Rahasia Dewa: Misteri Dunia Yang Tersembunyi

Rahasia Dewa: Misteri Dunia Yang Tersembunyi

prolog

Di puncak cakrawala di atas gunung yang tinggi dan hutan besar, matahari perlahan tenggelam, menyisakan sinar merah yang dipantulkan dari awan di ufuk barat. Cahaya merah indah tampak memukau, namun keindahan itu tak sebanding dengan apa yang akan segera terjadi.

Di atas langit, dua sosok berdiri saling berhadapan, terpisah jarak sekitar 100 meter. Seorang pria muda berdiri dengan kokoh di cakrawala, dikelilingi sayap roh api yang membara. Wajahnya tampan, dengan tatapan tajam seperti elang yang mengintai mangsanya. Penampilannya sangat elegan, mengenakan pakaian merah dan jubah dengan lambang kepala naga di pundak kirinya, tanda kekuatan yang besar.

Dia adalah **Sao Ji**, pria dari **klan Phoenix** yang telah membantai setengah populasi klan Naga karena dendam yang membara, dendam yang tak akan padam meski klan Naga hancur sepenuhnya.

Di sisi lain, tampak seorang wanita anggun dan mempesona. Wajahnya indah bak permata, namun di balik kecantikannya tersimpan kekuatan yang tak bisa diremehkan. Dia mengenakan pakaian biru muda berkilauan, layaknya bangsawan, karena memang dia adalah seorang putri. Wanita ini adalah **Siao Ning**, putri pemimpin **klan Naga**, yang kelak akan menjadi penguasa klan tersebut.

Keduanya saling berhadapan tanpa ada kebencian di antara mereka, tetapi keduanya memiliki sesuatu yang harus diperjuangkan. Mereka tak akan mundur, karena ada hal yang lebih penting dari cinta di hati mereka — yakni klan mereka masing-masing.

Klan Naga dan klan Phoenix adalah dua kekuatan besar yang mendominasi daratan **Dao**. Namun, tidak mungkin dua kekuatan besar hidup berdampingan dalam damai. Selama berabad-abad, kedua klan telah berselisih, hingga suatu hari bencana melanda klan Phoenix, memaksa mereka mundur ke **hutan lembah Gunung Surgawi**. Sejak itu, klan Phoenix mengalami kemunduran, sementara klan Naga naik sebagai penguasa mutlak di daratan Dao.

Kebencian klan Phoenix terhadap klan Naga terus berlanjut. Namun, di tengah kebencian itu, pangeran klan Phoenix, Sao Ji, menerima anugerah dan malapetaka secara bersamaan. Dia membalas dendam pada klan Naga hingga bisa mengguncang kerajaan mereka, namun sayangnya, dia jatuh cinta pada wanita lembut yang sederhana — Siao Ning.

Kisah cinta mereka bertahan selama beberapa tahun, namun berakhir pahit ketika mereka mengetahui latar belakang satu sama lain. Cinta dan kewajiban memaksa mereka mengambil keputusan sulit, dan akhirnya, mereka memilih untuk mengutamakan klan mereka. Selama beberapa tahun terakhir, mereka bertarung bukan karena kebencian, melainkan demi formalitas di hadapan klan mereka. Namun, kali ini pertarungan mereka harus diselesaikan dengan cara yang sesungguhnya.

Sao Ji menarik napas dalam-dalam dan menatap Siao Ning.

"Seharusnya kau tahu kenapa aku melakukan ini. Aku tak ingin melukaimu, jadi kumohon jangan datang dan menghentikanku. Aku mohon padamu!" ucap Sao Ji, dengan tatapan sedih.

Dalam hatinya, Sao Ji tak ingin melukai Siao Ning, namun dia juga tak bisa mengabaikan harapan klannya yang dibebankan di pundaknya. Dia harus menekan cintanya sedalam mungkin.

