Setelah makan malam, aku lantas pamit pada Mama, untuk memberikan Asi pada Kaila yang sejak tadi sudah merengek-rengek. Mama pun menyuruhku untuk langsung beristirahat. Katanya, biar piring kotor Mama yang cuci. Ah, ibu mertuaku memang sangat pengertian.
Aku meletakkan Kaila di atas ranjang dan bersiap akan memberikannya Asi. Sementara Kinan masih di depan televisi bersama Papa. Biasanya kalau sudah duduk dengan Opanya di depan TV, Kinan pasti tertidur.
Tiba-tiba, aku mendengar suara pesan masuk di ponsel Mas Radit. Ponsel itu ia letakkan di atas bantal tidurnya. Layarnya menyala saat ada notifikasi yang muncul.
Aku pun melihat ke arah pintu, Mas Radit tidak terlihat datang dan mengambil ponselnya. Aku pun melirik sepintas ke layar ponselnya itu. Ternyata ada pesan whatsapp yang masuk. Aku jelas bisa membaca pesan tersebut tanpa perlu membukanya.
"Mas kamu dimana?" tulis pesan itu.
Awalnya aku biasa saja, tidak menaruh curiga sama sekali. Barang kali dia teman kantor mas Radit. Namun saat ku lirik jam di dinding kamar, sudah pukul 22:00. Nama pengirimnya Bianca.
Ada perlu apa wanita ini menanyakan dimana suamiku malam-malam begini ?
Tak lama, ku dengar suara gagang pintu kamar dibuka. Mas Radit ternyata datang dan mengambil ponselnya. Ia melirik ku sepintas.
"Kamu cek ponselku? " tanyanya dengan nada sinis.
"Enggak kok, ngapain aku ngecek ponsel mas? Aku juga punya ponsel, Mas," jawabku seolah cuek.
Dia lalu pergi keluar kamar. Aku menarik nafas dalam. Untung saja tidak ketahuan. Gumamku.
Setelah Kaila tidur, aku lalu pergi ke dapur. Ku lihat Mama sedang mencuci piring.
"Ma ... ngapain sih? Udah biar Kalista aja besok yang cuci." Aku jadi tidak enak dengan Mama mertuaku.
"Udah nggak apa-apa, di sana juga kan Mama biasa cuci piring sendiri." Jawab Mama.
Mama mertuaku memang wanita yang mandiri, padahal Mama kaya raya. Di rumah Mama juga ada dua asisten rumah tangga. Namun tiap kali kami main ke sana, aku selalu melihat Mama banyak melakukan pekerjaan rumah sendiri. Seperti memasak dan mencuci piring. Mbok Yem yang tinggal bersama Mama hanya bantu bersih-bersih saja.
"Ma .... " Panggil ku lirih.
"Iya ada apa? " jawabnya lembut.
"Mas Radit ... pernah punya mantan nggak?"
Tiba-tiba Mama menghentikan tangannya dari memegang piring kotor.
"Kenapa kamu tiba-tiba nanya.gitu? " Mama malah balik bertanya.
"Yah... Secara kan mama tau sendiri, Mas Radit itu orangnya kayak gimana, dia kaku, dingin, emosian. Ya kalista penasaran aja. Apa ada yang pernah menjadi cintanya mas Radit? " Jelasku
"Dulu sih ada. Tapi Mama uda lupa namanya. Uda lah, jangan bahas masa lalu. Nanti dia denger, dia marah lagi sama kamu. " Mama mengingatkanku.
"Lagi bahas apa? " Tiba-tiba mas Raditya sudah berdiri dibelakang kami. Aku tersentak. Astaga, kaget aku. Bisik hatiku.
"E, ini mas. Lagi bahas liburan sekolah Kinan nanti enaknya kemana ya? " Kataku bohong sambil nyengir. Mama mengerlingkan matanya padaku dan menahan tawa.
Mas Radit mengambil air minum di dispenser. Lalu berlalu begitu saja meninggalkan dapur tanpa menjawab pertanyaan ku. Dasar kulkas dua pintu.
Aku kembali menghadap ke wastafel. Lalu membantu Mama memindahkan piring-piring yang sudah bersih ke lemari.
"Ma... " Panggilku lagi.
"Apa lagi? " Jawab Mama.
"Kok dulu mas Radit mau ya nikah sama Kalista. Padahal, mas Radit belum kenal Kalista, ngeliat Kalista aja cuma sekali sebelum akad." Tanyaku penasaran.
