2.Kejadian sebelum terungkap.

Harapanku selama ini tidak pernah muluk-muluk, asalkan semua rencana berjalan dengan lancar saja sudah 'Alhamdulilah' banget. Jadi saat kedua orang tuaku dan keluarga mas Kaisar akhirnya sudah setuju, pernikahan kami pun akan digelar secepatnya, mungkin karena umurku yang sudah tak lagi muda, dan sepertinya orang tuaku yang sudah tak tahan dengan kata 'nyinyiran' dari tetangga yang mengatakan aku adalah barisan dari calon perawan tua.

"Dek, kamu yakin mau menikah secepat itu?"

Hari ini kata orang jaman dulu 'wakuncar', walau terkesan lebay tapi aku suka, ketika malam mingguku kini tak sendiri lagi.

"Iya, emang kenapa mas? Apa mas keberatan?" Senyumku selalu mengembang jika menatap wajahnya, seolah rasa syukurku tak pernah putus-putus setelah aku mengenalnya.

"Bukan keberatan Dek, tapi persiapannya bagaimana kalau mendadak seperti itu?" Bahkan menurutku wajahnya terlihat bersinar, walau lampu teras kami tak begitu terang dan Bulan seolah menjadi saksi bisu betapa bahagianya aku malam ini karena kehadirannya.

"Pernikahan kita bukannya di gedung besar dan dihadiri puluhan ribu undangan mas, jadi aku tidak masalah, lagipula keluarga kita sudah sama-sama setuju kalau pernikahan kita digelar minggu depan, karena katanya juga tanggal baik dibulan ini hanya itu."

Ada banyak perhitungan tanggal ditempat kami jika ingin menikah, karena tidak boleh bertepatan dengan hari kematian dari anggota kedua keluarga besar kami.

Bukan bermaksud musyrik atau apapun itu, tidak percaya pun tidak masalah, namun apa salahnya kami mengikuti tradisi turun temurun dari keluarga kami, karena harapan kami pernikahan ini juga untuk kebaikan kami semua.

"Kamu yakin sudah siap?"

Dia seolah meragukan ketulusanku terhadapnya yang sesungguhnya tidak main-main.

"Yakin banget, eh.. gimana kalau kita bahas ini sambil jalan-jalan saja, itung-itung sambil ngedate diluar gitu mas, yuk?"

Keinginanku sebagai seorang gadis tak pernah aneh-aneh hanya ingin memadu kasih layaknya insan muda yang lainnya diluar sana.

"Dirumah aja Dek, lagian mas capek baru pulang kerja, dirumah kamu ini juga tempatnya nyaman kan?"

Berulang kali dia menoleh kearah pintu utama kami, namun pikiranku masih positif, tidak memikirkan jalan pemikirannya yang entah dibawa kemana.

"Iya, tapi kan--?" Namun aku sadar diri, bahwa tidak semua yang kita inginkan terpenuhi, karena begitulah yang dinamakan Takdir hidup.

"Oh ya, tadi mas beli kue, kamu bawa masuk dulu sana, kasih sama orang tuamu, katanya kemarin adikmu juga paling suka kue itu."

Dia menyodorkan satu paperbag yang aku terima tadi, sebenarnya aku tidak begitu suka makanan manis, lebih suka yang gurih-gurih, namun karena ini pemberian dari mas Kaisar, tentu aku terima dengan suka cita dan akan memakannya dengan riang gembira.

"Kue apa sih ini?" Aku sedikit mengintip isi didalamnya yang sudah mengeluarkan bau wangi.

"Mas mau numpang ke kamar mandi dulu boleh nggak Dek?" Tiba-tiba dia sudah berdiri dan hendak menuju pintu rumahku.

"Boleh dong, sekalian aku buatin minum yuk?" Bahkan aku seolah sudah tidak sabar untuk melayani makan dan minumnya, layaknya permaisuri dihatinya.

"Hm." Dia hanya menganggukkan kepalanya sekilas dan seolah terburu-buru pergi ke kamar mandi, tanpa menoleh kembali, padahal aku berharap dia mengedipkan matanya sedikit kearahku, biar aku bisa bilang 'so sweet' tapi ya sudahlah, mungkin harapanku terlalu lebih untuk hal yang sebenarnya sepele itu.

"Eh Bang Kaisar datang? Sudah dari tadi Bang?"

Sebenarnya aku senang jika keluargaku bisa mudah akrab dengan calon imamku, karena kita akan menjadi saudara nantinya, tapi entah kenapa berulang kali dadaku sedikit terasa sesak jika Irma terlalu mengumbar pesona dihadapan Mas Kaisar, mungkin karena dia lebih cantik daripada aku, namun aku selalu meyakinkan diri bahwa cantik saja tidak cukup untuk membina sebuah hubungan rumah tangga yang harmonis, contohnya para artis yang sudah tidak diragukan lagi tampangnya, ternyata banyak juga yang akhirnya bercerai diluar sana.

"Su-sudah Dek, eh maaf, em--"

Lagi-lagi Mas Kaisar kembali menundukkan pandangannya, membuat aku berharap bahwa calon imamku itu sedang berusaha menjaga pandangannya dari wanita lain, walau itu adikku sendiri.

"Panggil Irma aja, nggak usah sungkan." Ucap Adikku yang selalu memamerkan barisan giginya yang sudah berganti warna behelnya lagi.

