"Ah! Kenapa susah sekali sih!" dengus Feli yang masih berkutat dengan laptopnya. Seketika ia terdiam mengingat pemuda yang ia temui.
"Ihh kenapa aku malah memikirkan dia," ucapnya sembari mengacak-acak poninya.
"Apa yang susah dan siapa yang kamu pikirkan?" ucap Mira yang tiba-tiba muncul.
Feli yang tidak mengetahui kedatangan Maminya pun terkejut.
"Astaghfirullah Mamiii!" ucap Feli.
Mira terkekeh melihatnya lalu duduk di sampingnya.
"Jadi, apa yang susah dan siapa yang kamu pikirkan?" tanya Mira.
"Aku sulit menemukan masalah ini Mi," Feli memperlihatkan laptopnya pada Mira.
Dengan serius Mira memperhatikan dan dalam sekejap ia menemukan masalahnya.
"Feli, sudah berapa kali Mami bilang kalau masalah seperti ini harus kamu teliti. Liat, ada jumlah yang tidak sesuai dengan hitungan kamu. Coba yang bagian ini kamu hitung ulang!"
Feli kemudian mencoba menghitung ulang dan hasilnya berbeda dengan apa yang ada di layar laptopnya. Ia pun menampilkan cengiran kudanya sembari menggaruk kepalanya.
"Hehehe maafin aku, aku kurang teliti," ucapnya
Mira menggelengkan kepalanya, "lalu, siapa yang ada di pikiranmu itu sehingga membuatmu kurang teliti?" tanyanya lagi sambil mengusap rambut panjang putrinya.
Kali ini Feli kelabakan, ia bingung harus menjawab apa karena ia sangat malu jika memikirkan seorang lelaki.
"Bukan Siapa-siapa Mi. Hanya teman biasa. Hehehe," ucapnya malu-malu.
Ia tau jika anaknya ini diam-diam sedang mulai menyukai seorang lelaki. Ia mencium kening Feli dan berkata.
"Sayang, jika memang kamu sudah jatuh cinta bilang saja sama Mami, Mami akan mencari tau kehidupan dia bagaimana. Mencintai itu wajar saja, kamu tentu masih ingat bukan saat Felix mengatakan jika ia menyukai Shireen sejak pertama bertemu. Dia berani terang-terangan sama Mami. Sayang, Mami sangat mengerti seusia kamu pasti sedang merasakan jatuh cinta."
"Tapi,,, aku takut Mi," ucap Feli
Mira menyernyitkan dahinya "Apa yang kamu takutkan?"
"Dia orang biasa dan mungkin saja dia akan berfikir seribu kali jika ingin bersamaku."
"Sayang, Mami nggak memandang dia kaya atau miskin. Yang terpenting dia yang terbaik buat kamu dan bisa membahagiakan kamu."
"Tapi aku juga takut jika dia akan berkhianat seperti Om Raka," ucap Feli.
Mira kemudian terdiam, ia juga takut jika putrinya ini akan bernasib sama seperti dirinya dulu. Ke duanya saling diam tanpa adanya suara sedikitpun.
"Bawa dia ke hadapan Papi!" seru Shaka yang tiba-tiba muncul.
Mereka berdua tersentak dan sama-sama menoleh ke arah Shaka.
"Papi akan memastikan jika pria yang kamu sukai tidak akan menyakiti kamu ataupun meninggal kamu," ucapnya sembari duduk di samping istrinya.
"Tapi Pi, emm aku baru pertama kali bertemu dengannya," ucap Feli malu-malu.
"Kamu ternyata jatuh cinta pada pandangan pertama ya," ucap Shaka yang menggoda Feli.
Mendengar itu pipi Feli bersemu merah, "iihh Papi kok ngeledekin aku sih," dengusnya.
Shaka tertawa lebar," sudah malam lebih baik kamu tidur dan besok kita bahas ini lagi," ucap Shaka.
Feli mengangguk lalu membereskan peralatannya yang masih berserakan di meja.
