Pengobatan Dinar..
Tujuh hari pun berlalu begitu cepat. Malam ini adalah malam terakhir tahlilan untuk mendoakan jenazah Pak Handoko dan Bu Tasya. Dalam tujuh hari Rani memang terlihat sibuk bolak balik kantor dan rumah Pak Handoko untuk mengurus segala sesuatunya. Dia memang sekretaris yang sangat handal dan cekatan.
Dia dapat mengurus dua hal berbeda dalam satu hari. Tak salah dahulu almarhum Pak Handoko mempercayakan segalanya pada Rani. Walaupun pada awalnya Pak Handoko ragu akan kemampuan Rani. Tapi setelah beberapa minggu, Rani sudah bisa menguasai semuanya dan berhasil beradaptasi dengan pekerjaan barunya. Dan terbukti hasil kerjanya sangat memuaskan.
Rani memang handal dalam segala hal. Celyn, Dinar dan Dika pun sangat sayang padanya. Karena di samping dia sangat cekatan dengan pekerjaan, dia juga memiliki hati yang lembut dan dapat dengan cepat berbaur dengan anaknya almarhum Pak Handoko. Syukurnya di saat Rani ke kantor ada Nek Imah yang juga menyayangi mereka dengan sepenuh hati. Jadi ketiga anaknya tidak terlalu sedih saat kehilangan orangtua mereka.
Akan tetapi ada hal yang menggangu pikiran Nek Imah yakni Dinar. Nek Imah selalu memperhatikan bahwa Dinar selalu diam dan murung sepertinya dia mengalami trauma yang lumayan besar atas kejadian yang menimpa orangtuanya. Dinar memang ada di tempat kejadian orangtuanya kecelakaan dan secara tidak langsung Dinar lah yang menjadi penyebab kematian orangtuanya. Dinar juga melihat dengan mata kepalanya sendiri mobil orangtuanya jatuh ke jurang dan meledak.
Nek Imah yang memperhatikan hal itu melaporkan kepada Rani sewaktu Rani datang berkunjung ke rumah tersebut.
" Nak Rani, saya mau bicara sebentar"Ucap Nek Imah saat melihat Rani agak santai.
"Ada apa ya Buk?" Tanya Rani.
"Begini, kamu tau kan beberapa hari ini saya menemani ketiga anak ini saat kamu bekerja. Saya melihat ada yang lain dengan Dinar. Sepertinya dia selalu murung dan sangat pendiam. Seperti mengalami trauma yang sangat dasyat. Apa kamu tau dia kenapa?" Tanya Nek Imah yang memang tidak tau kalo Dinar ada di kecelakaan yang menimpa orangtua nya itu.
" Iya Bu. Saya tau. Sebenarnya saya ingin membawa Dinar kepada seorang psikiater untuk menyembuhkan trauma yang dialaminya.". Jawab Rani.
" Memangnya Dinar trauma kenapa Nak?" Tanya Nek Imah penasaran.
" Dia trauma sejak kecelakaan yang menimpa kedua orangtuanya. Pada saat kejadian Dinar sedang berada di mobil dengan orangtuanya. Saat kecelakaan terjadi almarhum Pak Handoko sempat menolongnya dengan mengeluarkannya dari mobil sewaktu Pak Handoko masih sadar. Setelah menolongnya mobil mereka terjatuh ke jurang dan meledak. Dan Dinar melihat itu semua dengan mata kepalanya. Sejak kejadian itu sepertinya dia mengalami trauma yang sangat besar. Dia sepertinya merasa bersalah atas kematian orangtuanya."Jelas Rani panjang lebar.
"Ya ampun.. Kasian sekali Dinar. Anak sekecil itu sudah mengalami hal mengerikan seperti itu".Kata Nek Imah dengan mata nanar memandang Dinar yang sedari tadi duduk di sofa sambil memeluk boneka kesayangannya yang tak lain pemberian almarhum papanya.
" Rencana saya, setelah acara tahlilan pada hari ketujuh selesai saya ingin segera membawa dia ke psikiater untuk diobati. Saya kasian melihat dia seperti itu. Walaupun saya baru mengenal mereka beberapa hari, saya sangat menyayangi mereka. Saya tau mereka adalah anak yang luar biasa. Jarang ada anak-anak setegar dan sekuat mereka". Kata Rani yang disetujui dengan anggukan kepala Nek Imah.
Obrolan mereka tentang Dinar pun selesai. Nek Imah melangkah mendekati Nek Imah yang duduk di sofa dan memeluk bonekanya. Dengan penuh kasih sayang dan kelembutan Nek Imah memeluk Dinar tanpa sepatah kata pun. Tanpa terasa air mata Dinar keluar. Dinar mengeluarkan kesedihan yang tak dapat dia jelaskan dengan kata-kata. Dinar memeluk Nek Imah semakin erat. Nek Imah pun demikian. Nek Imah membelai kepala Dinar dengan lembut dan membiarkan Dinar tertidur dipangkuannnya setelah selesai menangis.
