BAB 13

Hari yang dinanti-nanti setelah sekian lama akhirnya tiba. Saat ini Felix sedang duduk di hadapan penghulu dengan tangan yang hendak Ijab Qabul.

"SAH!" ucap para saksi saat Felix sudah melantangkan suaranya menikahi Shireen.

Mendengar kata SAH membuat Shireen menitikkan air mata. Ia tak menyangka Felix cinta pertamanya kini sudah menjadi suaminya. Shilla memeluk putri tunggalnya itu sembari mengusap punggung Shireen.

"Sekarang kamu sudah menjadi istri. Semua perkataan Tuan Muda Felix harus kamu ikuti Nak," ucap Shila. Shireen tak bisa berucap apa-apa hanya tangisan yang terdengar.

"Ayo Mama antar ke bawah!" Shireen mengangguk dan perlahan turun kebawah.

Semua mata tertuju pada Shireen yang amat cantik, bahkan Felix ternganga melihat kecantikan wanita yang sudah menjadi istrinya itu.

"Sudahi ekspresi wajah itu. Nanti malam kau juga akan merasakannya," ucap Shaka yang jahil.

"Apaan sih, Pi!" dengus Felix yang malu-malu.

Shireen duduk di samping Felix yang sudah di panggung pelaminan.

"Kamu cantik sekali, sayang!" ucap Felix memuji Shireen.

"Kamu juga sangat tampan," Shireen menatap Felix penuh cinta begitupun sebaliknya.

Pernikahan mereka digelar dengan sangat mewah. Ribuan tamu menghadiri pesta pernikahan Shireen dan Felix. Hari sudah semakin larut tetapi tamu tak kunjung selesai.

"Apa masih lama ya? Aku sudah capek!" ucap Shireen.

"Entahlah aku pun sudah merasakan lelah," ucap Felix yang masih menyalami tamu-tamu yang datang.

Sementara itu dari kejauhan duduk sepasang suami istri yang sedang melahap makanan yang entah keberapa kalinya yang tak lain adalah Intan dan Gerry.

"Sayang, tumben nafsu makanmu meningkat."

"Aku nggak tau By. Rasanya ingin terus makan," ucapnya.

Gerry hanya menggeleng pelan. "tubuhmu kecil tapi makan mu kuat sekali," Intan hanya tersenyum manis.

"Bagaimana kalau aku hamil. Kan dulu waktu Mami hamil Dimas juga seperti itu. Selalu ingin makan," ucap Intan.

Dengan sumringah Gerry menjawab. "bagus kalau kamu hamil sayang!"

Ditengah obrolan itu Feli memanggil ke duanya untuk berfoto bersama.

Malam semakin larut tamu undangan sudah pulang. Darren melihat penantian baru itu sedang duduk kelelahan, ia pun menghampiri mereka.

"Kalian istirahatlah. Biar kami yang membereskan semua ini," Felix mengangguk lalu menggandeng Shireen menuju ke kamar.

Sesampainya di kamar, Shireen membaringkan tubuhnya sedangkan Felix masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah 15 menit ia keluar hanya menggunakan handuk di pinggang, ia melihat Shireen yang sedang sibuk menghapus make up di wajahnya, Felix memeluk tubuh Shireen dari belakang.

"Aku bahagia sayang."

"Aku juga!" keduanya saling menatap lewat cermin, saat Felix hendak mencium istrinya secara tiba-tiba Shireen menghindar.

"A..aa.. aku mau mandi dulu!" dengan langkah seribu Shireen menghilang di balik pintu kamar mandi, Felix terkekeh melihat tingkah istrinya.

Setelah 25 menit Shireen keluar dengan handuk kimono, ia tersenyum melihat Felix yang sudah tidur dengan wajah lelahnya. Perlahan ia mendekati suaminya, mengusap lembut pipinya, seketika ia terkejut saat tangan Shireen di cengkeram olehnya.

"Aku kira kamu tidur. Aku terkejut!"

Felix terkekeh, "bagaimana aku bisa tidur kalau malam ini adalah malam pertama kita. Meskipun kita sering tidur bersama tapi kita tidak pernah melakukan hubungan itu," Felix membalik tubuh istrinya lalu menindihnya membelai rambut basah yang wangi itu. Jemari Felix sangat pandai memanjakan Shireen hingga ia selalu terbuai dengan belaian itu.

"Sayaang," ucap Shireen, matanya sudah terbakar nafsu seperti biasanya. Dengan pasti Felix memasukkan perlahan-lahan.

"Ahhhh!" teriakan Shireen disertai air mata yang menetes tanda bahwa milik Felix sudah masuk ke dalam. Felix tersenyum puas saat membobol milik istrinya, darah segar mulai mengalir dari milik Shireen. Ia mulai menggerak-gerakkan pinggulnya perlahan karena ia tahu pasti ini sangat sakit bagi Shireen. Shireen mendesah kuat saat Felix mulai bergerak cepat.

"Aahhh," Felix ambruk di atas tubuh istrinya dengan nafas keduanya yang saling memburu.

Felix mencium kening Shireen, "terimakasih, sayang," Felix membenamkan wajahnya di leher Shireen, hingga keduanya terlelap.

*****

"Aku hamil??" ucap Intan terkejut.

Yap saat ini Intan sedang di periksa oleh Clara, dokter kepercayaan Mira.