"Pi, Mi, aku tidur dulu ya. Selamat malam!" pamitnya tak lupa ia mencium ke dua orangtuanya.
"Ya, Ya. Selamat malam sayang."
Setelah memastikan Feli sudah memasuki lift Shaka mulai mengeluarkan jurus kemanjaannya. Ia berbaring di pangkuan Mira dan menciumi perutnya.
"Geli Pi."
"Mi, bikin Adek yuk. Papi ingin," ucapnya
Mira hanya meliriknya tajam.
"Mi.. ayolah!" ajaknya lagi.
Mira mendengus lalu memindahkan kepala Shaka, ia pun berdiri dan meninggalkan Shaka yang masih berbaring.
"Mami kok ninggalin Papi," ucapnya.
"Berisik Pi!" Mira berjalan menuju lift lantai. Shaka segera berlari menyusul istrinya dan menggendongnya memasuki lift.
"Turunin Pi!" pintanya.
Shaka menuruti permintaannya namun ia malah menyudutkan Mira dan mulai menciumi wajahnya.
"Habis sudah kamu ciumi," ucap Mira.
Suaminya ini hanya tertawa kecil melihat Mira yang hanya pasrah karena ulahnya.
Saat pintu lift terbuka ia segera membawa tubuh istrinya masuk ke kamar tak lupa ia menguncinya. Dengan terburu-buru ia melepaskan pakaiannya dan bersiap memasuki milik istrinya.
Hasrat yang sudah satu bulan ini akhirnya tersampaikan. Ia bahkan meminta lagi dan lagi.
"Sayang,,, Aaahhhhh," semburan lahar disertai dengan kedua tangan yang menggenggam tangan Shaka apalagi dengan desahan Mira yang sangat ia rindukan.
"Aku sangat mencintaimu, Mira." ucapnya.
********
Sudah satu minggu Feli mencari pemuda yang bernama Hendri itu yang tiba-tiba hilang. Bahkan rumah beserta bengkelnya sudah rata dengan tanah.
"Maaf Bu, saya mau bertanya," ucap Feli yang melihat dua orang melintas di sampingnya.
"Ya mbak, ada apa?" tanyanya.
"Begini Bu, saya dari kota. Saya kesini mencari Hendri. Apakah ada yang mengenalnya?" tanya Feli.
"Oh.. Nak Hendri pergi ke Kota Mbak. Setelah Neneknya meninggal dan rumahnya digusur dia pergi ke Kota untuk mencari pekerjaan," jawab Ibu yang terlihat kurus.
Feli nampak terkejut dengan ucapan itu, "baiklah Bu, terimakasih. Maaf sudah mengganggu," ucap Feli.
Dua orang itu mengangguk lalu meninggalkan Feli yang masih terdiam.
"Jadi dimana dia berada. Ya Allah Nenek, aku tak menyangka Nenek akan secepat itu meninggal. Rasanya baru kemarin aku bertemu dan berbicara dengannya," gumamnya.
Feli bergegas memasuki mobilnya dan kembali ke Kota. Yaa dia berharap akan bertemu Hendri di jalan.
Sementara itu, pemuda yang bernama Hendri sedang berada di perusahaan milik Papinya.
"Hendri Zakaria!" Shaka memperhatikan postur tubuh lelaki di depannya.
Hendri mengangguk sembari tersenyum.
"Lebih baik kamu jadi pengawal di rumah saya saja. Dari postur tubuh kamu lebih cocok menjadi pengawal atau supir anak saya," ucap Shaka.
"Apapun pekerjaannya akan saya terima, Tuan," ucap Hendri.
"Baiklah. Mulai hari ini kamu bekerja di rumah saya. Soal tempat tinggal kamu tak perlu risau, kamu bisa tinggal di paviliun belakang rumah," ucap Shaka sembari memberikan kertas berisikan alamat rumah istrinya.
Hendri menerima kertas itu lalu menunduk hormat, "saya akan bekerja semaksimal mungkin, Tuan!" ucapnya dengan penuh semangat.
