Setibanya di area bandara dan bertemu Saddam, Bisma merentangkan kedua tangannya sembari memasang wajah ceria.
"Marco sayang, apa kabar?"
GRRRRRR GUUKKK! GUUUKKK!
Tangan Bisma yang tadinya merentang lebar, kini segera ia tangkup di dada kala mendengar suara Marco menyalak dari dalam kandang. Senyumnya seketika hambar.
Marco merupakan anjing pitbull dengan jenis American Bully, seekor anjing yang pernah diselamatkan Candy tepat tiga tahun lalu saat mereka liburan di Amerika, Miame-Dade County, Florida. Anjing yang ukuran tubuhnya dulu masih mungil, berlari kencang saat di kejar petugas yang hendak membunuhnya. Sudah bukan rahasia lagi di beberapa negara, anjing ras Pitbull menjadi salah satu anjing yang sangat dilarang untuk dipelihara karena berbahaya. Pitbull liar tak bertuan akan di tangkap petugas untuk di eksekusi mati. Candy yang sangat menyukai kucing dan anjing, akhirnya menyelamatkan dan mengadopsi anak anjing Pitbull yang di tinggal mati induknya itu dan melewati serangkaian proses yang sangat rumit, serta memakan biaya yang besar.
Marco yang merupakan jenis anjing petarung, menjadi satu-satunya anabul kesayangan Candy. Aktif, agresif, keras kepala, mudah untuk di latih, sangat setia pada Candy, serta tumbuh menjadi anjing petarung yang hebat.
Kini Bisma berjongkok di depan kandang Marco sembari meneguk kasar ludahnya.
"Hey Bedebah Marco, jangan berani-berani menyerang ku ya. Aku berniat baik untuk mempertemukan dengan kakak Candy, kau mengerti kan? Jika kau berani menyerang ku, aku bersumpah akan mencincang tubuhmu dan akan ku makan dengan saus tartar!"
Mendengar nama Candy, pupil mata Marco membesar, ekornya berkibas-kibas.
Bisma dibantu oleh Saddam mengangkat kandang Marco, memasukkan nya ke dalam mobil dan meletakkannya di kursi belakang.
"Thankyou, Bro!" Bisma menjabat tangan Saddam dan pamit pulang.
"Aku mengirimkan hadiah kecil ke rekening mu, jangan lupa dicek." Bisma melambaikan tangannya sebelum mobilnya melaju.
Sepeninggalan Bisma, Saddam mengecek isi rekeningnya. Matanya membulat, saat melihat saldonya bertambah lima ribu dolar Australia atau setara lima puluh lima juta rupiah.
"Cuma bawain doggy doang cair lima ribu dolar? Sering-sering aja ya, Bro!" teriak Saddam sembari melihat mobil sport hijau tua yang nyaris hilang dari pandangan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Subuh hari Candy sudah menyibukkan diri dengan membersihkan sebagian tubuh Candu menggunakan tisu basah. Dibersihkan nya dengan lembut, muka, ketiak dan alat kelamin adiknya. Hal ini sudah menjadi aktivitas rutin Candy sejak tiba di tanah airnya.
"Adek nya kakak sudah wangi dan cantik nih, kapan mau bangunnya, Sayang?" bisik Candy di telinga sang adik dengan suara bergetar.
"Adek katanya rindu kakak, tapi, saat kakak pulang ... kok adek tidur terus?" Candy mengusap lembut puncak rambut Candu.
"Apa yang bikin adek takut untuk bangun? Ayo cerita sama kakak dan kita hadapi bareng-bareng," di kecupnya kepala sang adik.
Fajar mulai menyingsing, langit timur perlahan-lahan terang benderang. Bastian dan Sherly masuk ke kamar tempat cucu mereka dirawat.
"Grandma ... Grandpa ...!" Candy memeluk kakek neneknya.
Sherly mengusap lembut punggung Candy. "Bagaimana keadaan Candu, ndy?"
"Masih sama, Grandma ...." Gadis cantik itu tersenyum hambar sembari melepaskan pelukannya.
Sherly mendekati ranjang Candu, mengecup hangat kening cucunya yang beraroma produk bayi. "Duh, wangi banget cucu Grandma ini."
"Wangi kan, Grandma? Kakak yang bersihkan loh," kekeh Candy.
"Oh, Kakak yang bersihkan?" tanya Sherly tanpa menoleh.
"Iya, Grandma. Wangi kan? Adek jadi semakin cantik, he ... he ...." Candy menatap lembut Grandma nya.
"Iya, wangi banget. Duh cantiknya cucu Grandma." Sekali lagi Sherly mengecup kening Candu.
Candy yang melihat nya hanya tersenyum tipis. "Kakak ke toilet dulu, Grandma, Grandpa. Mau cuci muka dulu."
Sebelum mendengar jawaban dari kakek neneknya, gadis itu sudah lebih dulu berlalu dengan membawa sesak di dada.
Setibanya di toilet, Candy membuka keran air pada wastafel dan segera membasuh wajahnya yang pucat. Tubuhnya serasa menggigil, bibirnya kering, segersang tanah tandus.
Gadis itu kembali teringat, hanya hamburger lah makanan yang masuk ke perutnya semalam. Ditambah lagi, setelah mengalami mimpi buruk, gadis itu memilih untuk tidak tidur sama sekali. Matanya panas, perih dan merah, hidungnya terasa sulit untuk bernafas. Untung saja hari ini mata kuliah Candu kosong, tentu nanti gadis itu bisa pulang untuk beristirahat sebentar.
Setelah selesai membersihkan dirinya, Candy kembali ke kamar sang adik. Mengemasi barang-barangnya, sembari menunggu kedua orangtuanya datang. Calix dan Berryl memang selalu menyempatkan diri untuk singgah ke rumah sakit terlebih dulu, sebelum berangkat ke kantor.
Decit pintu terdengar, kedua orangtuanya tiba. Candy menghamburkan pelukan, hanya di jam segini lah Candy bisa bertemu dengan papa dan mama nya. Selain pagi, jadwal mereka saling bertabrakan.
Berryl mengecup kening Candy, membuat sang anak senyum sumringah.
"Bagaimana keadaan Candu, Ndy?" tanya Berryl, membuat senyuman Candy sirna.
"Masih sama, Ma...," jawab Candy. Lagi, gadis itu melepaskan pelukan nya. Hatinya patah, kala seminggu ini tak seorangpun menanyakan kondisinya, termasuk hari ini. Seolah abai dengan hilangnya rona di wajah Candy yang kian pucat.
Candy menghela napas berat, menyambar ransel miliknya. "Semuanya, aku pamit pulang."
Gadis itu melangkah tanpa menoleh, matanya semakin panas. Candy menelusuri koridor dengan langkah terhuyung, tapak kakinya mulai hilang keseimbangan. Pandangannya gelap, gadis cantik itu hilang kesadaran.
*
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Hermina Mambaya
terlalu capek tdk tdk kurang mkn candy
2025-02-12
2
Rafflist Ràfflìst
oalah ternyata Marco itu anjing to,,aku kira penjahat atau sejenisnya 🤭🤣🤣
2024-10-07
2
Nendah Wenda
kukira orang Marco eh ternyata anjing haduh udah penasaran
2024-08-14
1