Dua Hari Kemudian..
Hari ini adalah hari yang indah. Hari yang sangat cerah. Rani pagi -pagi sudah datang ke rumah anak-anak tersebut. Kemarin dia sudah mengatakan kepada Nek Imah bahwa mereka akan membawa Dinar ke Psikiater. Untuk membantu pengobatan traumanya.
Nek Imah pun menyetujuinya dan meminta agar dia ikut supaya dia bisa mendengarkan penjelasan dokter akan apa yang harus Nek Imah lakukan untuk membantu penyembuhan Dinar.
Setelah sarapan bersama Rani memulai pembicaraan.
" Celyn, kakak hari ini mau ajak Dinar berobat ke Psikiater ditemani dengan Nek Imah. Apa kakak bisa minta tolong kamu menjaga Dika sebentar? Kamu kan tau sejak Nek Imah di sini Dika sangat dekat dengannya dan tak mau pisah dengan Nek Imah". Kata Rani memulai pembicaraan.
" Baik kak. Apapun akan Celyn lakukan agar Dinar bisa kembali ke keadaan nya seperti dahulu.". Jawab Rani.
"Kalo urusan Dika, kakak bisa serahkan kepada Celyn. Dika anak yang baik kok." Lanjutnya dengan sedikit membanggakan diri.
" Oke sayang.. Kakak percaya sama kamu". Kata Rani sambil mengerlingkan matanya.
Celyn tersenyum dengan kelakukan sekretaris papanya yang sudah dia anggap seperti kakaknya sendiri.
Tak berapa lama Rani, Nek Imah dan Dinar menaiki mobil dan pergi ke Rumah Sakit tempat Psikiater yang dipesan Rani. Beberapa menit kemudian mereka pun sampai. Rani langsung mengatakan ke perawat kalo dia sudah buat janji ke dokter Roni Psikiater anak tersebut atas nama Rani. Terlihat perawat tersebut menelepon dokter yang dimaksud lalu menyuruh mereka masuk.
"Pagi, Dok. Kenalkan saya Rani. Saya yang semalam buat janji dengan anda. Dan ini Nek Imah. Disampingnya Dinar. Dialah yang akan berkonsultasi dengan anda Dok.". Terang Rani.
" Selamat Pagi. Silahkan duduk. Santai saja tidak perlu terlalu formal." Jawab dr.Roni mencairkan suasana. Mereka bertiga pun duduk di sofa yang ada di ruang praktek dokter tersebut.
"Halo Dinar cantik.. Apa kabar sayang? Kenapa mukanya ditekuk terus? Nanti cantiknya berkurang loh". Sapa dr.Roni kepada Dinar calon pasiennya itu.
Dinar ýang mendengar perkataan dokter tersenyum sedikit.
" Bisa tolong tinggalkan kami berdua saja?" Pinta dr.Roni kepada Rani dan Nek Imah.
" Tentu, dok." Jawab Rani seraya meninggalkan ruangan itu dan menunggu di ruang tunggu dokter tersebut.
Setelah menunggu kira-kira tiga puluh menit. dr.Roni menelpon perawat yang ada di ruang tunggu dan menyuruh memanggil Rani dan Nek Imah masuk.
" Keluarga Dinar. disuruh doktet masuk ke dalam" Katanya seraya berjalan ke arah pintu dan membuka pintu itu agar Rani dan Nek Imah masuk ke dalam.
Di dalam dokter Roni menjelaskan kalo Dinar itu hanya merasa bersalah kepada orangtuanya. Dinar bilang kalo dia tidak merengek dan menyuruh papanya balik ke tempat liburan mereka hal ini tidak akan terjadi. Dokter Roni menyimpulkan trauma yang dialami Dinar tidak terlalu parah. Dia hanya perlu diajak cerita berbagi perasaan sampai perasaan bersalahnya hilang.
Dokter menyarankan agar Dinar tetap konsultasi seminggu sekali sampai keadaannya membaik. Dan dokter sangat yakin Dinar akan cepat sembuh dari traumanya. Dia hanya perlu perhatian dan hujani dia dengan kasih sayang.
Setelah mendengar perkataan doktet tersebut Rani dan Nek Imah tenang. Mereka berjanji akan selalu menemani Dinar dan membawanya kembali ke Rumah Sakit minggu depan. Dan Akhirnya mereka pun pamit pulang kepada dr. Roni.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 256 Episodes
Comments
April Lekha
hai kak, semangat terus, aku bawa like😊
2021-04-24
0
Whiteyellow
lanjut
2021-03-22
0
Wiselovehope🌻 IG@wiselovehope
🤗❤️Salam sayang dan like 3x dari "The Prince & I" kisah bersumber dari true story yang anti-mainstream, yuk kunjungi bagi yang belum pernah baca, siapa tahu suka ❤️🤗
2021-03-21
1