.
.
Tiba-tiba tangan Ayu digenggam oleh pak Wito. Seketika Ayu yang tengah menangis segera menghentikan tangisannya.
mata sayup dan pucat segera terlihat diwajah pak Wito.
"Bapak.. bapak mau minum?? dadanya sakit lagi?? "Ayu segera memberikan perhatian.
Pak Wito menggeleng. "Yu,"panggil pak Wito.
"Iya pak.."Ayu mendekatkan wajah dan telinganya. suara pak wito memang terdengar lirih sekali dan lemah.
"Maafkan bapak sudah buat Ayu sedih... Ayu, kamu tetap harus terus sekolah. jangan fikirkan bapak. bapak sudah punya tabungan buat kamu kuliah. jadi setelah lulus kamu harus lanjut kuliah. apapun yang terjadi nanti."Tutur pak Wito
"Dibelakang, DiDekat tong air ada bambu yang bapak tutup dengan semak rumput. disitu bapak sudah menabung untuk keperluan sekolahmu. jangan sampai ibumu tau ya?? segera ambil tabungan itu dan simpan baik-baik.. maafkan bapak yang tidak bisa menemani Ayu sukses.."Imbuh pak Wito. suaranya terdengar melemah seiring dengan nafasnya yang tersengal.
"Bapak kok ngomong begitu.. Kalau bukan bapak siapa lagi yang nemenin Ayu.. Ibu kan tidak suka Ayu sekolah.. Tabungannya buat berobat bapak saja ya?? Ayu mau bapak sembuh.."balas Ayu yang berusaha menahan air mata.
pak Wito segera menggeleng. "Jangan!!! pokoknya Ayu harus sekolah. kejar cita-citamu ya Nak.."Helaan panjang nafas pak Wito terdengar menyakitkan sekali.
Hingga akhirnya pak Wito kembali terbatuk-batuk.
"Bapak.. pak.."Ayu berusaha menyadarkan pak Wito.
"Tolong!!? tolong!!! "Teriak Ayu saat melihat sang bapak yang akan sakaratul maut.
"Apaan sih Yu... kau ini ter...-" Ucapan Ningsih terhenti saat melihat suaminya sudah hampir meregang nyawa.
"Pak.. bapak.."Ningsih berlari mendekat dan duduk disisi pak Wito.
"Istigfar Pak.. Nyebut.."Ayu berusaha membantu sang bapak. Ayu lalu mendekati telinga bapaknya dan membacakan syahadat dan beberapa bacaan Al-Qur'an.
"Jangan mati dulu pak.. hutang kita masih banyak!!! "Ningsih terus berusaha memberikan kesadaran untuk pak Wito. ia juga terus menggenggam jemari pak Wito.
Lama kelamaan, tangan Pak Wito melemas seiring dengan mata pak Wito yang mulai terpejam dan nafas yang mulai melemah hingga beberapa detik Tubuh pak Wito sudah memutih dengan tubuh mulai dingin.
"Bapak...."Teriak Ningsih
"Innalillahiiwainnailaihiroji'un.."Ayu memejamkan kedua matanya setelah melihat denyut nadi sang bapak yang sudah tidak ada.
"Apa Yu??!! Kenapa kau ucapakan kalimat itu??!! bapakmu belum mati Yu!!! lalu bagaimana hutang kita kalau bapak mati!!! "Teriak Ningsih semakin menjadi.
Ayu hanya ikut tergugu dengan apa yang terjadi. kehilangan secepat itu adalah sesuatu yang sulit diterima. Ayu benar-benar masih membutuhkan sosok bapak dalam kehidupannya.
.
.
Para tetangga sudah mulai berdatangan setelah mendengar teriakan Ningsih. mereka semua sudah membagi tugas masing-masing untuk segera mengurus pemakaman pak Wito.
Lantunan surat yasin dibacakan para pelayat, dan juga Ayu. Sembari menahan air mata Ayu terus membaca surat Yasin untuk Almarhum pak Wito.
Ningsih sebagai istri tak dipungkiri ia juga sangat kehilangan. namun Ningsih tak memperlihatkan tangisannya. Saat memandikan mayat suaminya Ningsih pun melakukan semuanya. Ayu tak dapat membendung air matanya saat Tubuh kaku bapaknya mulai dikafani.
"Diamlah Ayu!!! Kau bisa mengganggu pekerjaan mereka kalau menangis terus.."Sentak Ningsih.
"Tapi bapak buk..-"
"Puas kamu sekarang??!! Bapak meninggal ini juga gara-gara kamu tau!!! Selama ini bapak terus menolak berobat hanya demi menyimpan uang buat sekolah kamu!! dasar anak tidak tau diri!!! "Omel Ningsih dengan kesalnya. Ayu hanya bisa sesenggukan menyesali semuanya.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Wanita Aries
Kasian ayu.. hrusnya ibunya krja kok malah ayu yg krja
2025-06-13
0