sahabat dalam kegelapan

Pagi itu, Kartala merasa ada sedikit beban yang terangkat dari pundaknya. Dia bertemu Reza dan Sarah di kafe kecil dekat kampus.

Mereka mulai merencanakan langkah-langkah berikutnya dengan lebih hati-hati dan terencana. Percakapan mereka berlangsung serius, namun ada semangat yang menyala di mata mereka.

"Kita butuh seseorang yang beneran bisa jadi saksi," kata Reza sambil menyesap kopi hitamnya. "Seseorang yang berani ngomong dan dukung kita."

Sarah mengangguk setuju. "Gue kenal dosen yang mungkin bisa bantu. Dia selalu peduli sama masalah mahasiswa dan nggak takut buat berdiri lawan ketidakadilan."

Kartala merasa sedikit lega mendengar itu. Dia mulai merasakan harapan baru berkat dukungan teman-temannya. Meskipun ketakutan masih menghantuinya, Kartala tahu bahwa dia tidak sendirian dalam perjuangannya. Dukungan Reza dan Sarah memberikan dia kekuatan untuk terus berjuang.

Hari-hari berikutnya, mereka mulai mencari bukti tambahan dan berbicara dengan beberapa mahasiswa lain yang mungkin bersedia menjadi saksi. Mereka juga menghubungi dosen yang disebut Sarah, seorang wanita paruh baya bernama Ibu Ratna, yang terkenal tegas dan adil.

Ketika Kartala menceritakan pengalamannya kepada Ibu Ratna, dia merasa ada beban yang lepas. Ibu Ratna mendengarkan dengan penuh perhatian dan memberikan dukungan moral yang kuat. Mata Ibu Ratna bersinar dengan semangat keadilan yang tulus.

"Kartala, kamu harus tahu bahwa ketidak adilan tidak boleh dibiarkan begitu saja. Saya akan membantu semampu saya," kata Ibu Ratna dengan tegas.

Mendengar itu, Kartala merasa lebih yakin untuk melanjutkan perjuangannya. Bersama dukungan dari Reza, Sarah, dan Ibu Ratna, Kartala merasa memiliki kekuatan baru untuk melawan intimidasi Bhanu dan gengnya.

Mereka mulai merencanakan untuk mengumpulkan bukti tambahan dan membuat strategi yang lebih kuat untuk memastikan Bhanu dan gengnya mendapatkan hukuman yang setimpal.

Setiap hari, Kartala, Reza, dan Sarah berusaha lebih keras untuk mengumpulkan bukti.

Mereka menyusun strategi, berbicara dengan mahasiswa lain yang mungkin mengalami hal yang sama, dan terus berkomunikasi dengan Ibu Ratna. Proses ini tidak mudah, banyak yang takut untuk berbicara, tetapi Kartala bertekad untuk terus maju.

Suatu hari, ketika mereka sedang berkumpul di kafe, Sarah datang dengan wajah cerah. "Gue berhasil ngajak beberapa mahasiswa yang bersedia jadi saksi! Mereka siap ngasih kesaksian mereka."

Kartala merasa harapan semakin besar. "Makasih, Sarah. Ini bener-bener berarti buat gue," kata Kartala dengan suara yang penuh emosi.

Reza menambahkan, "Kita juga harus pastiin bukti yang kita punya cukup kuat. Gue bakal ngobrol sama temen-temen gue di jurusan Teknologi Informasi. Mereka bisa bantu kita verifikasi rekaman dan pastiin semuanya sesuai prosedur."

Kerja sama mereka semakin kuat. Mereka mulai merencanakan pertemuan dengan para saksi dan menyiapkan segala sesuatunya dengan teliti. Mereka tahu bahwa ini adalah kesempatan mereka untuk mengakhiri intimidasi yang dilakukan Bhanu dan gengnya.

Setiap malam, Kartala menulis di buku hariannya, mencatat setiap langkah yang mereka ambil.

Menulis menjadi caranya untuk menenangkan diri dan merenungkan perjuangannya. Dia tahu bahwa ini tidak hanya tentang dirinya, tetapi tentang semua orang yang pernah menjadi korban intimidasi dan kekerasan.

Suatu malam, setelah pertemuan dengan para saksi, Kartala duduk di kamarnya sambil menulis. Dia teringat kembali masa-masa sulit yang sudah dilaluinya.

