka seperti biasanya. Mereka tidak lagi bersedih. Mereka sudah bisa menerima kepergian orangtua mereka sedikit demi sedikit.
Setiap minggu Dinar diajak Rani dan Nek Imah untuk tetap konsultasi di Rumah Sakit tempat dr.Roni praktek. Setiap minggu ada saja perkembangan yang dirasakan dan dilihat Nek Imah di diri Dinar. Nek Imah selalu melaporkan perkembangan dan perubahan Dinar kepada dr.Toni dan Rani.
dr.Toni yang melihat perkembangan Dinar pun tersenyum senang. Sekarang Dinar sering sekali tersenyum dan sesekali tertawa lepas dengan saudara saudaranya. Mereka sering bercanda gurau bersama. Sering bermain bersama. Dinar juga sudah jarang menyendiri seperti dulu. Sekarang dia lebih suka bermain atau membantu Nek Imah membuat makanan untuk mereka.
Ya, tidak bisa dipungkiri perubahan Dinar tidak lepas dari kontribusi Nek Imah di dalam hidup mereka. Nek Imah bisa menjadi ibu sekaligus nenek dalam hidup mereka.
Sekarang walaupun Dinar harus tetap konsultasi kepada dr.Toni, itu bukan lagi sebagai pengobatan dasar akan tetapi hanyalah masa proses penyembuhan. Dinar sudah tidak merasakan perasaan bersalah lagi seperti sebelumnya. Dia hanya sesekali merindukan keberadaan orangtuanya.
Kehilangan sosok mereka tidak sepenuhnya bisa digantikan dengan kehadiran Nek Imah saja. Tetapi keberadaan nek Imah dapat mengisi sedikit kekosongan di jiwa mereka yang masih membutuhkan kasih sayang dan keberadaan orangtua mereka.
"Dinar, om dokter rasa pengobatan kamu sudah cukup. Perkembangan kamu sudah sangat pesat. Kamu tidak membutuhkan om dokter lagi. Kamu sudah sembuh sayang.". Kata dr.Toni kepada Dinar.
"Benar ya om. Dinar sudah sembuh?". Tanya Dinar.
" Benar sayang.. Kamu hanya perlu mengisi hari - hari kamu dengan kegiatan-kegiatan yang berguna. Jangan pernah membiarkan diri kamu dalam kekosongan. Kamu harus berinteraksi dengan saudara dan teman kamu. Supaya hidup kamu lebih berwarna dan melihat ke depan. Bahwa masa depan kamu di depan sana cerah dan indah." Jelas dr.Toni
" Iya om dokter" Jawab Dinar ceria
" Ingat ya sayang jangan sedih-sedih lagi. Biarlah orangtua kalian di sana tenang. Jangan pernah mengingat kejadian di masa lalu ya sayang.." Suruh dr.Toni.
" Iya om dokter ganteng". Jawab Dinar mengerlingkan matanya sambil tersenyum lebar.
Dr.Toni, Rani dan Nek Imah tersenyum melihat tingkah Dinar yang sekarang sudah berani menggoda dr.Toni dengan kata-katanya.
" Mbak Rani dan Buk Imah, kalian tidak perlu lagi membawa Dinar ke sini lagi untuk berobat kecuali hanya untuk berkunjung sesekali. Dinar sudah sembuh." Kata dr.Toni meyakinkan.
" Baik dok" Jawab Rani dan Nek Imah serentak.
" Saya akan mentransfer biaya konsultasi ya dok. Terima kasih atas pertolongan dokter." Kata Rani mengakhiri pembicaraan mereka.
" Baik mbak. Sampai ketemu di lain kesempatan ya mbak. Terima kasih telah mempercayakan saya sebagai Psikiater Dinar.". Kata dr.Toni
" *Terima kasih dok. Saya pamit dulu ya..". Izin Rani kepada dr.Toni.
"Dinar pulang dulu ya om.. Dadadada... dadada.. dokter ganteng*" Kata Dinar.
" Sampai jumpa lagi sayang. Ingat jangan sedih-sedih lagi ya.. Life must go on. Semangat!!!". dr. Toni memberi Dinar semangat.
" Baik dokter" Jawabnya terakhir kali.
Setelah itu mereka bertiga keluar dari ruangan dr.Toni dan menuju parkiran. Setelah masuk ke mobil, supir kantor Rani langsung membawa Dinar dan Nek Imah pulang ke rumah. Setelah itu supir mengantar Rani ke kantor. karena ada banyak pekerjaan yang menunggunya di sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 256 Episodes
Comments
IM Lebelan
semangat berkarya
2021-03-22
0
Wiselovehope🌻 IG@wiselovehope
🤗❤️Salam sayang dan like 4x dari "The Prince & I" kisah bersumber dari true story yang anti-mainstream, yuk kunjungi bagi yang belum pernah baca, siapa tahu suka ❤️🤗
2021-03-21
0
pinnacullata pinna
mampir thor Dan memberikan like this dukung juga novelku cinta adalah sebuah perjalanan yang indah 🙏
2021-03-20
0