Shaka mengangguk, Ia yakin jika pemuda ini sangat tangguh.
"Papi!" panggil seorang wanita yang tiba-tiba masuk.
Keduanya menoleh dan tentu Hendri juga wanita itu terkejut.
"Loh, kita bertemu lagi. Kamu kok disini?" tanya Feli sembari menunjuk Hendri.
"Saya bekerja di rumah Tuan Shaka, Mbak," balasnya sambil tersenyum. Ia tak menyangka akan bertemu dengan wanita yang membuatnya jatuh cinta lagi.
"Lah,, Seriusan Pi?" tanya Feli yang tak percaya.
"Ya Sayang. Mulai hari ini Hendri jadi pengawal di rumah."
"Kalian saling kenal?" sambung Shaka setelah melihat Feli dan Hendri saling berbalas senyuman
"Waktu itu mobil aku kempes dan Hendri yang menggantikannya, Pi," ujar Feli.
Seketika Shaka tersenyum, "oh jadi pemuda ini yang membuat putriku jatuh cinta," ucapnya dalam hati.
Feli memalingkan wajahnya yang memerah. "Oh iya Pi, aku kesini mau bilang kalau nanti sore aku mau ikut acara makan-makan di Cafe. Boleh ya Pi," ucap Feli.
"Boleh. Tapi kamu juga harus ijin sama Mami ya," ucap Shaka.
"Siap Pi. Ya udah aku pulang dulu ya," pamitnya. Namun sebelum ia meraih gagang pintu ia menoleh ke belakang karena Shaka memanggilnya.
"Kamu sekalian pulang sama Hendri. Dan jangan lupa ijin sama Mami!" ucapnya memperingati.
"Kalau begitu saya permisi, Tuan!" ucap Hendri.
Shaka mengangguk. Ia tak menyangka jika dirinya menerima orang yang ternyata pemuda yang disukai oleh putrinya.
"Sudah takdirnya mungkin," gumamnya.
Sementara itu di perjalanan ke duanya sangat canggung. Bahkan Feli yang biasanya banyak bicara kini hanya diam.
"Mbak, kita mau kemana?" tanya Hendri.
"Di depan Halte itu kita belok kiri," ucap Feli.
"Perusahaan MH Assegaf?" tanyanya lagi, Feli mengangguk.
"Oh iya aku baru ingat, istri Tuan Shaka adalah Nyonya Maharani. Dua pengusaha terbesar di Kota ini" gumam Hendri melalui batinnya.
Mobil itu berbelok memasuki perusahaan besar itu. Tak lupa Feli mengajak Hendri menemui Maminya. Ia yakin pasti kedua Maminya ini menerima Hendri. Setalah dibujuk sekian lama akhirnya Hendri mau dan ikut ke dalam ruangan yang sangat besar.
"Mami?" panggil Feli.
Feli langsung berhambur memeluknya, "Mi, nanti sore Feli bolehkan ikut acara makan-makan di Cafe?" tanyanya dengan manja.
Mira mengangguk sembari tersenyum. Tentu Feli sangat senang dengan itu
"Dia siapa?" tanya Mira yang sedang menatap Pria yang sedang berdiri itu.
"Namanya Hendri, pengawal baru di rumah, Mi. Dan hari ini dia mulai bekerja, tadi Hendri diterima melalui Papi," ucap Feli dengan antusias.
"Mi, pria ini yang aku temui di sana. Dan dia juga yang membuatku jatuh cinta," gumamnya dalam hati, karena ia ingin memberitahu Maminya tanpa diketahui oleh Hendri.
Mira menoleh ke arah Feli dengan wajah yang mengerutkan keningnya.
"Tapi,,, Hm... Lebih baik cari hubungan yang baru," balas Mira melalui batinnya.
Feli terkejut dan menatap Maminya bingung. Bukankah ia sendiri yang mengatakan jika ia bebas memilih lelaki yang ia sukai, tapi apa ini.??
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments