Bab 12

Pada hari kedua Yvaine menjalankan bisnis, matahari pagi baru saja menyinari distrik perdagangan ketika Yvaine dengan percaya diri mulai memperkenalkan Teh Herbal Eksklusif sebagai produk unggulan toko. Ia sudah menyiapkan strategi pemasaran sederhana—membiarkan pelanggan mencicipi langsung aroma dan rasa teh ini, menunjukkan manfaatnya, dan secara perlahan menarik perhatian orang-orang yang penasaran.

Namun, sebelum ia bisa melangkah lebih jauh, seorang pelayan toko datang tergesa-gesa, napasnya terengah-engah.

"Lady Yvaine!" suaranya penuh kepanikan. "Ada rumor bahwa teh yang kita jual mengandung racun!"

Yvaine yang sedang mengatur tampilan produk di rak seketika menghentikan gerakannya.

"Apa?" Matanya menyipit, tetapi suaranya tetap tenang. "Siapa yang menyebarkan rumor itu?"

Pelayan itu menggigit bibirnya, tampak gelisah. "Kami tidak tahu pasti siapa yang memulainya, tetapi para pelanggan mulai membicarakannya. Beberapa orang bahkan takut untuk membeli teh ini. Jika ini terus menyebar, reputasi kita akan semakin hancur!"

Yvaine menatap kosong ke depan, pikirannya berputar cepat.

"Ini pasti ulah seseorang yang ingin menjatuhkanku."

Toko ini baru saja mendapatkan produk baru, dan tiba-tiba ada rumor buruk yang menyebar begitu cepat? Ini bukan kebetulan.

Dan ia tahu siapa yang paling mungkin melakukannya.

Senyum tipis muncul di wajahnya.

"Roselina. Kau sudah mulai menyerangku, ya?"

Yvaine tidak terkejut. Sebaliknya, ini membuktikan bahwa Roselina menganggapnya sebagai ancaman. Jika tidak, wanita itu tidak akan repot-repot mencoba menghancurkan bisnis kecilnya sejak awal.

Namun, Yvaine bukan seseorang yang mudah dijatuhkan. Jika Roselina ingin memainkan permainan ini, maka ia akan membalikkan keadaan dan menggunakannya untuk keuntungannya sendiri.

Dengan senyum licik, ia mulai menyusun strategi.

"Baiklah, kalau begitu kita akan membuat rumor ini bekerja untuk kita."

Ia menoleh ke pelayan toko. "Sebarkan pengumuman bahwa besok kita akan mengadakan sesi minum teh gratis di depan toko. Aku sendiri yang akan mencicipinya pertama kali."

Pelayan itu terkejut. "Tapi… Lady Yvaine, jika orang-orang percaya teh ini beracun, bukankah itu berisiko?"

Yvaine tersenyum, matanya berkilat tajam. "Justru itulah tujuannya. Kita akan menggunakan rasa takut mereka untuk menarik perhatian lebih banyak orang."

Jika orang-orang penasaran dengan rumor itu, maka ia akan memastikan mereka datang dan melihat sendiri bahwa semua itu hanya kebohongan.

Lebih dari itu, ia akan menjadikan momen ini sebagai kesempatan emas untuk meningkatkan daya tarik produk barunya—karena sesuatu yang dianggap berbahaya justru sering kali lebih menarik untuk dicoba.

"Mari kita lihat, Roselina… apakah kau siap menghadapi serangan balikku?" batin Yvaine.

Saat matahari mulai naik, kabar tentang demonstrasi Yvaine menyebar dengan cepat di distrik perdagangan. Kerumunan semakin bertambah, terdiri dari pedagang, pelanggan, dan bahkan orang-orang yang hanya sekadar ingin tahu apakah rumor itu benar.

Di depan tokonya, Yvaine berdiri dengan percaya diri, mengenakan gaun elegan berwarna biru tua yang kontras dengan rambut peraknya yang berkilauan di bawah cahaya pagi. Di sekelilingnya, pelayan-pelayannya berdiri dengan waspada, siap menjalankan rencana yang telah ia susun.

Di atas meja kayu berukir, teko teh eksklusif yang ia perkenalkan kemarin mengepul harum, aromanya menyebar di udara, menarik perhatian orang-orang yang lewat.

Yvaine menatap kerumunan dengan tenang sebelum berbicara.

"Beberapa orang mengatakan bahwa teh yang kami jual mengandung racun."

Suaranya jernih dan mantap, memastikan setiap orang bisa mendengar kata-katanya.

"Aku tidak akan menyangkal atau membantahnya dengan kata-kata kosong. Sebaliknya, aku akan membuktikan sendiri apakah itu benar atau tidak."

Dengan gerakan anggun, ia mengambil teko dan menuangkan teh ke dalam cangkir porselen putih. Uap tipis membumbung ke udara, membuat banyak orang menelan ludah mereka, menunggu dengan penuh antisipasi.

Beberapa mata di kerumunan menyipit curiga.

"Dia berani sekali…" seseorang berbisik.

"Kalau teh itu benar-benar beracun, dia bisa mati di tempat!"

Namun, Yvaine tetap tenang. Ia mengangkat cangkir itu ke bibirnya dan meminumnya perlahan, membiarkan rasa lembut teh herbal memenuhi lidahnya. Setelah meneguknya sampai habis, ia meletakkan cangkir itu kembali ke meja dan tersenyum.

Keheningan melanda pasar.

Orang-orang menahan napas, menunggu apakah sesuatu akan terjadi.

Namun, setelah beberapa saat, Yvaine hanya tersenyum tenang, tatapannya tetap tajam dan percaya diri.

"Sepertinya aku masih hidup," katanya santai.

Bisikan mulai terdengar di antara kerumunan.

"Kalau benar beracun, seharusnya dia sudah jatuh sakit sekarang."

"Mungkinkah ini hanya rumor palsu?"

"Kalau begitu, mungkin teh ini memang aman…"

Namun, Yvaine belum selesai. Ia menoleh ke arah para pelayannya yang sudah bersiap di belakang meja.

"Kami juga akan menawarkan teh gratis kepada siapa pun yang ingin mencobanya di sini. Jika ada yang masih ragu, silakan coba sendiri dan lihat apakah kalian merasa sakit setelahnya."

Tantangan ini mengejutkan banyak orang.

Beberapa pelanggan yang telah membeli sebelumnya melangkah maju lebih dulu. Mereka menatap Yvaine, lalu cangkir teh, sebelum akhirnya mengambil dan meneguknya.

Beberapa detik berlalu, tetapi tidak ada yang terjadi.

Dan satu per satu, semakin banyak orang mulai mengambil cangkir, mencicipi teh yang harum itu.

Keraguan yang tadinya menyelimuti mereka perlahan-lahan menghilang, digantikan dengan keingintahuan dan kekaguman.

"Rasanya enak…" seseorang bergumam.

"Jadi, rumor itu memang hanya fitnah?"

Yvaine melipat tangannya di depan dada, melihat ekspresi orang-orang yang mulai berubah.

"Satu serangan sederhana, dan Roselina kalah." bisik Yvaine.

Namun, ini belum berakhir. Jika Roselina cukup nekat untuk menyerangnya seperti ini, maka itu berarti lawannya sudah mulai menganggapnya sebagai ancaman serius.

"Baiklah, Roselina… permainan ini baru saja dimulai."

...----------------...

Sore itu, toko Yvaine berubah menjadi pusat perhatian.

Para pelanggan yang tadinya ragu-ragu kini berbondong-bondong membeli teh herbalnya, tak hanya karena rasa dan aromanya yang unik, tetapi juga karena keberaniannya menghadapi rumor. Keberanian Yvaine telah mengubah keraguan menjadi rasa penasaran—dan pada akhirnya, menjadi kepercayaan.

Bahkan, ada pelanggan dari kalangan bangsawan kelas menengah yang mampir untuk membeli dalam jumlah besar. Para pedagang lain mulai melirik bisnisnya dengan kagum sekaligus sedikit iri.

"Dia benar-benar membalikkan keadaan hanya dalam satu hari?" bisik seseorang di pasar.

"Bukan hanya itu. Sekarang, namanya mulai diperhitungkan di distrik perdagangan."

Namun, Yvaine tidak berlama-lama menikmati kemenangannya. Begitu hari mulai gelap, ia kembali ke mansion Abelard—dan di sanalah, kejutan lainnya menunggunya.

...----------------...

Begitu tiba di mansion, seorang pelayan segera memberitahunya bahwa Duke Abelard ingin bertemu dengannya di ruang kerja.

Yvaine melangkah masuk dengan tenang, meskipun jantungnya sedikit berdegup lebih cepat. Ia tahu, pertemuan ini bisa menentukan banyak hal.

Duke Abelard duduk di belakang meja besar yang dipenuhi dokumen. Matanya yang tajam menatapnya lama, seakan meneliti setiap inci dirinya.

Keheningan menggantung di antara mereka, sebelum akhirnya, sebuah senyum tipis muncul di wajah sang Duke.

"Sepertinya aku benar-benar harus mulai mempertimbangkanmu sebagai bagian dari keluarga Abelard."

Kata-kata itu terdengar sederhana, tetapi bagi Yvaine, itu adalah pengakuan pertama dari pria yang selama ini tidak pernah melihatnya sebagai sesuatu yang berharga.

Duke Abelard bukan pria yang mudah terkesan. Dan fakta bahwa ia berkata demikian berarti hanya satu hal:

Ia akhirnya mulai mengakui Yvaine sebagai seorang pewaris yang potensial.

"Terima kasih atas kepercayaanmu, Ayah," kata Yvaine dengan nada rendah hati, tetapi tatapannya penuh arti.

Duke mengangguk, lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi. "Aku akan mengawasi perkembanganmu. Jika kau bisa terus menunjukkan hasil seperti ini… mungkin aku akan mulai mempertimbangkan lebih banyak hal untukmu."

Yvaine tahu itu berarti sesuatu yang lebih besar. Kepercayaan Duke Abelard adalah mata uang yang lebih berharga daripada emas. Dan ia baru saja mendapat bagian kecil darinya.

Setelah beberapa saat, Duke melambaikan tangan, memberi isyarat bahwa pertemuan mereka selesai.

Yvaine membungkuk sedikit sebelum keluar dari ruangan.

> [Misi Selesai: Langkah Pertama dalam Bisnis]

[Hadiah: 300 Poin Perdagangan & Akses ke Barang Langka Level 2.]

Matanya berbinar.

"Aku semakin kuat… dan ini baru permulaan."

Tetapi ia tahu pertarungan sesungguhnya belum selesai.

Roselina pasti akan menyerang lagi.

Dan kali ini, ia harus bersiap menghadapi serangan yang lebih licik.

Dengan senyum tipis, Yvaine mulai merancang strategi berikutnya.

"Mari kita lihat, Roselina… seberapa jauh kau bisa bertahan?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!