BAB 9

Pasangan calon pengantin saat ini sedang fitting baju pengantin. Ke duanya nampak serasi dengan balutan gaun berwarna putih. Shireen tak henti-hentinya tersenyum menatap calon suami yang sangat ia cintai

"Udah deh mulai.. aku yang jadi nyamuk!" dengus Feli.

"Mangkanya pacarin tuh Hendri," ucap Felix.

Feli memalingkan wajahnya karena ia merasa salting. Ponsel Felix berdering membuatnya menjauh dari dua wanita kesayangannya itu. Shireen mendekati Feli dan duduk di sebelahnya.

"Kamu sama Hendri udah pacaran, kan?" tanya Shireen.

Feli terkejut sontak ia menatap Shireen penuh selidik. Shireen tau akan tatapan itu ia tersenyum.

"Aku pernah liat kamu berciuman di dalam mobil. Tenang saja, aku akan menjaga rahasia," ucap Shireen.

Feli mengangguk ia segera memeluk Shireen "Makasih yaa," Shireen mengusap punggung Feli dengan lembut.

Drama pun berakhir saat Felix datang dengan wajah panik.

"Sayang nanti kamu pulang sama Feli ya, aku ada urusan penting di perusahaan," ucapnya.

"Baiklah sayang. Kamu hati-hati ya!" Shireen mengusap lengan Felix.

Felix bergegas mengganti bajunya dan segera pergi menuju perusahaan. Sementara Shireen juga mengganti bajunya lalu ke duanya langsung pulang. Saat di jalan mobil yang di kendarai Feli dicegah oleh sekelompok laki-laki menggunakan motor. Mereka memintanya turun dengan terpaksa Feli turun dengan wajah datarnya

"Ada apa?" tanya Feli sembari melipat tangannya.

Namun tak di duga seorang pria membekap mulut Shireen hingga pingsan, dengan cepat ia membawa Shireen ke mobil belakang tanpa diketahui oleh Feli.

"Serahkan uang kamu!" gertak seorang pria yang bertato.

Feli mengeluarkan uang dari sakunya dan memberikan semua yang ia punya

"Ambil dan pergi dari sini! Ganggu perjalanan saja!" ucap Feli dengan nada ketus. Dua pria itu pergi dari hadapan Feli dan disusul oleh mobil hitam di belakangnya.

Saat Feli berbalik ia terkejut karena tak menemukan Shireen. Ia mencari Shireen dan menemukan gelang putih yang selalu ia pakai.

"Sialan! Jadi mereka menipuku!" Feli menatap tajam mobil yang mulai menjauh. Ia bergegas menyusul mobil yang diyakini membawa Shireen.

Setelah menempuh perjalanan 2 jam kini mereka sampai di rumah jauh dari pemukiman warga, rumah yang nampak sejuk serta ada danau yang membuat siapa saja terpesona dengan keindahan itu. Namun tujuan Feli bukan menikmati keindahan itu ia berjalan mengendap-endap saat dirinya melihat Shireen di bawa oleh sekumpulan orang.

"Lepaskan aku! Kalian siapa?" suara Shireen bergetar karena takut.

"Diam!" bentak pria yang penuh dengan anting tindik.

Shireen terdiam ia takut dengan kumpulan orang-orang di depannya. Sayup-sayup ia mendengar suara langkah kaki begitu terkejutnya Shireen saat melihat wanita yang ia kenali kini berada di depannya.

"Hai Shireen!" sapa wanita itu.

"Grace!"

"Apa maksudnya Grace?" tanya Shireen.

"Maksudnya? Gue membawa lo ke sini tentu agar pernikahan lo gagal. Lo tau kan gue sangat mencintai Felix tapi selama ini Felix tak pernah menganggap gue ada!" bentak Grace.

"Itu karena kamu dan ibumu itu seorang penggoda!" Shireen balik membentak Grace.

Sebuah tamparan melayang mengenai pipi Shireen "Jaga ucapan lo!"

Shireen berdecih "Memang benar. Kau dan ibumu adalah seorang wanita penggoda. Kau lupa bagaimana ibumu menggoda Papi Shaka hingga membuat ibumu meninggal?" Shireen tentu sangat ingat dengan kejadian itu.

Flashback

Seorang OB memberikan kopi kepada Shaka yang telah ia buat. Tanpa menaruh curiga Shaka meminum kopi itu.

"Iqbal, aku ada meeting di luar. Tolong kamu handle perusahaan ya!" pesan Shaka Kepada tangan kanannya itu

"Baik, Tuan!" setelah mengatakan itu Shaka keluar dari perusahaan menuju tempat lokasi meeting.

"Selamat siang, Tuan Shaka!" sapa seorang pria bernama Miko

"Ya selamat siang, Tuan Miko!" sapa Shaka balik.

"Baik kita mulai." ucapnya.

