"Mau di atas atau di bawah.?" kini bukan jemari Marco lagi yang menjamah, namun satu buah senjata api yang sudah ia todongkan ke arah sekertaris nya.
Seketika keringat dingin muncul membasahi wajah cantik itu, melihat Marco yang dengan santai bermain dengan senjata api di tangan nya.
"Maaf pak. saya tidak akan mengulanginya lagi."
"Baguslah. saya masih bisa memaafkan mu hari ini tapi tidak untuk esok hari. saya akan langsung membunuh mu tanpa perasaan dengan tangan ku sendiri."
"Baik pak. Dan juga terimakasih untuk kesempatan yang pak Marco berikan. saya janji tidak akan mengulanginya lagi.." sahut Bella dengan tangan yang sudah gemetar.
"Keluarlah."
"Baik pak. Saya permisi."
Marco masih dapat memaafkan Bella karena dia adalah sekertaris yang sangat setia kepadanya. Jika tidak mungkin Marco sudah menembaknya sejak dulu, karena terlalu berani menggoda dirinya.
**
Disi lain Ruby yang baru saja selesai mandi langsung mengganti baju dengan baju tidurnya dengan motif kuromi kesukaannya.
Ruby memgambil minuman bersoda dari dalam lemari es mini yang berada di kamarnya itu lalu kembali berkutik dengan laptopnya.
"Aahhh segarnya" kata Ruby saat menegak minuman soda yang sangat kuat.
Ruby mencari nama pengusaha-pengusaha sukses yang menjadi pesaing bisnis ayahnya atau bahkan musuh ayahnya, bahkan Ruby juga mengecek nama-nama mafia yang di layat laptopnya, ia harus mencari pembeli yang bagus bukan untuk harga uang tinggi dengan barang yang temu di pinggir jalan tadi.
Ruby tertarik dengan satu nama yang ia temukan di salah satu deretan nama mafia yang ada di dalam layar laptopnya.
"Marco Galo.?" Ucap Ruby pelan. Lalu segera mencari tau identitas tentang Marco Galo.
Seorang pengusaha sukses yang mendudukinya peringkat no satu di dunia perbisnisan, Marco Galo juga di kenal sebagai Pria dingin dan misterius dan juga killer karena tak pernah terdengar rumor jika dia berkencan dengan wanita, bahkan tak banyak juga yang mengatakan bahwa Marco Galo memiliki kelainan atau bisa di sebut menyukai sesama jenis.
"Masa sih ganteng-ganteng suka sesama jenis? Tapi boleh juga, aku akan mencobanya dari dia terlebih dahulu."
Ruby mencoba mengubungi nomer yang tertera disana untuk urusan bisnis, yang tak lain adakah nomer ponsel Stive sang asisten dari Marco.
Ruby meminta untuk hari dimana mereka bisa bertemu, yang bahkan Stive menyanggupi untuk malam ini juga, karena feeling Stive barang yang di akan di tawarkan oleh Ruby adalah barang yang saat ini ia cari.
Ruby dan Stive berjanjian untuk bertemu di salah satu bar dengan ruangan yang khusus, Ruby berganti baju lagi karena awalnya dirinya sudah akan beristirahat.
Dengan setelan yang seperti biasa ia kenakan, celana panjang jeans hitam dan ia hanya memakai bra sport dengan di tutupi jaket kulitnya, Ruby menggeber motor trailnya menuju bar.
Ruby berjalan memasuki bar, yang dimana Stive sudah menunggu di dalam sana.
Ceklek
Seseorang membukakan pintu untuk Ruby segera masuk.
"Apakah anda tuan Marco?" Tanya Ruby yang tak percaya dengan apa yang ia bayangkan jauh berbeda.
"Bukan, saya asistennya." Dan benar saja bahwa tebakan Ruby benar adanya.
"Mengapa bukan tuan Marco sendiri yang menemui saya?"
"Saya yang bertanggungjawab atas semuanya hal tentang tuan Marco." Ucap Stive tak sabar untuk melihat barang yang ia inginkan.
"Maka kalau begitu saya tidak jadi menjual barang yang sudah saya bawa kalau bukan beliau yang datang sendiri." Ruby menegak wine yang sudah Stive siapkan.
"Boleh saya melihat barang yang nona bawa untuk memastikan?"
"Tidak. Saya hanya akan memperlihatkan jika yang datang kesini adalah tuan Marco seorang diri. Karena saya ingin membuat penawaran dengan beliau."
Stive merasa geram dengan gadis di hadapannya itu, ia merasa muak dan tak berarti, ingin rasanya ia langsung merampas barang yang benar-benar sudah berada di hadapannya.
"Anda jangan pernah berfifkir untuk merebut barang ini dari saya, karena saya tidak akan membiarkan itu terjadi." Kata Ruby yang seolah tau isi dalam fikiran Stive.
