Kini Ruby telah sampai di perusahaan sang ayah. Ia berjalan masuk dengan gagahnya karena suara sepatu bootnya yang menggema, belum lagi gayanya yang saat ini seperti anak laki-laki, membuat para pegawai disana merasa takut jika Ruby datang.
Ruby membuka pintu ruangan Yohanes begitu saja tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, membuat Yohanes akhirnya menegur Putrinya karena sikapnya yang ia rasa tidak sopan.
"Ruby. Bisakah kamu mengetuk pintu terlebih dulu sebelum masuk? Apa kamu tau jika ayah sedang menerima tamu." Tegas Yohanes kepada Ruby.
"Woooaahh... Kenapa dia selalu berkeliling di hidupku saat ini? Apa dia benar-benar menjadi penguntit?" Kata Ruby saat melihat Marco berada di ruangan kerja ayahnya.
"Jaga ucapan mu Ruby! Kenapa kamu jadi anak yang tidak tahu sopan santun.!" Yohannes kembali meninggikan suaranya.
"Tidak apa-apa tuan Yohanes. Mungkin saat ini Ruby sedang memiliki mood yang tidak baik, baby katakan padaku apa yang membuat hati mu merasa tidak baik hari ini.?" Marco berkata pada Yohanes dan juga Ruby.
Ruby menyipitkan pandanganya kala Marco memanggilnya dengan sebutan baby.
Sebelum Ruby menyahut perkataan Marco. Pria itu sudah terlebih dulu mengampiri Ruby dan tiba-tiba memeluk pinggangnya, Marco bahkan tak merasa segan melakukan hal itu di depan Yohanes, ayah dari Ruby.
"Menurut lah maka kamu akan mendapatkan keuntungan yang kamu mau." Bisik Marco di telingan Ruby.
"Mengapa aku harus percaya dengan perkataan mu? Bahkan aku belum mengenal mu!" Sahut Ruby dengan sarkas.
"Bukankah kita pernah berciuman? Bagaimana bisa kamu melupakan itu dan mengatakan bahwa kamu tak mengenal diriku?"
Ruby jadi mengingat dimana Marco menciumnya secara sepihak, dan itu membuat dirinya kesal.
"Aku akan menuruti semua perkataan mu jika kamu mau bertanding denganku malam ini.!" Sahut Ruby dengan senyum smirknya.
"Ruby!! Kamu jangan lancang.!" Kata Yohanes menasehati putrinya.
"Tidak apa-apa tuan. Saya akan menuruti permintaan calon istri saya." Ucapan Marco membuat Yohanes terkejut, ia tak menyangka bahwa Marco akan secepat itu langsung memutuskan untuk menikahi Ruby anaknya.
"Istri? Jangan terlalu pede tuan. Karena jika kamu yang kalah, maka itu berarti kamu akan menjadi budak ku. Sampai bertemu nanti malam, aku akan mengirin lokasinya nanti." Kata Ruby sebelum meninggalkan Marco dan Yohanes.
"Maaf. Nak Marco. Sikap Ruby memang sedikit keterlaluan, saya berharap nak Marco memaklumi karena Ruby masih terbilang di umur yang masih labil."
Marco pun tersenyum dengan sedikit menundukan tubuhnya. "Tidak apa-apa tuan, saya mulai terviasa dengan sikapnya yang seperti itu."
Ponsel Marco pun bergetar tanda pesan masuk, ia melihay pesan yang di kirim oleh Ruby berisi lmat dimana mereka akan bertanding nanti.
"Bukankah ini arena sirkuit? Dia meminta ku untuk bertanding mengendarai sebuah motor cross?" Gumam Marco yang terkejut dengan apa yang ia lihat.
Marco berpamitan kepada Yohanes untuk kembali ke perusahaannya, tapi Marco tak kembali, ia menuju garasi rumahnya untuk melihat motor yang sudah lama ia tak sentuh itu, ketika sampai di rumah Marco segera membuka satu penutup dan memperlihatkan motor besarnya yang berwarna hitam pekat.
"Setidaknya kamu berguna kali ini." Marco melihat dan sedikit mengusal motor yang sudah kama tak ia sentuh.
"Dan kamu Ruby. Akan secepatnya menjadi milik ku!" Monolog Marco dengan membayangkan wajah Ruby.
Entah sejak kapan Marco menjadi tertarik dengan gadis yang masih belia itu, setengah dari rasa penasarannya Marco bahkan tidak keberatan dengan sentuhan yang berikan kepada gadis itu, yang bisanya Marco sangat anti dengan seorang wanita.
***
Rubu kembali lagi ke tempat geng motornya berkumpul, saat ia baru sampai, Ruby langsunh merebut satu gelas wine yang di pegang oleh seorang yang akan meninumnya dengan kasar.
"Are you okay?" Tanya Daniel yang kini mengahampiri Ruby dengan wajah khawatir.
"Malam ini aku akan mengadakan pertandingan dengan pria mesum itu, atur semuanya untukku. Karena aku ingin mengalahkannya malam ini juga! Agar dia tau bahwa lawanya kali ini tak bisa dia sepelekan."
"Maksud kamu siapa?" Daniel merasa bingung dengan ucapan Ruby.
"Nanti kamu akan tahu ketika sudah melihatnya, aku hanya ingin kamu atur semuanya untukku, siapkan motor yang biasanya aku pakai." Kata Ruby dengan sedikit kesal.
"Aku akan pulang dulu dan kembali lagi nanti, terimakasih untuk kerja kerasnya." Ruby menepuk pundak Daniel sebelum ia kembali menggeber motornya lagi.
"Siapa lawanya? Hingga dia ingin sekali mengalahkannya?" Monolog Daniel setelah motor Ruby sudah menjauh.
Ruby memakirkan motornya di halaman rumahnya dan segera amsuk ke dalam, gadis itu dengan cepat menaiki anak tangga dan tidak pernah menggubris panggilan ibu tirinya.
Rubu membuka jaket kulitnya dengan kasar, melemparkannya ke asal arah, membuka kaos dan sport branya laki semua pakaian yang ia kenakan, gadis itu masuk ke dalam kamar mandi dan merendamkan dirinya di bathtub dengan air hangat.
Bahkan Ruby menenggelamkan semua tubuh hingga kepalanya, lalu dengan cepat ia kembaki karena kehabisan nafas.
"Kenapa aku panik? Bukankah aku unggul dalam berkendara motor? Dia hanya seorang pria mesum dengan enaknya duduk di jok belakang mobil kan? Jadi apa yang aku khawatirkan? Monolog Ruby yang tak lama kemudian bangun lalu mengeringkan tubuhnya dengan handuk.
Saat kembali ke dalam kamar lagi, Ruby melihat layar ponselnya menyala tanda ada pesan masuk.
" I'm ready baby.! " Satu kalimat pesan yang rubu baca dan ternyata Marco lah pengirimnya.
"Kenapa aku merasa dia begitu santai? Apa aku salah memilih lawan?" Monolog Ruby yang masih melihat ke arah layar ponselnya.
Ruby merebahkan diri sejanak untuk berkonsentrasi, karena entah mengapa kali ini jantungnya berdebar dengan sangat kencang, bahkan Ruby sangat merasa cemas dengan pertandingan yang ia putuskan sendiri itu.
Karena hari mulai sore, Ruby segera mengganti baju dengan setelan biasanya, celana jeans hitam dan jaket kuliay dengan warna senada, tak lupa sepatu boot yang selalu ruby pakai.
"Ruby kamu akan benar-benar bertanding dengan nak Marco?" Tanya Yohanes yang baru saja datang dan Ruby akan pergi, dan secara tidka langsung mereka pun berpapasan.
"Bukan urusan anda." Sahut Ruby dan berlalu begitu saja melewati sang ayah.
"Sabar, mungkin memang kita butuh tenaga ekstra untuk mengahadapi sifat Ruby saat ini." Melanie mencoba meredakan amarah Yohanes karena anaknya yang selalu membangkang setelah ibu kandungnya meninggalkanya.
***
Setelah dengan hati yang sedikit cemas, orang yang di tunggu-tunggu kini telah datang, ya, siapa lagi kalau buka Marco. Lawan main Ruby kali ini.
"Hai baby, ingatlah bahwa kali ini aku tidak akan mengalah." Kata Marco dengan berbisik di telinga Ruby.
"Kita lihat saja nanti." Sahut Ruby sekenanya. Karena memang hatinya saat ini sedang kacau.
"Fokus Ruby. Fokus.!!" Gumam Ruby dalam hati mencoba menenangkan hatinya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Anhy Salewa
aku TDK suka sikap Ruby yg kurang ajar pdhal ibu tirix baik
2024-07-18
0