"Apa yang sedang kang mas lakukan disini? " tanya seorang wanita yang berusia sekitar empat puluhan.
Sedari tadi ia mencari keberadaan suaminya. Tak disangka suaminya sedang berada dikamar yang bersebelahan dengan kamar mereka. Wanita itu mendekati suaminya dan duduk disebelahnya.
"Kang Mas sedang memikirkan putri kita Ajeng. Sudah dua puluh lima tahun berlalu. Apakah kita masih punya kesempatan untuk bisa bertemu lagi dengannya? " keluh pria yang berusia empat puluh lima tahun itu. Sang istri mengelus lengan suaminya dengan lembut.
"Kita hanya bisa berdoa, semoga Tuhan masih memberikan kita kesempatan untuk bertemu dengannya. Dinda juga kepikiran bagaimana wajahnya saat ini."
"Pasti cantik."
"Benar. Kecilnya saja sangat cantik," ucap sang istri dengan pandangan menerawang.
"Apa sudah ada kabar dari guru? Bukankah guru bilang, Ajeng akan kembali saat usianya menginjak dua puluh lima tahun. Hari kelahirannya juga sudah lewat, " lanjutnya.
"Dinda benar. Aku harus menghubungi guru secepatnya! "
"Jadi Kang Mas belum tanya sama guru? "
"Bagaimana mau tanya. Ketemu saja belum."
"Terus bagaimana Kang Mas mau menghubungi beliau? "
"Untuk sementara Kang Mas akan bermeditasi. Semoga saja Kang Mas dapat petunjuk."
"Bukankah Kang Mas harus pergi ke istana. Gusti Prabu pasti sudah menunggu kedatangan Kang Mas Adipati. "
Adipati Banjar Negara menghela nafasnya kasar. Dia hampir melupakan tugasnya.
Adipati Banjar Negara mempunyai nama asli Janitra. Istrinya bernama Kahiyang. Janitra dan Kahiyang mempunyai seorang putri yang bernama Ajeng Kirana.
Sebenarnya mereka bukan hanya memiliki seorang putri. Namun ketiga kakak Ajeng meninggal sejak berada dalam kandungan. Ada seseorang yang sengaja membunuh mereka.
Orang itu tidak rela jika Janitra memiliki keturunan. Di kehamilannya yang keempat Janitra dan Kahiyang sengaja menyembunyikan kehamilannya. Sehingga Ajeng bisa selamat sampai lahir kedunia.
Namun keberuntungannya hanya sampai disitu. Setelah mengetahui Janitra dan Kahiyang memiliki seorang putri, Orang itu mengirimkan teluh untuk membunuh Ajeng. Untungnya saat itu ada seorang guru yang menyelamatkannya. Beliau bernama Suryadarma.
Namun orang itu tidak berhenti untuk mencelakai Ajeng yang saat itu masih bayi. Apalagi menurut ramalan Ajeng akan menjadi wanita nomer satu di Kerajaan. Orang itu semakin semangat untuk mencelakai Ajeng.
Janitra dan kahiyang yang tidak ingin kehilangan sang putri meminta bantuan dari guru Suryadarma. Guru Suryadarma akan membantu mereka asal mereka tahan untuk tidak bertemu Ajeng sampai usia gadis itu dua puluh lima tahun. Karena diusia itu Ajeng sudah bisa melawan orang yang ingin menyakitinya.
Janitra dan Kahiyang tidak masalah asal Ajeng bisa selamat. Mereka ingin menyaksikan Ajeng tumbuh besar dan menikah dengan lelaki yang mencintainya dengan tulus.
Guru Suryadarma akhirnya membawa Ajeng ke dunia yang sangat berbeda dari yang mereka tempati. Dimana wanita mempunyai kesetaraan dengan lelaki. Teknologi sudah semakin canggih. Sangat berbeda jauh dengan keadaan di Kerajaan Pandan Wangi.
...****************...
Setelah mengetahui perbuatan Gayatri, Demang Jaya sangat murka. Dia tidak hanya menceraikan Gayatri. Namun juga memberikan hukuman cambuk dan kurungan padanya.
Nyai Rahayu akhirnya sembuh total. Sebagai imbalannya Nayla mendapatkan identitas untuk tinggal di Kerajaan Pandan Wangi. Prabu Abi Rama menyerahkan semua urusannya kepada Senopati Arya. Lagipula tidak ada tanda-tanda Nayla berbuat jahat.
"Sebagai rasa terimakasih kami, mulai saat ini kamu bisa tinggal di Kerajaan ini dengan tenang, " ucap Senopati Arya yang mengejutkan Nayla dan yang lain.
Saat ini mereka masih berkumpul di kediaman Demang Jaya. Demang Jaya baru saja mengadakan syukuran atas kesembuhan Nyai Rahayu. Para tamu undangan sudah pulang ke rumah masing-masing.