Siao Ning membalas dengan suara lembut namun tegas, "Aku bisa mengikuti keinginanmu, tapi kamu harus mendengarkanku. Jangan teruskan ini. Apakah kau pikir hanya kau yang khawatir pada orang yang kau cintai? Aku juga merasakan hal yang sama. Namun, di sisi lain, orang yang aku cintai adalah ancaman bagi masa depan klanku. Jadi, apa yang harus kupilih? Kamu atau klanku?"

Kekecewaan tergambar di mata Siao Ning, namun dia tahu, klannya adalah penyebab utama tindakan Sao Ji.

"Aku tak bisa menghentikannya. Aku adalah putra mahkota klan Phoenix, dan semua harapan klanku ada di pundakku. Mungkin sulit, tapi lebih baik kita akhiri ini dengan cara yang paling mudah: duel sampai mati!" Sao Ji menghunus pedangnya, dikelilingi aura api yang membara.

Tatapan kebenciannya semakin tajam, menekan rasa cintanya. Ledakan aura api dari Sao Ji menghanguskan awan merah di langit, dan kebenciannya menjadi peringatan bagi Siao Ning bahwa ini adalah pertarungan sesungguhnya.

Siao Ning memendam perasaannya, lalu membangkitkan kekuatan sejatinya sebagai **Dewi Naga**. Petir menyelimuti tubuhnya, seolah-olah daya hancur yang luar biasa siap dilepaskan. Dia menghunus pedang emas Naga, diselimuti oleh petir yang berkilauan.

Keduanya siap bertarung.

Bersamaan, mereka menghilang dari tempat mereka berdiri dan bertemu di tengah-tengah. Denting pedang terdengar nyaring, menyebabkan angin tajam yang memecah udara, bahkan membelah burung yang terbang di langit.

Pertarungan semakin sengit, dengan kedua pedang bersinar terang, seolah-olah pertarungan mereka akan menentukan nasib mereka dan klan masing-masing. Pedang api Sao Ji dan pedang petir Siao Ning membentuk wujud roh Phoenix dan Naga yang besar di udara, bersinar seperti bintang.

Ledakan besar terjadi ketika kedua kekuatan itu bertabrakan, mengakibatkan kehancuran yang signifikan di langit dan daratan. Langit tampak terbelah, sementara api dan petir membakar hutan di bawah mereka.

Di tengah asap hitam, terlihat tangan indah berlumuran darah, memegang pedang yang menusuk jantung Sao Ji. Siao Ning terdiam, tak percaya dengan apa yang terjadi. Air mata jatuh tak terbendung saat dia mencabut pedangnya dari tubuh Sao Ji.

"Kenapa kau tidak menghindar, Sao Ji? Bukankah kita bertarung untuk menentukan siapa yang menang? Kenapa kau melakukan ini?" teriak Siao Ning, di antara kemarahan dan kesedihan.

Sao Ji tersenyum lemah. "Aku tak pernah berniat membunuhmu. Aku hanya ingin menyelesaikan masalah kita. Dan sekarang, semuanya sudah berakhir."

Siao Ning memeluknya erat, menahan air mata. Dia menatap Sao Ji yang tersenyum padanya, lalu mengucapkan kata-kata terakhir, "Tersenyumlah sebagai perpisahan kita. Mungkin suatu saat kita bisa hidup damai bersama."

Siao Ning tersenyum manis, meski hatinya hancur. Tak lama kemudian, Sao Ji menghembuskan napas terakhirnya, meninggalkan Siao Ning dalam pelukan.

Air mata mengalir tanpa henti saat Siao Ning memeluk tubuh dingin Sao Ji, memberikan perpisahan terakhir. Kedua pedang mereka jatuh, menimbulkan ledakan di gunung, dan lava mulai mengalir. Asap beracun menyelimuti mereka, namun Siao Ning tetap tak bergeming.

"Aku mencintaimu, Sao Ji," bisiknya, sebelum dia juga jatuh ke dalam lava, bersatu dengan Sao Ji untuk selama-lamanya.

Terpopuler

Comments

Yusuf Mahmud

Yusuf Mahmud

nyimak

2024-07-13

0

Derajat

Derajat

Kisah Cinta sejati.... sa

2024-07-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!