BAB 2.

Kamila juga mengertakkan gigi karena dipenuhi kebencian. Jika bukan karena dia masih perlu menggunakan Siena, dia akan memberi pelajaran pada gadis itu.

Yongki tidak menyukai cara Siena memamerkan taringnya dan mengacungkan cakarnya ke arahnya, jadi dia memarahinya, “Lihatlah sikap kasarmu. Kamu sama sekali tidak terlihat seperti putriku!”

Yongky memelototi Siena. “Tapi bagaimanapun juga, aku tetap ayahmu. Aku masih harus mengkhawatirkan pernikahanmu. Karena kamu tidak pergi ke sekolah lagi, cepat kemasi barang-barangmu. Kami akan menikahkanmu dalam dua hari.”

Sudut mulut Siena bergerak-gerak tidak sabar. “Aku bisa menikah jika kamu menginginkan itu.”

Yongki mengira kalau Siena tidak akan pernah setuju, jadi dia terus berusaha untuk membujuknya. Tiba-tiba menyadari apa yang barusan di katakan oleh gadis itu, matanya melebar. "Apa katamu? !”

“Tunggu dulu. Jika keluarga Yilmaz benar-benar sebaik yang kamu katakan, tidak mungkin kamu memberikan kesempatan ini kepadaku. Kamu pasti sudah memaksa Alara segera menikah dengannya sejak lama.” Siena mencibir. “Aku bisa menikah dengannya sebagai penggantinya.”

“Tapi dengan syarat, aku ingin kamu membelikanku dua buah rumah di Jalan Timur dan kartu bank berisi uang senilai dua milyar. Jika kurang dari itu, tidak ada kesepakatan.” ucapnya tersenyum.

“Dasar bocah nakal tidak tahu berterima kasih! Beraninya kamu bernegosiasi denganku? !”

Yongki ingin memarahinya lagi, tapi Kamila dengan cepat segera menghentikannya. “Kehidupan Siena di luar negeri sangat sulit. Wajar jika dia menginginkan sesuatu untuk bertahan hidup. Anggap saja persyaratan yang diajukan Siena sebagai mas kawinnya.” Kamila menekan hatinya yang berdarah.

Dan dengan terpaksa, Kamila berpura-pura bermurah hati sambil berkata pada suaminya, “Sayang, aku tahu kamu juga merasa kasihan pada Siena. Jangan marah padanya. Jika dia menginginkannya, ayo berikan saja apa yang dimintanya.” Kamila sedang menghitung di kepalanya.

Rumah di Jalan Timur tidak terlalu berharga. Uang senilai dua milyar setara dengan harga beberapa tas edisi terbatas. Menghabiskan sejumlah kecil uang ini untuk menyelesaikan masalah Alara dan melindungi reputasi keluarga Ghazy jelas merupakan sebuah tawar-menawar.

Yongki pun juga memikirkannya dengan matang, tapi wajahnya masih muram. “Dasar bocah, aku ayahmu. Aku tidak akan menganiaya kamu!”

Siena menganggap kata-kata ayahnya sangat lucu sehingga dia tertawa terbahak-bahak. “Kamu tidak menganiayaku? Bukankah 19 tahun terakhir sudah cukup kamu melakukannya? Aku akan menikahi pria itu kalau kamu sudah memenuhi permintaanku. Ini sudah larut. Cepat pergi, aku tidak ingin nenek melihatmu dan marah.” Siena.

Yongki selama ini tidak pernah menyukainya sehingga dia ingin membalasnya dengan memarahinya, tetapi Kamila segera menghentikannya lagi. Dia sudah mencapai tujuannya jadi dia tidak ingin tinggal di apartemen kumuh ini. Dia dan Alara membujuk Yongki untuk pergi bersama mereka.

Akhirnya ketiga orang itupun pergi meninggalkan apartemen kumuh itu. Dengan langkah cepat seolah-olah ada yang mengejar mereka. Melihat lingkungan yang kumuh membuat mereka tidak ingin tinggal lebih lama lagi.

“Siena, sepertinya aku baru saja melihat ayahmu…” sebuah suara wanita tua datang dari luar pintu. Setelah suara pintu dibuka, seorang wanita tua dengan rambut putih masuk. Siena dengan cepat maju untuk membantunya mengganti sepatu di dekat pintu.

“Nenek, kenapa kamu kembali seawal ini? Tidakkah kamu ingin menghabiskan lebih banyak waktu di luar?” tanyanya pada wanita tua itu.

“Aku sudah tua, aku tidak bisa banyak bergerak lagi.” Nenek Siena memberi isyarat padanya untuk duduk di sofa. “Siena, beritahu nenek, kenapa kamu tiba-tiba ingin kembali? Apakah ayahmu mengancammu?”

Hati Siena terasa sakit dan melemah. Dia bersandar di bahu neneknya dan berbisik, “Nenek, ayah tidak mengancamku. Dia bahkan berjanji memberiku sebuah rumah dan uang dua milyar. Akhirnya aku bisa membuat nenek menjalani kehidupan yang baik.”

"Mustahil. Dia tidak mungkin memberimu semua itu tanpa alasan. Siena, apakah kamu membuat kesepakatan dengannya?” intuisi wanita tua itu sangat tajam.

Siena tahu bahwa dia tidak bisa menyembunyikan pernikahannya terlalu lama dari neneknya. Setelah dia selesai menjelaskan alasannya kepada neneknya, dia dengan lembut menghiburnya, “Sebenarnya, menurutku ini cukup bagus. Meskipun orang itu cacat, tapi karakternya seharusnya cukup bagus.”

“Setelah aku menikah dengannya, aku akan menjaga dia dan keluarganya. Itu lebih baik daripada menikahi seseorang yang tidak bisa diandalkan.” ucap Siena menambahkan.

“Apakah kamu bodoh?!” Mata neneknya berkaca-kaca. “Menikahi seseorang seperti itu di usiamu… apa yang akan kamu lakukan di masa depan… nenek berharap kamu akan menemukan seseorang yang kamu sukai…”

“Nenek, ibuku menemukan seseorang yang dia sukai saat itu, tapi akhirnya apa yang terjadi padanya?” Siena menunduk, tidak ingin neneknya melihat ekspresi wajahnya. “Keluarga Yilmaz kaya, jadi mereka pasti bisa menjamin bahwa aku tidak perlu mengkhawatirkan apa pun di masa depan. Bahkan jika suatu saat aku bercerai, aku masih bisa mendapatkan sejumlah uang, jadi aku tidak akan kehilangan segalanya.”

Neneknya kehilangan kata-kata saat tangannya mengepal erat di lutut. “Siena, kamu selalu punya pikiran sendiri. Nenek tidak bisa memberitahumu apa yang harus dilakukan…”

Siena tak bisa menahan airmata, dia sedikit menangis. Dia memeluk erat wanita tua bungkuk di depannya itu. “Nenek, aku berjanji akan menjalani kehidupan yang baik. Nenek juga pasti baik-baik saja. Kamu harus selalu bersama Siena, oke?”

"Oke oke oke..." Wanita tua itu menepuk punggung Siena untuk menghiburnya. Seolah takut Siena akan berubah pikiran.

Keesokan paginya, keluarga Ghazy mengiriminya uang dan sertifikat hak milik atas properti yang dia minta. Siena pun segera pulang ke negara asalnya dan langsung pergi ke rumah baru bersama neneknya dan mencari perawat profesional untuk merawat wanita tua itu. Setelah semua urusan pindah rumah selesai, dia berbalik dan pergi.

Sopir yang dikirimkan ayahnya, diam-diam mengantarnya ke rumah keluarga Yilmaz. Setelah pelayan membawanya masuk. Siena berdiri di depan pintu kamar Abhie, Siena menarik napas dalam-dalam sebanyak dua kali sebelum dia mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu. Tok, Tok, Tok…….Suasana hening di dalam.

"Tn. Abhie, jika kamu tidak menjawab, aku menganggap bahwa kamu menerimaku dan kamu setuju untuk mengizinkanku masuk.” Setelah mengatakan itu, dia mengabaikan tatapan terkejut para pelayan dan membuka pintu sedikit untuk masuk. Matahari bersinar terang di luar, tapi ruangan itu gelap. Tirai tebal menghalangi semua cahaya.

Dengan penglihatannya terhalang, Siena berdiri di dekat pintu dan mencari tombol di dinding. "Tn. Abhie, ini pertama kalinya aku ke sini. Aku pikir kita perlu mengenal satu sama lain. Aku..."

"Enyah!" Di saat yang sama lampu menyala, suara rendah dan serak bercampur amarah meledak di dalam ruangan. Di bagian dalam ruangan, seorang pria bertubuh kekar sedang duduk di kursi roda. Selimut menutupi kakinya. Matanya yang hitam pekat dipenuhi dengan niat membunuh dan sikap dingin, membuat orang bergidik.

Tetapi Siena tidak mempedulikan kemarahan pria itu. Siena menatapnya dengan ekspresi tenang. Pipi pria itu terlihat sedikit cekung, membuat wajahnya semakin tegas. Alisnya dingin dan tegas, serta bulu matanya panjang dan sempit. Bibir tipisnya yang terkatup rapat menunjukkan rasa dingin, dan rambutnya yang berantakan memiliki keindahan yang alami.

Terpopuler

Comments

Dia Amalia

Dia Amalia

semangat seina luluhkn hati calon suami mu biar tau rasa org² itu yg zalim sm mu😏😏😏

2024-07-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!