Setengah perjalanan pembahasan itu Shaka mulai merasakan pusing yang amat hebat. Tentu kejadian itu tak luput dari pantauan Marisa. Tak lama Shaka pingsan dan Tuan Miko membawa tubuh Shaka menuju hotel. Marisa memasuki mobilnya dan mengekor Tuan Miko yang tak lain adalah adik dari Marisa.

"Nah sudah selesai. Aku pulang dulu, kak."

Marisa memasuki kamar itu dan melepaskan pakaiannya. Ia mengusap wajah tampan yang mulai keriput itu dengan lembut.

Setelah beberapa lama menunggu akhirnya Shaka bangun dan mendapati Marisa yang tengah telanjang bulat.

"Apa yang kamu lakukan?!" bentak Shaka.

Marisa menaiki tubuh Shaka.

"Tentu aku akan membuatmu menjadi milikku!"

Shaka mendorong tubuh Marisa hingga jatuh ke lantai. Ia bergegas pergi dari hotel itu. Sebelum pergi Shaka menghadiahkan tamparan untuk Marisa.

Marisa yang tak terima akhirnya mengejar Shaka, tak lupa ia mengenakan pakaiannya sebelum keluar dari kamar hotel.

"Shaka tunggu dulu!" Marisa berhasil meraih tangan Shaka dan menahannya pergi.

"Lepaskan tanganku sebelum tanganmu ku patahkan!"

Marisa melepaskan tangan Shaka kemudian Shaka menyorot tajam wanita itu.

"Dengar! Aku sangat mencintai istriku. Jika kau datang hanya untuk hal menjijikkan seperti ini akan ku pastikan nyawamu akan menghilang saat ini juga!" setelah Shaka memberi peringatan ia pergi dari hadapan Marisa.

Tentu Marisa merasa geram, ia berlari ke parkiran mobil. Tekadnya makin bulat

"Jika aku tak memilikimu maka orang lain juga tidak boleh memilikimu!"

Marisa melajukan mobilnya mengejar taksi yang di tumpangi oleh Shaka. Saat hendak berbelok tanpa diduga rem mobil Marisa tak berfungsi.

"Astaga bagaimana ini!" ucap Marisa panik.

Dan dirinya menabrak sebuah mobil di depannya membuat mobil Marisa terguling. Percikan api dari kabel mobil dan tangki bensin yang bocor membuat mobil itu dengan cepat terbakar bahkan terdengar suara dentuman yang keras.

Flashback off

Grace hendak melayangkan tamparan namun tangannya terhenti saat tangannya di tahan, dan semakin terkejut melihat tatapan Feli yang siap membunuh. Grace mulai takut ia teringat bagaimana Feli menyiksa dirinya.

"Kau takut bertemu denganku?" tanya Feli dengan seringai yang muncul di sudut bibirnya.

"Gue ga boleh takut. Feli hanya wanita lemah!" gumamnya dalam hati. Seketika Feli memelintir tangan Grace membuatnya menjerit. Sekumpulan pria tak bisa berkutik karena pengawal rumahnya datang untuk membantu Feli.

"Kalian bawa Shireen dan segera pulang. Aku akan pulang setelah mengurus wanita ini!" perintahnya. Mereka menunduk hormat lalu meninggalkan mereka berdua. Tak lupa membawa sekumpulan pria itu untuk segera dijebloskan ke penjara.

"Aku sudah muak denganmu, Grace. Pertama ibumu yang menggoda Papi dan sekarang kau yang ingin merusak pernikahan kembaranku? Jangan mimpi! Selagi ada aku, kau takkan bisa merusak semua itu!" ucap Feli dengan nada dingin membuat Grace bergetar ketakutan.

Feli menjambak rambut Grace lalu menyeretnya. Ia langsung mengikat tubuh Grace dengan kuat. Tak lupa ia menyumpal mulut Grace dengan kain, setelahnya Feli menyeringai ia meninggalkan tempat itu tanpa memperdulikan Grace yang sedang meronta.

"Kau jaga wanita itu di sini dan jangan lupa kasih dia makan, urusanku dengannya belum selesai!" perintah Feli pada Tio orang kepercayaannya.

"Baik, Nona!"

"Aku tak ingin mengotori tanganku dulu sebelum Felix menikah. Saat ia sudah menikah baru aku akan menghabisinya." gumam Feli.

Ia memberi perintah kepada pengawal agar tak memberitahukan kejadian ini kepada siapapun termasuk Maminya. Karena mereka hanya tau Feli sang gadis manis dan lucu, namun siapa sangka dibalik sifatnya itu terdapat jiwa psikopat.

****

Hendri saat ini tengah menikmati masa-masa akhir cutinya dan hari ini ia sedang melakukan transaksi pembelian apartemen.

"Baik Tuan, ini kuncinya dan apartemen ini sekarang milik Tuan," ucap seorang pria paruh baya.