"Jadi Saya tidak perlu pergi ke istana? " tanya Nayla memastikan.
"Benar. Namun gusti Prabu memintaku untuk mengawasimu. Jadi kamu hanya bisa tinggal di wilayah kekuasaan ku, " jawab Senopati Arya.
Nayla merasa tak puas mendengarnya. Sebab dia masih berkeinginan untuk pulang ke rumahnya. Lain halnya dengan Nyai Wulan. Sejak Nayla mulai mengobati Nyai Rahayu, Nyai Wulan sudah menganggap Nayla seperti adiknya sendiri.
"Kalau begitu tinggal dirumah saja, " ucap Nyai Wulan dengan riang.
"Tidak! " ucap Nayla dan Senopati Arya dengan serempak.
"Kenapa? " tanya Nyai Wulan dengan lesu.
"Maaf mbak. Saya lebih nyaman tinggal di rumah sendiri, " jawab Nayla dengan tegas. Bisa berabe urusannya jika ia tinggal bersama pasangan itu. Bisa-bisa ia dinikahkan untuk jadi istri kedua.
"Amit-amit, " gumam Nayla dengan bergidik. Yang lain menatapnya heran.
"Kamu kenapa bergidik seperti itu? "
"Tidak papa. Pokoknya saya mau tinggal di rumah sendiri."
"Memangnya kamu punya rumah, " sindir Senopati Arya yang merasa tersinggung atas tingkah Nayla. Seolah tahu apa yang membuat Nayla bergidik.
"Sekarang memang tidak punya. Tapi tidak menutup kemungkinan jika setelah ini saya punya rumah sendiri, " ucap Nayla dengan percaya diri. Lagi pula dengan kemampuannya ia optimis untuk mendapatkan pekerjaan.
"Baiklah. Kamu tidak perlu tinggal bersama kami. Saya punya rumah yang tidak terpakai. Dari pada tidak ada yang menempati, lebih baik kamu tinggal di rumah itu saja. Bukankah kamu masih punya janji untuk mengobati ku, " ucap Nyai Wulan dengan bijak.
"Rumah itu sebagai rasa terimakasih ku karena sudah mengobati ibu sampai sembuh, " lanjut Nyai Wulan tanpa memberi kesempatan Nayla untuk menolak.
"Bagaimana kalau tinggal di rumah_" Demang Jaya hendak memberikan rumah yang ia tinggali bersama Gayatri. Namun belum sempat menyelesaikan ucapannya sudah dipotong oleh Nyai Wulan.
"Tidak bisa. Maaf Yah, tapi Nayla harus mengobati ku . Jarak rumahku untuk sampai kesini tidak dekat. Tidak baik bagi dek Nayla jika harus bolak-balik, " ucap Nyai Wulan dengan lembut.
"Apa kamu sakit Cah Ayu? "
"Dek Nayla bilang, Saya masih punya kesempatan untuk menjadi seorang ibu, " jawab Nyai Wulan dengan lirih. Demang Jaya dan Nyai Rahayu terkejut sekaligus senang. Akhirnya putri satu-satunya mereka punya jalan untuk mendapatkan momongan.
"Apa itu benar? " tanya Nyai Rahayu dengan mata berbinar. Dia menatap Nayla penuh harap.
"Saya akan berusaha untuk menyembuhkan Mbak Wulan. Tapi selanjutnya semua terserah dari yang diatas. Ibu doakan saja Mbak Wulan bisa segera mengandung.
"Tentu, " ucap Nyai Rahayu dengan semangat. Yang lain mengangguk setuju.
"Kalau begitu sudah diputuskan. Karena ibu sudah sembuh, besok kami harus pulang. Nayla akan tinggal di rumah kosong yang letaknya tidak jauh dari rumah yang kami tinggali, " ucap Senopati Arya membuat keputusan.
Percakapan itu akhirnya selesai. Mereka kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat.
Keesokan harinya Senopati Arya memimpin perjalanan pulang. Seperti sebelumnya Nyai Wulan naik diatas tandu. Namun Nayla menolak. Dia lebih suka berjalan bersama para prajurit.
Bisa saja ia naik kuda seperti Senopati Arya. Namun tidak enak hati pada Nyai Wulan. Lagi pula Senopati Arya mengendarai kudanya dengan lambat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Zeepree 1994
Banjarnegara.. 😍😍 itu kabupaten kota di Jawa Tengah ya thoor, benar2 jempolan deh othor nya🤩
2025-02-07
0
I_M
nayla yg serba bisa nih yaa/Smile//Hey/
2024-11-30
0
🍃🦂 Nurliana 🦂🍃
Napa ga naik kuda semua
2024-12-25
0