BAB 4

Sudah dua hari tak mendapat kabar dari Feli membuat mereka merasa khawatir. Berkali-kali mereka menghubungi namun tak pernah ada jawaban hingga akhirnya Mira dan Shaka memutuskan untuk menyusulnya di kota B. Selama perjalanan pun mereka berdua terlihat gelisah entah apa yang membuatnya begitu.

"Kenapa Mi? Dari tadi Papi lihat Mami seperti gelisah?" tanya Shaka.

"Entahlah. Mami merasa cemas memikirkan Feli."

Shaka menggenggam tangan Mira. "Mami tenang saja. Feli pasti baik-baik saja. Dia seperti Mami yang tak mengenal takut," ucap Shaka menenangkan, padahal ia sendiri juga ikut gelisah.

Terlihat Mira mengangguk lemah, ia kemudian memalingkan wajahnya menatap pohon-pohon yang berjejer di sepanjang pinggir jalan. Namun mata tajamnya menangkap mobil yang sangat ia kenali berada di seberang jalan.

"Pi, Papi itu bukannya mobil Feli?" tunjuk Mira.

Shaka menepikan mobilnya lalu melihat ke seberang jalan. Ia membelalakkan matanya.

"Benar itu mobil Feli!" ucapnya.

Mira bergegas keluar dan menghampiri mobil merah yang pintunya sudah terbuka itu. Betapa terkejutnya ia saat melihat dahi Feli yang terluka juga sudut bibirnya yang berdarah dan mulai mengering.

"Feli!" Mira memeluk Feli serta menepuk bahunya dengan keras.

"Feli!" ucap Shaka yang juga terkejut mendapati keadaan anaknya.

"Pi cepat bawa ke rumah sakit!"

Shaka langsung menggendong Feli sedangkan Mira menelpon Fer untuk mengusut kejadian itu.

"Cepat Pi!"

"Mami tenang dulu. 10 menit lagi kita sampai di rumah sakit."

Setelah menempuh jarak yang lumayan jauh akhirnya sampai di rumah sakit. Tanpa memanggil suster atau dokter, Shaka langsung membawa Feli ke ruang pemeriksaan.

"Cepat periksa keadaan anakku!" perintah Shaka.

Dokter langsung memeriksa Feli, dan tentu saja suster menyuruh Pasutri itu menunggu di luar.

"Pi, Mami takut Feli kenapa-kenapa," ucap Mira.

Shaka memeluknya, "kita berdoa semoga Feli baik-baik saja," Shaka merasa jika Mira mengangguk dengan lemah.

Pelukan itu terlepas saat para Dokter keluar.

"Maaf mengganggu!" ucap salah seorang Dokter.

"Bagaimana?" tanya Mira tak sabaran.

"Kami sudah melakukan pemeriksaan penuh terhadap Nona Muda dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan."

"Bagaimana dengan kepalanya?" tanya Shaka.

"Kepalanya baik-baik saja. Hanya benturan ringan."

Pasutri itu bernafas lega. Ia fikir akan terjadi apa-apa terhadap Feli.

"Kami permisi!" pamit dokter yang terlihat sudah tua.

"Terimakasih!" ucap Shaka.

Mira bergegas masuk untuk melihatnya, namun ia teringat saat Feli masih sangat takut kepadanya. Dari belakang Shaka menepuk bahunya pelan.

"Tak perlu ragu, Mi."

Mira mengangguk lalu perlahan membuka pintu. Ia melihat tubuh kecil yang sedang terbaring di hadapannya.

Feli menoleh dan tersenyum, "Mami!" panggilnya.

Antara haru dan bingung ia hanya bisa berdiam diri menatap Feli yang tersenyum kearahnya.

"Mami nggak kangen sama Feli?" tanyanya lagi.

Mira berhambur memeluk Feli, "tentu Mami sangat merindukanmu sayang. Kamu kenapa? Kenapa bisa sampai seperti ini?"

Dari pintu Shaka tersenyum melihat Feli yang sepertinya sudah tidak takut lagi melihat Mira.

"Tidak apa-apa Mi," ucap Feli.

Ia melepaskan pelukannya dan menatap tajam mata Feli "Apa ada yang mencelakaimu?"

"Mata tajam inii.. ini seperti yang aku lihat di ruang kerja Mami," gumamnya dalam hati.