"Terimakasih," ucap Hendri. Pria itu keluar dari apartemen yang baru saja Hendri beli.

"Wahh baru dua bulan aku berkerja di rumah Tuan Shaka sekarang aku bisa membeli apartemen ini," ia ingat gaji yang ditawarkan oleh Tuan Shaka lumayan besar hingga dalam dua bulan ia bisa membeli apartemen.

"Setelah ini aku akan membuka Restoran dan aku akan menikahi Feli," gumamnya, ia menatap foto Feli di ponselnya.

"Aku merindukanmu, sayang."

Sementara wanita yang dirindukan ada di kamarnya sedang menonton serial kartun dengan sangat serius hingga ia tak menyadari sosok yang berada di sisi ranjangnya

"Udah besar juga ah nontonnya kartun mulu!" ujar Felix

"Lucu tau."

"Eh kok kamu masuk ke kamar aku sih?" sambungnya saat menyadari jika Felix memasuki kamarnya.

"Gak dikunci mangkanya aku bisa masuk."

Feli tertawa kencang saat badan kucing tertimpa pohon.

"Liat deh, yang kucing itu kaya kamu!"

Felix mendengus "Sialan!"

"Oh ya, ada apa kamu kesini?" tanyanya.

"Oh, aku mau minta tolong sama Hendri tapi kok aku cari nggak ada ya."

"Hendri kan cuti dua hari. Nanti malam baru akan ke sini"

"Kok kamu tau?"

"Ya, tadi meneleponku," seketika Feli tersadar ia menutup mulutnya membuat Felix tersenyum penuh arti.

"Udah deh jangan bohong terus, aku tau kok hubungan kalian."

Feli menyernyit "Tau dari mana?"

"Fel, kita ini kembar jadi apa sih yang aku nggak tau. Waktu itu aku liat kamu berpelukan di dapur."

Feli mendesis "Dasar CCTV!" ia melempar bantal dan pergi dari kamarnya tentu dengan Felix yang masih tertawa kencang melihat ekspresi Feli.

******

Makan malam pun tiba, mereka makan dengan tenang hingga tiba-tiba kemunculan Hendri membuat Felix ingin mengerjai kembarannya

"Hendri!" panggil Felix. Hendri mendekat dan menunduk hormat.

"Kamu mau nggak aku kenalin sama cewek cantik di perusahaan aku?" tawar Felix dengan mata yang melirik Feli.

Hendri melirik Feli yang nampaknya mulai kesal "Nggak Tuan muda, terimakasih," tolaknya dengan halus.

"Yah padahal cewek itu cantik banget loh, populer lagi di perusahaan aku."

Wajah Feli mulai memerah menahan kesal setengah mati.

"Nggak Tuan muda," jawabnya kekeuh.

"Udahlah Felix, kalau Hendri nggak mau ya udah jangan dipaksa gitu dong. Kan kasian tuh wajah Hendri jadi tegang," ucap Papa Rangga sang Opa.

"Ya kan kali aja Hendri mau Opa, apa perlu aku kasih liat fotonya?" Felix hendak mengeluarkan ponselnya terkejut dengan suara cempreng Feli.

"Aku kenyang!" ucapnya ia segera berlari memasuki kamarnya.

Felix hendak tertawa namun ia tahan tak ingin mereka mengetahui jika dirinya mengerjai kembarannya.

"Kalau begitu saya permisi!" Hendri menunduk hormat. Ia segera berlalu dari ruang makan

"Jangan usil sayang" bisik Shireen

"Maaf sayang."

Sementara di kamar Feli sedang memukul bantal karena kesal dengan Felix, seketika ia terkejut saat Hendri memasuki kamarnya dan langsung memeluk tubuh kecil itu.

"Aku minta maaf sayang."

"Kamu nggak salah, Felix emang suka ngerjain aku!"

Tak henti-hentinya Hendri mencium pucuk kepala Feli membuatnya merasa tenang.

"Udah jangan kesal gitu, ya," Feli mengangguk.

Hendri mendekatkan wajahnya lalu mencium bibir Feli. Ia yang sedang rindu langsung membalas ciuman itu. Hendri menekan tengkuk Feli agar memperdalam ciumannya.

"Emh," Feli mulai mendesah saat tangan kiri Hendri meremas payudara kenyal itu.

Sementara Feli menarik tubuh Hendri hingga ke duanya jatuh di atas ranjang dengan tubuh Hendri berada di atas tubuh Feli.

"Ahh," desahan lolos begitu saja saat Hendri mulai menelusuri leher jenjang itu.

"Sayang," ucapnya dengan nada kecewa melihat Hendri sudah berdiri.

"Cukup sayang, kita udah terlalu jauh."

Feli mengangguk ia tak ingin lebih jauh dari ini meskipun dalam hatinya menginginkan lebih.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!