"Ya Nona, dan kenapa Nona tidak menyadarinya. Usia kandungan Nona sudah hampir 3 bulan."

Gerry ternganga karena masih belum percaya karena selama ini Intan tidak menunjukkan tanda-tanda kehamilan kecuali makan berlebihan. Gerry mulai curiga dengan istrinya yang setiap malam selalu mengobrak abrik isi kulkas. Oleh karena itu ia meminta Mira mengubungi dokter Clara untuk memeriksa istrinya.

"Nona dan kandungan Nona sangat sehat. Saya berikan vitamin untuk Nona dan obat mual jika Nona mengalami mual," ucap Clara.

"Terimakasih, dokter," ucap Intan.

"Kalau begitu saya permisi, Nona dan Tuan," begitu Dokter Clara pergi Gerry langsung memeluk istrinya.

"Aku akan jadi seorang ayah, terima kasih istriku!" Intan mengangguk bahagia.

Berita kehamilan Intan menghebohkan seisi rumah.

"Yeyy aku punya keponakan," ucap Feli kegirangan.

"Feli nanti kamu jatuh, jangan lompat-lompat begitu."

Feli cengengesan dari jauh Hendri melihat Feli yang sangat menggemaskan itu tersenyum bahagia. Feli yang melihat Hendri sedang menatap dirinya merasa malu lalu dengan segera ia duduk.

"Ada apa Kak?" tanya Dimas yang melihat Feli langsung diam.

"Nggak. Nggak ada apa-apa."

"Feli, Mami ingin berbicara denganmu. Bisa kita bicara di taman belakang?" tanya Mira.

"Em bisa Mi."

Keduanya berjalan ke taman belakang saat sudah sampai mereka duduk di ayunan, seketika Feli mengingat ungkapan cinta Hendri.

"Nak, apa kamu benar-benar mencintai Hendri?" tanya Mira, Feli mengangguk dengan senyuman manis di wajahnya.

"Baiklah. Kalau begitu 3 bulan lagi kalian akan menikah!"

"Hah???" Feli begitu terkejut dengan keputusan yang mendadak itu.

"Mami tau apa yang selama ini kalian lakukan, Mami melihat semua. Apa yang terjadi di sini dan di cafe itu. Mami juga tau.. " ucapannya menggantung saat melihat wajah Feli yang terlihat bersalah.

Mira menghela nafasnya, "Mami juga tau kalian tidak bisa menguasai nafsu kalian saat di paviliun."

Feli tercengang, ia tak menyangka Maminya ini tau perbuatan mereka. Padahal ia yakin saat itu mereka masih berkumpul di rumah Shireen.

"Ma, Mami tau Kejadian itu?" tanya Feli dengan nada takut.

Flashback malam pernikahan Felix

Feli sedang menuju ke kamar mandi paviliun yang kebetulan Feli sedang berada di dekat kamar mandi itu. Saat selesai buang air kecil ia terkejut karena pintunya terkunci ia menggedor-gedor pintu itu dan berteriak siapa tahu ada orang di luar. Hendri yang kebetulan ingin istirahat karena lelah berjaga di pesta pernikahan Felix mendengar suara Feli.

"Nona?" panggil Hendri memastikan.

"Hendri tolong aku. Aku terkunci disini!" teriak Feli. Hendri mendobrak pintu itu hingga rusak, Feli keluar dengan keringat yang membasahi tubuhnya.

"Huh! Di dalam panas sekali!" ia tak sadar dengan Hendri yang hanya memakai kaos singlet, saat Feli menyadari ia hendak berteriak namun dengan segera Hendri membekap mulut Feli.

"Jangan teriak! Nanti dikira aku sedang melakukan sesuatu yang buruk padamu," ucap Hendri, ia kemudian melepaskannya lalu berlari ke kamar paviliun. Feli mengekor hendak memarahi Hendri

"Kamu itu mau pamer ya seperti itu!" dengus Feli sembari menutup pintu kamar.

Hendri yang sudah memakai kemeja lalu berbalik, "ya aku kan sudah biasa kalau masuk ke paviliun ya seperti ini. Lagipula di sini hanya ada aku."

Hendri mengambil tisu mengusap wajah Feli yang masih berkeringat, Feli hanya diam membiarkan Hendri mengusap wajahnya. Tiba-tiba ada cicak yang jatuh tepat di sampingnya membuat Feli melompat-lompat lalu memeluknya, Hendri yang belum siap akhirnya terjatuh di ranjang dan tepat di atas tubuh Feli. Feli menggunakan pakaian yang sedikit terbuka tanpa sengaja menyembulkan gunung kembarnya, Hendri lelaki normal melihat itu ia pun pasti tergoda.

Hendri menatap wajah cantik kekasihnya itu, perlahan Hendri mencium bibir Feli dengan lembut dan setelahnya sepasang kekasih itu melakukan hal yang belum seharusnya.

"Sayaaaangg!!"

Hendri mencabut miliknya lalu mengeluarkannya di perut Feli, ia tidak ingin nantinya Feli hamil dahulu sebelum mereka menikah.

Melihat Feli yang sudah lemas Hendri mencium keningnya, "terimakasih sayang dan maaf aku sudah melewati batas," Feli hanya mengangguk sebagai jawabannya, Hendri kembali mencium melumat bibir Feli lalu keduanya tidur berpelukan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!