Mafia Bucin

Mafia Bucin

bab 1

Seorang pria dan wanita sedang di mabuk asmara kala itu. Tanpa memperdulikan hal sekitar keduanya terus bergulat satu sama lain.

"Bagaimana bisa sesempit ini? " pria itu meremas dengan penuh hasrat bagian belakang wanita itu.

Kemudian ia mengangkat tubuh wanita tersebut ke atas meja rias, dan tak mau menunggu lama lagi. Pisang yang masih tegak nan panjang itu pun ia masukan kembali.

wanita itu terus meracau atas rasa nikmat yang ia dapatkan.

Pria itu bertambah semangat dengan mendengar suara sang wanita. Ia memaju mundurkan pisangnya masuk dengan sempurna dengan ritme yang cepat.

"Bisakah aku keluar saat ini?" lenguhan demi lenguhan mereka bersautan seolah dunia hanya milik mereka berdua.

Kedua sejoli yang sedang memadu niimat itu akhirnya terkulai lemas akibat permainan mereka yang begitu panas. Tak di sadari ternyata seorang pria dengan setelan jaz berwarna hitam, dengan tubuhnya yang tegap dan gagah sudah menunggunya di ruang tamu yang sempit itu.

Ya, Marco Galo. sedang menunggu dengan tatapan murkanya.

Setelah selesai bergulat, seseorang mengetuk pintu kamarnya, dengan kesal dan pria yang bernama Stive itu keluar dari kamarnya.

Baru saja keluar, Marco sudah menodongnya dengan satu buah senjata api di tanganya. Stive terkejut dan mengangkat kedua tangannya ke atas.

"Apa kau sudah bosan untuk hidup. Bisa bisanya kau dengan enak bercinta dengan wanita dan aku menunggu mu.? Kata Marco tanpa menurunkan senjata di tangannya.

"Santailah sedikit, aku sedang melakukan kebutuhan biologis ku. Lagi pula kau tak memberitahu ku jika kau akan datang." Stive menyalakan rokok dan mengisap dan menghembuskan asapnya ke udara.

"Siapa dirimu hingga berani mengatur ku?" setiap kata yang keluar dari bibir Marco selalu saja penuh dengan penekanan.

"Mana barang aku yang cari? Apa kau juga belum bisa menemukanya?" Tanya Marco lagi. Dan kini Stive sudah mematikan rokoknya karena panik.

"Aku masih berusaha. Terakhir aku mengetahui barang itu berada dimana, tapi ternyata setelah aku mencarinya. Ternyata itu hanya tiruan dan bukan yang asli."

"Tiga hari lagi. Jika kau belum bisa menemukanya, aku akan memotong kelapa mu sebagai gantinya."

Marco berdiri dan melangkahkan kakinya keluar dari apartemen yang menurutnya sangat menjijikan itu. Bagaimana tidak. Stive dan sebenarnya adalah sahabat Marco adalah Playboy yang selalu gonta ganti wanita untuk ia setubuhi.

Saat Marco hendak keluar. Perempuan yang yang baru saja bermain dengan Stive itu mencoba menggoda Marco dengan baju kurang bahan yang menampilkan kedua buah dadanya hampir tumpah.

"Berani kau menyentuh ku? Aku akan membunuhmu saat ini juga." Suara berat Marco membuat wanita itu merinding ketakutan.

Setelah kepergian Marco. Stive menjadi uring uringan. Dia sangat tau watak Marco. Walaupun memang tidak tak tega untuk membunuh dirinya. Pasti Marco akan berbuat sesuatu yang membuat dirinya akan rugi.

"Arrrrggghhh.. sialann." Teriak Stive mengacak rambutnya frustasi.

Stive segera menghubungi suruhanya agar terus melacak dimana barang itu berada.

***

"Apa ini." Monolog  Ruby. Gadis itu mengambil sesuatu yang berada di depan rumahnya, barang tersebut terbungkus oleh tas kain berukuran sedang dan berwarna crem.

Kedua metra Ruby melebar dan ia juga menutup bibirnya yang hendak ikut membulat dengan satu telapak tangannya.

"Apa aku tidak salah lihat.?" Walau Ruby dari anak konglomerat. Ia juga terkejut melihat benda yang sangat berharga itu berada di pinggir jalan rumahnya.

Ia segera mengantongi barang tersebut ke dalam sakunya yang cukup besar, gadis itu menaiki motor trail nua kembali dan segera masuk rumah. Oh tidak ini lebih jika di katakan rumah. Lebih tepatnya rumah ini mirip dengan istana.

"Dari mana kamu Ruby.?" Baru juga masuk, Ruby sudah di todong dengan pertanyaan yang selalu sama oleh sang ibu tiri.

"Apa kau bosan hidup? Mengapa selalu ikut campur urusanku? Ingat.! Kau buka ibu ku.!!" Ruby berucap sadis kepada ibu tirinya.

Tak memperdulikan lagi apa yang wanita itu katakan padanya, Ruby berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Sampai di kamar Ruby melepaskan jaket hitam, dan kini hanya meninggalkan tangtop di tubuh ramping semampai itu, Ruby merogoh saku dan mengambil barang yang baru saja ia temukan itu. Dengan tubuh yang sudah di rebahkan, Ruby melihat lihat lagi benda tersebut.

"Kalau ini di jual. Bukankah aku bisa pergi dari rumah ini.?" Monolog nya. Dengan memandangi benda yang tampak berkilau itu.

"Aku harus mencari pembeli yang tepat." Gumamnya dalam hati.

Ruby meletakannya kembali ke dalam saku celananya.

Merasa tubuhnya sangat lengket Ruby berjalan ke arah bathroom, gadis itu melepas semua pakaian, setelah melihat celana dalamnya Ruby pun berdecih.

"Cih sialan. Gara- gara mendengar yang lagi bercinta jadinya begini kan, basahlah celana dalam ku." Decihnya.

Ruby merendamkan tubuhnya ke dalam air hangat, ia merasa sangat nyaman dan tenang, namun ada yang mengganjal. Entah mengapa hasratnya tiba-tiba datang. Jemari Ruby menjamah tubuhnya sendiri dari kedua gundukan yang berukuran sedang itu ia jamah. Sampai perut dan akhirnya sampai di bagian paling intim milik Ruby.

Ruby melenguh akibat ulahnya tanganya sendiri. "Ohh my God ini memalukan, tapi aku menginginkanya." Gumamnya dalam hati.

***

Marco kembali ke meja kerjanya. Ia tampak marah dan murka karena benda yang cari dengan susah payah malah hilang entah kemana. Pria iru melonggarkan dasinya yang terasa sesak di leher.

Benda itu adalah sebuah berlian. Peninggalan ratu inggris yang sudah berumur puluhan tahun, dengan susah payah ia mendapatkan dan saat ini malah tak tahu keberadaan nya. Bukan masalah uang yang sudah berapa banyak ia keluarkan.

Marco menuang wine ke dalam gelas , ia rasa dengan meminum wine dapat sedikit meredakan amarahnya.

Tok tok tok

"Masuk." Ucap Marco dari dalam pintu.

"Maaf pak ada yang perlu bapak tanda tangani."  Kata sang sekretaris yang bernama Bella

Bella sengaja sedikit membuka dua kancing kemejanya agar belahan dadanya terlihat oleh Marco, wanita mana yang tak mendambakan Marco. Dia tampan, gagah dan kaya raya semua wanita di kantornya pun menginginkan di jamah oleh jemari Bossnya itu. Walau terkenal dengan kejam dan keji itu tak mengurungkan niat para wanita tersebut untuk tetap mendekati Marco.

Dan Marco adalah pria dewasa yang penuh dengan birahi juga. Bahkan kejantanannya pun langsung menegang ketika melihat buah melon sang sekretaris yang menyembul keluar.

Marco berjalan mendekati Bella dengan memutar mutar wine yang ada didalam gelas cantik itu.

"Kamu mencoba menggoda saya dengan pakaian kamu seperti itu.?" Marco semakin mendekat dan Bella semakin berjalan mundur karena takut.

"Tidak perlu takut. Tidak akan ada yang menyakitimu," ucapnya lagi tersenyum seringai.

Satu jari Marco menyentuh bagian dada Bella. Gadis itu menahan gugup sampai menggigit bibir tergoda.

"Kenapa? Jangan menahannya, saya lebih suka kita sama-sama menikmatinya."

Terpopuler

Comments

☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩ⏤͟͟͞RᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣW⃠🦈

☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩ⏤͟͟͞RᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣW⃠🦈

kamu juga lagi pengen yaaak Ruby...
akibat nahan jadi basah deh celana dalam milikmu tuuh

2024-07-16

1

☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩ⏤͟͟͞RᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣW⃠🦈

☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩ⏤͟͟͞RᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣW⃠🦈

maaf Om Marco...kan tadi masih bikin pisang kocok 🤣🤣🤣

2024-07-16

0

☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩ⏤͟͟͞RᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣW⃠🦈

☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩ⏤͟͟͞RᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣW⃠🦈

wooooow pisang kooocook donk

2024-07-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!