"Ti.. Tidak ada," ucapnya setelah beberapa detik terdiam.

Matanya semakin tajam menatap arah Feli. "Tidak ada yang kamu sembunyikan?" tanyanya lagi.

Feli menggeleng seraya tersenyum "Nggak ada."

"Syukurlah! Cepat pulih Sayang. Kami di rumah sangat merindukanmu."

Feli mengangguk. Ia bingung harus memanggilnya dengan sebutan apa.

"Memang benar ini adalah sosok yang aku lihat. Terbukti saat bergumam dalam hati Mami tak merespon," gumamnya dalam hati.

"Sayang, biarkan Feli istirahat," ucap Shaka. Tentunya Shaka tahu jika itu adalah Tasya. Dilihat dari cara pandang Feli yang mendadak berubah ekspresi saat matanya saling menatap.

"Istirahatlah!" Tasya mencium keningnya serta mengusap rambutnya.

Feli mengangguk. Ia melihat orang tuanya yang sudah keluar dari ruangannya.

"Tajam sekali matanya," gumam Feli.

"Tapi kenapa aku tak merinding ataupun merasa takut lagi saat melihatnya. Apa mungkin karena saran dari pria itu?"

"Terimakasih. Aku takkan melupakan namamu dan kebaikanmu. Hendri." sambungnya seraya tersenyum.

Flashback

"Mbak buka pintunya!" ucap seorang pemuda.

Feli mengusap air matanya kemudian menepuk pelan kedua pipinya sebelum membuka kaca mobil.

"Loh ada apa?" tanya Feli.

"Ini kembaliannya Mbak," ucap pemuda itu dengan tangan yang menyodorkan uang.

"Tidak perlu, "ucap Feli tersenyum.

Pemuda itu menatap Feli yang sudah terlihat jelas jika ia sedang menangis.

"Mbak ada masalah?" tanya Pemuda itu.

Senyum Feli seketika berubah dan ia kembali bersedih, ia mengangguk pelan.

"Kalau Mbak berminat saya mau mendengarkan masalah Mbak. Siapa tau saya bisa membantu Mbak," tawarnya.

Feli menatap pemuda itu "Terimakasih."

Pemuda itu mengajak Feli ke taman yang tak jauh dari tempatnya. Mereka duduk bersebelahan menikmati angin berhembus.

"Apa yang akan kamu lakukan jika bertemu seseorang yang mempunyai Alter Ego?" tanya Feli tanpa menatap pemuda itu.

Pemuda itu menoleh bingung lalu tersenyum tipis, "tentu saya akan sangat senang. Bertemu mereka yang mempunyai Alter Ego adalah hal yang membahagiakan. Kita bisa mempelajari banyak hal dari mereka. Mbak tau kenapa Alter Ego itu terbentuk?"

Feli mengangguk, "lalu?"

"Seperti yang Mbak tau, jika Alter Ego adalah sisi lain dari hidup orang tersebut. Mereka hebat karena berhasil mengendalikan sisi lainnya, mereka sangat kuat dan pemberani. Ada alasan kenapa mereka mempunyai itu dan itu bukan kekurangan melainkan kelebihan. Tak baik kita menghakimi orang yang mempunyai Alter Ego karena kita tak pernah tau masalalu apa yang membuatnya menjadi seperti itu," jelasnya.

Setelah mendengar ucapan pemuda itu Feli terdiam ia mengingat hal buruk apa yang menimpa Maminya hingga dirinya menciptakan sisi lain.

"Terimakasih ya.. Oh iya siapa namamu?" tanya Feli.

"Hendri."

Feli mengulurkan tangannya, "namaku Felixcia, biasa dipanggil Feli.

Pemuda yang bernama Hendri itu membalas uluran tangan Feli. "Nama yang bagus!"

"Tangannya terasa nyaman," batin Feli saat jabat tangan itu terlepas.

"Kalau begitu aku pergi dulu ya. Ada urusan penting!" pamit Feli.

Hendri mengangguk sembari tersenyum. Ia mengantar Feli hingga ke mobilnya dan berpisah di sana.

"Wanita yang manis," batin Hendri, ia tersenyum mengingat Feli yang tersenyum manis dan cara bicaranya yang tak bisa ia lupakan.

*********

"Jadi,, kenapa kamu bisa sampai kecelakaan begitu?" tanya Opa Rangga.