Air mata mengalir di pipinya, tetapi kali ini, air mata itu adalah air mata kebahagiaan dan kelegaan. Dia merasa bahwa ada cahaya di ujung lorong yang gelap.

Keesokan harinya, Kartala bertemu Reza dan Sarah di kafe yang sama. Mereka bertiga duduk bersama dan mendiskusikan langkah-langkah terakhir yang harus diambil.

"Kita harus segera ngajuin laporan ke pihak kampus," kata Reza. "Dengan semua bukti dan kesaksian yang kita punya, kita bisa pastiin Bhanu dan gengnya dapet hukuman yang setimpal."

Kartala mengangguk setuju. "Gue siap. Gue nggak akan mundur sekarang."

Sarah menambahkan, "Ibu Ratna juga udah siap ngasih dukungan. Kita harus pastiin bahwa laporan kita didengar dan ditindaklanjuti."

Hari itu, mereka bertiga berjalan menuju kantor administrasi kampus dengan kepala tegak. Mereka menyerahkan semua bukti dan kesaksian yang sudah dikumpulkan. Petugas administrasi menerima laporan mereka dengan serius dan berjanji akan segera menindaklanjutinya.

Setelah menyerahkan laporan, Kartala, Reza, dan Sarah duduk di taman kampus. Mereka merasa beban yang sedikit terangkat dari pundak mereka. Mereka tahu bahwa perjuangan belum selesai, tetapi mereka merasa lebih kuat karena mereka bersama-sama.

"Kalian adalah sahabat terbaik yang pernah gue punya," kata Kartala dengan mata yang berkaca-kaca. "Makasih karena selalu ada buat gue."

Reza tersenyum dan menjawab, "Kita semua saling dukung. Itulah arti sahabat" meskipun hatinya menginginkan ucapan yang lebih dari kartala, bukan hanya sekedar teman.

Hubungan yang semakin dekat menimbulkan perasaan lebih di hati Reza, sikap Kartala yang lembut dan baik membuat Reza semakin nyaman ada di dekatnya. Reza ingin melindungi Kartala lebih dari seorang sahabat.

Sarah menambahkan, "Kita bakal terus berjuang bareng. Apapun yang terjadi, kita nggak akan biarin ketidakadilan menang."

Hari-hari berikutnya penuh dengan ketegangan dan harapan. Mereka menunggu keputusan dari pihak kampus. Prosesnya memakan waktu, tetapi mereka tidak kehilangan semangat. Mereka tahu bahwa perjuangan mereka adalah untuk kebaikan bersama.

Suatu pagi, Kartala menerima panggilan dari pihak kampus. Dia diminta untuk datang ke kantor administrasi. Dengan hati yang berdebar, Kartala mengajak Reza dan Sarah untuk menemani. Mereka berjalan bersama menuju kantor, merasakan campuran antara kecemasan dan harapan.

Di kantor administrasi, mereka bertemu dengan dekan dan beberapa staf kampus. Dekan membuka pertemuan dengan kata-kata yang tegas.

"Setelah meninjau semua bukti dan kesaksian yang sudah diajukan, kami memutuskan bahwa tindakan Bhanu dan temannya adalah pelanggaran serius terhadap peraturan kampus. Mereka akan dikenakan sanksi yang sesuai."

Kartala merasa beban berat terangkat dari pundaknya. Dia tidak bisa menahan air mata kebahagiaan yang mengalir di pipinya. Reza dan Sarah memeluknya dengan hangat, merasakan kebahagiaan yang sama.

Dekan melanjutkan, "Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada kalian bertiga karena sudah berani melaporkan kejadian ini. Keberanian kalian menjadi contoh bagi mahasiswa lainnya."

Setelah pertemuan itu, Kartala merasa lega, satu masalah dapat teratasi dengan baik.

Dengan dukungan dari sahabat-sahabatnya dan keputusan dari pihak kampus, dia merasa bahwa perundungan yang ia dapatkan selama ini perlahan mulai hilang.

Malam itu, Kartala kembali menulis di buku hariannya. Dia menulis tentang betapa beruntungnya ia memiliki sahabat seperti Reza dan Sarah. Reza dan Sarah selalu membantu Kartala dalam hal apapun. Seperti hal nya ketika Bhanu membullynya, mereka berdualah yang selalu ada di garda terdepan. Sudah seperti superhiro.

Terpopuler

Comments

Hiatus

Hiatus

alurnya, menarik

2024-07-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!