"Sialan, mengapa dia seperti mempunyai indera ke enam." Gumam Stive dalam hati.
"Dan jangan berfikir bahwa saya mempunyai indera ke enam." Lagi lagi Stive di buat tertegun oleh pemikiran gadis di hadapanya ini, bagaimana bisa gadis itu selalu tau isi fikiranya.
"Ok. Baiklah, jika itu kemauan nona yang ingin langsung bertemu dengan tuan Marco, maka saya akan membuatkan janji untuk pertemuan kalian berdua untuk selanjutnya."
"Terimakasih, kabari saya jika tuan mu sudi menemui saya." Jawab Ruby dengan meneguk setengah gelas wine lagi sebelum ia pergi meninggalkan Stive.
"Gadis muda itu cukup sialan tapi aku rasa dia juga begitu pintar." Dumel Stive setelah Ruby benar-benar pergi.
Saat Ruby baru saja keluar dari bar, Marco baru saja tiba di bar tersebut, dan pada akhirnya membuat mereka berdua papasan secara tidak langsung, namun Ruby tak mengetahui jika itu adalah sosok Marco.
Marco yang mempunyai insting yang tajam pun menoleh ke arah gadis yang baru saja melalui dirinya, tapi hanya sesaat, Marco kembali melanjutkan langkahnya dan masuk ke dalam bar.
"Apa kau benar-benar menemukan barang itu?" Kata Marco dengan khas suara beratnya lalu duduk di tempat yang duduki Ruby baru saja.
"Gadis itu ingin bertemu dengan mu secara langsung, baru dia akan menyerahkan barang tersebut, sepertinya dia ingin membuat penawaran dengn mu. Oh.. iya dia baru saja keluar dari bar ini, apa kau tidak bertemu dengannya?"
"Apa mungkin gadis tadi yang melalui saya dengan pakaian serba hitam tadi?" Gumam Marco dalam hati.
"Apa kau bertemu dengannya.?" Tanya Stive lagi karena Marco masih terdiam.
"Saya belum pernah bertemu dengannya, bagaimana saya tau gadis itu seperti apa."
"Jadwalkan pertemuan saya dengannya malam ini, saya menginginkan barang itu secepatnya."
"Malam ini? Dia baru saja pergi, aku tidak tau dia akan datang lagi atau menunggu sampai besok."
Stive merogoh sakunya untuk mengambil benda pipih itu lalu membuat panggilan kepada Ruby.
Ruby pun menepikan motor trail nya karena merasa ponselnya berbunyi.
"Aku baru saja pergi dan kau sudah menelepon ku?" Ucap Ruby sedikit kesal.
"Kau ingin bertemu dengan tuan Marco? Maka datanglah malam ini di hotel King kamar 2001. Sekarang juga"
Tut.
Stive pun mematikan panggilannya sepihak.
"Apa dia sedang mempermainkan diriku? Aku baru saja pergi lalu tiba-tiba Marco meminta untuk bertemu? Oke jika itu mau kalian. Maka aku akan menuruti permainan ini." Kata Ruby kembali memakai helmnya dan melaju ke tempat yang sudah di janjikan.
Setelah memarkirkan motornya, Ruby melangkah masuk ke dalam hotel King lalu menuju kamar 2001 tanpa bertanya duku kepadanya resepsionis. Karena hotel ini milik ayah Ruby. Jadi gadis itu sudah paham betul tata letak hotel tersebut.
"2001." Kini Ruby telah tepat berada di depan pintu dengan nomer kamar 2001. Tanpa aba-aba lagi Ruby segera membuka pintu kamar itu, anehnya suasana kamar yang gelap karena lampu yang padam membuat Ruby menjadi siaga dengan dirinya.
Ruby melangkah dengan pelan dengan senjata api yang sudah ia genggam dalam tanganya untuk berjaga-jaga jika tiba-tiba ada penyerangan terhadap dirinya untuk merebut barang yang ada di dalam kantong jaketnya.
Klek.
"Anda tidak perlu takut sampai harus mengeluarkan senjata api mu." Ucap seseorang dengan suara yang serak dan berat, lalu Lampu di atas nakas samping ranjang tempat tidur berukuran king size itu menyala, memperlihatkan seseorang yang sedang duduk dengan memangku satu kakinya dia atas.
Ruby sempat tertegun kala melihat pria di hadapannya itu begitu tampan dan gagah, dengan sorot mata yang tajam yang bahkan membuat hati ruby berdesir saat melihatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Sus Suswanti
kayak nya seru nih
2024-08-23
1
☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩ⏤͟͟͞Rᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣ🔵W⃠🦈
wooooow Rubby kayak baru pertama kali melihat cogan tuuh 😎😎😎
2024-07-28
0