"Iya sih Mas, lagi pula umur bocah ini masih kecil, santai aja kayak sama siapa aja." Aku yang sengaja menyimak obrolan mereka ikut menimpali dari arah ruang dapur.

"Enak aja, aku udah gede ya, eh.. itu kue apa Mbak?" Tanpa basa-basi ratu media sosial itu langsung menyambar paperbag berisi kue tadi.

"Kue rainbow dari mas Kaisar." Jawabku sambil meracik kopi hitam kesukaan mas Kaisar.

"Wow, kue kesukaan aku banget itu, mau dong." Dengan tanpa segan dia langsung membuka kotak itu dan menyantapnya sambil berdiri, sungguh tidak sopan sekali, tapi mau bagaimana lagi, tingkahnya memang seperti itu dalam kesehariannya.

"Hus, kamu ini nggak sopan banget, yang ngasih aja belum makan." Aku sendiri yang malu, namun Irma malah terkekeh saja, sambil terus mengunyah kue itu.

"Nggak papa, itu memang aku beli buat kalian, silahkan dinikmati." Dan begitulah sifat mas Kaisar, yang seolah tak pernah marah, idamanku banget pokoknya.

"Bang, nanti kita main catur lagi yuk, tapi kali ini aku mau sambil live dikanal media sosial, soalnya aku belum update juga hari ini." Celetuk Irma dengan kedua matanya yang tertuju kearah Kaisar, membuatku serasa ingin mencongkel saja kedua biji matanya itu.

"Boleh."

Dan sialnya, ternyata pangeran tampan idamanku itupun tak menampiknya, sepertinya hatinya memang terlalu lembut untuk menolak 'cegil' seperti adekku itu.

"Tapi nanti Abang ngalah ya, biar ratingku naik, hehe."

Kerjaannya memang begitu setiap harinya, namun hasil uangnya bahkan berlipat ganda dari hasil gajiku setiap bulannya.

"Siap."

"Mas, kita kan mau ngobrolin rencana pernikahan kita, kok malah jadi main catur sih?" Aku sedikit iri karenanya, menurutku persiapan pernikahan itu lebih penting bagi kami.

"Bentar aja mbak, pinjam Bang Kaisar buat live doang, aku kehabisan bahan nih, nanti kalau nggak update penghasilanku kurang, mau apa jatah dapur aku kurangin, mana harga beras lagi naik loh ini, sedangkan kita butuh beli beras banyak buat menjamu tamu di resepsi pernikahan kalian." Ucapannya terdengar sombong, walau sebenarnya itu kenyataan.

"Sebentar aja Dek, paling nggak nyampai dua jam juga kalau main catur kan?" Rasa hati mau membantah, tapi apa daya, wajah tampannya itu selalu saja melemahkanku.

"Tapi Mas?"

"Sudahlah, lagipula katamu pernikahan kita nggak mewah-mewah banget, jadi pasti masih banyak waktu lagi untuk membahas hal itu, okey?"

"Ck, ini gimana sih konsepnya?"

Kedua alisku seolah sudah menyatu, jawabannya seolah membuat moodku hancur, tapi aku tidak mau merengek dihadapannya, karena aku tidak mau meninggalkan kesan buruk dari diriku.

"Pinjam bentar Mbak, yaelah pelit amat jadi orang, sana bantuin Ibu bersih-bersih ruang belakang saja, besok keluarga besar kita mau datang, mau bantuin persiapan pernikahan kalian."

"Nggak papa kan Dek, atau kamu marah sama Mas karena hal ini?"

Entah mengapa calon imamku seolah membela adikku, atau mungkin ini hanya perasaanku saja.

"Tentu saja tidak, have fun main caturnya ya."

Sebenarnya itu membuatku kesal, aku ingin sekali merasakan dicintai pria secara ugal-ugalan, tapi mau gimana lagi, kita punya keinginan tapi semesta punya kenyataan, aku juga tidak mau menunjukkan kedua taringku ini dihadapan Kaisar, apalagi hari pernikahan kami tinggal menghitung hari saja, aku tidak mau ribut hanya karena hal kecil dan sepele.

Lagipula mereka hanya main catur untuk konten saja pikirku, itu juga sangat membantu kanal media sosial adikku, karena katanya Irma juga mau mengeluarkan uang dari tabungannya cukup banyak untuk membantu biaya pernikahan kami nanti.

Ibarat kata, jika terus diaduk maka akan semakin keruh dan hitam. Namun jika didiamkan ia akan jernih dengan sendirinya, intinya berusaha tetap tenang dan sabar saja, insyaallah akan menemukan hikmah tersembunyi suatu saat nanti.

Terpopuler

Comments

@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈

@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈

jangan terlalu percaya sama mereka berdua kayaknya mereka bakalan selingkuh deh

2024-07-01

2

Anik Trisubekti

Anik Trisubekti

Bechhh gatel bener si Irma

2024-06-29

2

Wisang Geni

Wisang Geni

behhhhh dalam bgt nih kata2 nya kakak othor,ini yg plng aku suka d semua novel kakak,makjlebbbbb😘😘😘😍😍😍"kita punya keinginan tp semesta punya kenyataan....menyala othor ku🔥🔥🔥

2024-06-27

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!