" Kamu ini, anak sudah dua. Nikah juga uda mau satu windu, sekarang baru nanya masalah itu. Kalista, Kalista...sudah jangan bahas yang aneh-aneh lagi. Kamu mau Radit dengar, trus dia tersinggung dengan pertanyaanmu? Kalau dia mau menikah denganmu, artinya ya memang dia suka sama kamu. " Jelas Mama.
"Udah tidur sana. Liat Kaila, kali aja dia bangun." Mama lalu pergi meninggalkanku yang masih bersandar di meja wastafel.
Kalau dipikir-pikir sih, Mama benar. Mana mungkin mas Radit mau menikah denganku jika dia tidak menyukaiku. Ah, mungkin aku terlalu banyak nonton drama indosiar.
...****************...
Sudah tiga hari mertuaku di rumah kami. Sekarang mereka akan kembali ke rumah dikampung. Aku dan Mas Radit mengantar Mama dan Papa mertua sampai ke teras rumah. Mereka akan pulang hari ini. Aku sedih, karena setelah mereka pulang, aku pasti akan melihat gelagat arogan Mas Raditya lagi. Sebenarnya aku sudah terbiasa, mendengar teriakan dan umpatan-umpatannya, namun bagaimana dengan anak-anakku? Apakah mereka juga bisa memaklumi watak buruk ayah mereka?
"Nanti kalau uda sampai, Mama kabari Kalista ya.. " Kataku sambil menyalim tangan Mama dan Papa.
"Iya, kamu baik-baik ya disini. Jaga anak-anak." Pesan Mama. Mama lalu menoleh ke Mas Radit.
"Dit, baik-baik sama istrimu. Awas aja kalau sampai Mama dengar, kamu suka marah-marah lagi." Mama memberikan warning lagi pada Mas Radit. Seorang ibu tentu tahu persis bagaimana anaknya.
"Tenang aja Ma. Kami bakalan baik-baik aja kok." Mas Radit tiba-tiba merangkulku dari belakang sambil tersenyum sumringah yang ku tahu itu adalah sandiwaranya.
Dasar, tukang bohong! Aku pun melempar senyum pada Mama.
"Oh ya, masalah cabang usaha yang Papa bilang kemarin, nanti akan segera Papa urus. Pokoknya nanti, Kalista yang bantu Papa ya? " Kata Papa sambil menepuk lengan atasku.
Aku pun tersenyum. Aku tak menduga bisa mendapatkan mertua sebaik mereka, yang sangat jauh sekali gennya dengan anaknya. Apa mungkin suamiku ini anak adopsi? Gumam ku dalam hati.
Mas Radit memasukkan tas serta koper Mama dan Papa ke dalam bagasi mobil. Aku yang sedari tadi menggendong Kaila terus melambai-lambaikan tangan pada mereka.
"Oma pulang ya Kaila... Salam cium dan peluk untuk kak Kinan ya? " Teriak mama dari dalam mobil.
"Dada Opa...dada Oma... " Kataku saat mobil Mama dan Papa sudah bergerak keluar pagar rumah dan kemudian melaju pergi meninggalkan kami.
Mas Radit menutup pintu pagar. Aku masih bermain-main dengan Kaila di kursi teras. Mas Radit menghampiri kami. Aku memejamkan mata agak lama. Bersiap untuk mendengarkan omelannya.
"Jangan lagi mas dengar kamu nanya-nanya masalah mantan mas sama Mama. Mas nggak suka. Paham kamu? " Katanya dengan nada tegas dan marah.
Ya Allah, tenyata mas Radit dengar pembicaraan aku dan Mama kemarin. Matilah aku. Aku bergegas bangkit dan memegang lengannya. Mas Radit menatap ku tajam.
"Maaf ya mas... " Kataku lirih. Namun mas Radit tak berkata sepatah kata pun. Dia melepaskan pegangan tanganku dan berlalu begitu saja.
Aku lagi-lagi hanya bisa menarik nafas dalam. Emang salah ya aku tanya perihal mantannya? Kan biasa, kalau kita sudah menikah, terus bercerita tentang masa lalu. Ketawa-ketiwi, lucu-lucuan. Tapi sepertinya mas Radit sangat sensitif saat aku kepo tentang mantannya. Ada apa sih mas? Tanyaku dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Lia Safitri
suami mu ada selingkuh han nya mana nya kasar gitu
2024-12-17
1
Uthie
Jangan-jangan yaa mantan nya itu... 😤
2024-08-23
1