Ya! Sekarang Feli sudah pulang sejak pagi tadi setelah bermalam di rumah sakit. Saat ini mereka sedang berkumpul bersama di ruang keluarga.

Feli menggaruk kepalanya, "itu.. Saat itu Feli mau menghindari kucing yang tiba-tiba melintas, Feli banting kemudi tetapi malah begini," ujar Feli.

Mira melirik Fer meminta penjelasan apa benar yang dikatakan Feli adalah fakta atau sebuah kebohongan. Sementara yang dilirik hanya membalasnya dengan mengangguk samar. Mira bernafas lega, ia berfikir jika mungkin saja ada yang berniat jahat pada Feli.

"Mi, maafin Feli yah," ujar Feli tiba-tiba membuat mereka terkejut.

"Maaf?" gumam Mira bingung dengan ucapan Feli.

"Maafin Feli yang udah egois. Maafin Feli karena tidak mendengarkan penjelasan Mami tentang sisi lain dari Mami," ia menunduk sedih. Mengingat dirinya yang beberapa hari belakangan sangat takut bertemu Mira maupun Tasya.

"Apa sekarang kamu bisa menerimanya?" tanya Shaka.

Feli menatapnya lalu mengangguk, "Feli bisa menerimanya Pi. Jadi, biarkan Feli bertemu dengannya Mi," pintanya.

Tentu saja Mira sangat senang mendengar itu "Baiklah. Mami akan memanggilnya."

Setalah beberapa saat Tasya muncul, tentu Intan yang sudah tau langsung memeluknya.

"Aku sangat merindukan Mami," ucap Intan.

Tasya mencium keningnya, "Mami juga sangat merindukanmu."

"Jadi Mami hanya merindukan Kakak dan tak merindukan aku ya!" ucap Felix.

Tasya terkekeh kecil lalu memanggil Felix dengan lambaian tangannya. Felix bergegas mendekati Tasya dan menarik tangan Intan yang masih betah memeluk Tasya.

"Gantian aku, Kak!" Felix langsung memeluk Tasya erat.

Mereka yang melihat kejadian itu tertawa karena tingkah Felix.

"Aku kangen banget sama Mami."

"Mami juga kangen sama Felix. Bagaimana hari ini?" tanya Tasya.

"Mami tahu!" Felix langsung melepaskan pelukannya dan menatap Tasya dengan mata binarnya, sedangkan Tasya mengangkat kedua alisnya.

"Beberapa minggu lagi aku akan menikahi Shireen!"

"Akhirnya Darren benar-benar merestui hubungan kalian," ucap Tasya.

"Tentu ini usaha Mami Mira dan Mami Tasya. Aku sayang kalian Mi," ucap Felix.

"Ternyata mereka sangat dekat dengan sisi lain Mami. Kenapa kemarin aku tak bisa mendengar penjelasan Mami. Jika saja aku mau mendengarkan pasti aku juga akan sangat dekat dengannya," batin Feli.

"Feli, bukannya kamu bilang mau bertemu denganku? Kenapa diam saja?" ujar Tasya.

Feli mengerjapkan matanya lalu tersenyum tipis. Ia perlahan mendekati Tasya dan mulai duduk di sampingnya.

"Nggak usah takut. Mami Tasya baik kok!" ucap Felix yang tau jika Kembarannya itu masih sedikit takut.

"Tidak apa-apa jika kamu masih takut. Lebih baik aku tidur saja yaa," ucap Tasya pelan-pelan.

Namun tanpa disangka semua orang, Feli tiba-tiba memeluknya dan terdengar suara tangis.

"Maafin aku.. Maafin aku yang waktu itu tidak mendengarkan penjelasan dan langsung menuduh yang tidak-tidak."

Tasya mengusap rambutnya, "tidak apa-apa. Aku tau kamu terkejut dan takut dengan kejadian yang tiba-tiba ini."

"A.. a.. aku akan berusaha mengenal lebih dalam," ucapnya ia mendongak, "mami."

Tasya cukup terkejut karena dengan mudah Feli memanggilnya dengan sebutan Mami, "tidak perlu kamu paksakan jika masih takut denganku."

Feli menggeleng kuat, "aku akan belajar mengenal Mami. Dan aku tidak takut lagi dengan Mami Tasya," ucapnya dengan penuh keyakinan.

"Syukurlah jika kamu bisa menerimanya, Feli. Ketahuilah, semenjak kalian kecil Mami Tasya juga sering mengurus kalian. Apalagi saat kamu dikejar preman-preman, dia yang mengurusnya," ucap Opa Rangga.

Feli terkejut dan menatap Tasya, "apa benar?"

Tasya mengangguk, "bagiku kalian juga seperti anak-anakku," ucap Tasya.

Episodes
1 BAB 1
2 BAB 2
3 BAB 3
4 BAB 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8
9 BAB 9
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 14
15 BAB 15
16 BAB 16
17 BAB 17
18 BAB 18
19 BAB 19
20 BAB 20
21 BAB 21
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24
25 BAB 25
26 BAB 26
27 BAB 27
28 BAB 28
29 BAB 29
30 BAB 30
31 BAB 31
32 BAB 32
33 BAB 33
34 BAB 34
35 BAB 35
36 BAB 36
37 BAB 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41
42 BAB 42
43 BAB 43
44 BAB 44
45 BAB 45
46 BAB 46
47 BAB 47
48 BAB 48
49 BAB 49
50 BAB 50
51 BAB 51
52 BAB 52
53 BAB 53
54 BAB 54
55 BAB 55
56 BAB 56
57 BAB 57
58 BAB 58
59 BAB 59
60 BAB 60
61 BAB 61
62 BAB 62
63 BAB 63
64 BAB 64
65 BAB 65
66 BAB 66
67 BAB 67
68 BAB 68
69 BAB 69
70 BAB 70
71 BAB 71
72 BAB 72
73 BAB 73
74 BAB 74
75 BAB 75
76 BAB 76
77 BAB 77
78 BAB 78
79 BAB 79
80 BAB 80
81 BAB 81
82 BAB 82
83 BAB 83
84 BAB 84
85 BAB 85
86 BAB 86
87 BAB 87
88 BAB 88
89 BAB 89
90 BAB 90
91 BAB 91
92 BAB 92
93 BAB 93
94 BAB 94
95 BAB 95
96 BAB 96
97 BAB 97
98 BAB 98
99 BAB 99
100 BAB 100
101 BAB 101
102 BAB 102
103 BAB 103
104 BAB 104
105 BAB 105
106 BAB 106
107 BAB 107
108 BAB 108
109 BAB 109
110 BAB 110
111 BAB 111
Episodes

Updated 111 Episodes

1
BAB 1
2
BAB 2
3
BAB 3
4
BAB 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8
9
BAB 9
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 14
15
BAB 15
16
BAB 16
17
BAB 17
18
BAB 18
19
BAB 19
20
BAB 20
21
BAB 21
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24
25
BAB 25
26
BAB 26
27
BAB 27
28
BAB 28
29
BAB 29
30
BAB 30
31
BAB 31
32
BAB 32
33
BAB 33
34
BAB 34
35
BAB 35
36
BAB 36
37
BAB 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41
42
BAB 42
43
BAB 43
44
BAB 44
45
BAB 45
46
BAB 46
47
BAB 47
48
BAB 48
49
BAB 49
50
BAB 50
51
BAB 51
52
BAB 52
53
BAB 53
54
BAB 54
55
BAB 55
56
BAB 56
57
BAB 57
58
BAB 58
59
BAB 59
60
BAB 60
61
BAB 61
62
BAB 62
63
BAB 63
64
BAB 64
65
BAB 65
66
BAB 66
67
BAB 67
68
BAB 68
69
BAB 69
70
BAB 70
71
BAB 71
72
BAB 72
73
BAB 73
74
BAB 74
75
BAB 75
76
BAB 76
77
BAB 77
78
BAB 78
79
BAB 79
80
BAB 80
81
BAB 81
82
BAB 82
83
BAB 83
84
BAB 84
85
BAB 85
86
BAB 86
87
BAB 87
88
BAB 88
89
BAB 89
90
BAB 90
91
BAB 91
92
BAB 92
93
BAB 93
94
BAB 94
95
BAB 95
96
BAB 96
97
BAB 97
98
BAB 98
99
BAB 99
100
BAB 100
101
BAB 101
102
BAB 102
103
BAB 103
104
BAB 104
105
BAB 105
106
BAB 106
107
BAB 107
108
BAB 108
109
BAB 109
110
BAB 110
111
BAB 111

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!