Nayla berpisah dengan pendekar pedang kembar saat keluar dari hutan. Arah yang mereka tujuh tidak sama.
"Sepertinya kita harus berpisah disini. Senang bertemu dengan Nona Nayla. Semoga dilain waktu, kita masih bisa bertemu kembali, " ucap Panji dengan tulus.
"Saya juga senang bertemu Anda berdua. Apa tidak sebaiknya Tuan Pendekar mampir dulu ke rumah? "
"Inginnya sih seperti itu. Sayangnya kami harus segera kembali ke Perguruan."
"Sayang sekali."
Mereka pun akhirnya berpisah. Nayla melanjutkan langkahnya bersama Temon, Pahing dan Bayu kearah kanan. Sedangkan panji dan temannya ke arah kiri.
Nayla lega bisa menemukan semua tumbuhan yang ia butuhkan. Bahkan menemukan hal-hal istimewa yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Pertemuannya dengan kakek Harimau serta rahasia kelahirannya yang masih tanda tanya. Apa benar Ia berasal dari Kerajaan Pandan wangi?
Belum lagi keberadaan siluman ular dan adanya cincin ruang yang saat ini melingkar di jarinya.
Semua itu menjadi pengalaman yang mengesankan untuknya.
Setibanya di rumah Nayla membersihkan tubuhnya sebelum beristirahat. Namun karena masih kepikiran dengan kondisi Nyai Rahayu, Nayla tidak jadi beristirahat.
Nayla membawa peralatan kedokteran miliknya ke kamar Nyai Rahayu. Ia akan memeriksa sekaligus memberikan akupuntur pada Nyai Rahayu.
"Kenapa tidak istirahat? " tanya Nyai Rahayu saat melihat kedatangan Nayla dikamarnya.
"Sebentar lagi Nyai. Boleh Saya memeriksa kondisi Nyai? " tanya Nayla pada Nyai Rahayu.
"Panggil saja ibu seperti Wulan, " ucap Nyai Rahayu sambil mengulurkan tangannya untuk diperiksa. Nayla tersenyum.Kemudian ia mengambil tangan itu dengan lembut untuk memeriksanya.
"Syukurlah," ucap Nayla dengan ekspresi lega di wajahnya.
"Besok kita akan mulai mengeluarkan sisa racun yang ada di tubuh Ibu. Untuk saat ini kita lakukan akupuntur lebih dahulu, " lanjut Nayla.
Nyai Rahayu yang mendengar penuturan Nayla merasa senang. Ia tidak menyangka masih mempunyai kesempatan untuk sembuh.
"Terimakasih sudah menolong tubuh wanita renta ini. Ibu tidak mempunyai apapun untuk membalasnya. "
"Sebagai seorang dokter sudah menjadi tugas Saya untuk mengobati Ibu. Sekarang kita lakukan saja Akupunturnya."
Cek lek
"Loh... kok ada disini? Bukannya tadi sudah Aku suruh untuk istirahat," ucap Nyai Wulan saat melihat keberadaan Nayla.
"Nanggung Mbak. Biar saya obati Ibu dulu sebentar. "
"Biar Mbak bantu. "
Nyai Wulan membantu Nyai Rahayu untuk membuka bajunya. Sedangkan Nayla mempersiapkan jarum yang hendak ia gunakan untuk melakukan akupuntur.
Selesai melakukan Akupuntur Nayla diminta Nyai Wulan untuk mengisi perutnya. Tiba-tiba ia mengingat daging Harimau yang ia simpan di dalam ranselnya.
Dari informasi kakek harimau, daging harimau bisa memulihkan kondisi Nyai Rahayu. Meski ia agak ragu sebenarnya.
"Tunggu sebentar Mbak. Saya punya sesuatu untuk membantu Nyai Rahayu untuk segera pulih dengan cepat."
"Apa itu? "
"Sebentar."
Nayla buru-buru kembali ke kamarnya. Dia mengambil ransel yang ia simpan di pojok kamar. Kemudian mengambil daging Harimau yang ia simpan di dalamnya. Daging itu ia bungkus dengan daun jati.
Nayla segera kembali kedalam kamar Nyai Rahayu. Disana Nyai Wulan penasaran dengan apa yang akan ditunjukkan oleh Nayla.
"Di hutan tadi Saya bertemu dengan seorang pemburu. Kebetulan pemburu itu mendapatkan seekor Harimau. Beliau memberi sepotong agar dimakan Nyai Rahayu, " ucap Nayla sambil memberikannya pada Nyai Wulan.
"Daging Harimau? " Nyai Wulan shock. Selama hidupnya ia belum pernah memasak daging Harimau. Jangankan memasak. Melihat wujudnya saja belum pernah.
"Benar.Tolong minta pelayan untuk merebusnya. Besok akan saya masak buat Nyai Rahayu."
"Tidak bahaya kah? Kamu yakin daging harimau ini bagus buat Ibu? "
"Mbak percaya tidak sama Saya? "
".... "
"Kalau mbak tidak percaya juga tidak masalah. Kita tidak perlu memasaknya."
"Baiklah.Mbak percaya denganmu. Serahkan daging itu padaku. Sekarang kamu makan dulu sebelum tidur .Pasti perutmu sudah lapar dadi tadi."
"Mbak Wulan tahu saja kalau perutku sedang lapar," ucap Nayla dengan tersipu.
"Terdengar dari sini, " goda Nyai Wulan.
Nayla pun berjalan ke ruang makan. Ada beberapa lauk yang sengaja dimasak untuk Nayla Kedua mata Nayla langsung berbinar.
"Akhirnya Aku makan nasi juga, " gumam Nayla sambil tersenyum.
Nayla mengisi piringnya dengan sedikit nasi dan berbagsi lauk-pauk. Tanpa banyak kata ia suapkan ke dalam mulut secara perlahan.
Selesai makan malam, Nayla berkeliling sebentar di sekitar rumah . Tidak baik jika tidur setelah makan. Dirasa cukup ia pun kembali ke kamar.
Keesokan harinya Nayla memasak bubur dari daging harimau. Untungnya pelayan sudah merebusnya hingga empuk. Bubur itu Nayla masak dengan berbagai rempah pilihan.
Selain membuat bubur, Nayla juga membuat botok daging. Rasanya sangat enak, tidak jauh beda dengan daging sapi.
Nayla mencicipinya sedikit sebelum membawanya ke kamar Nyai Rahayu.
Namun sebelum bubur itu diminum, Nayla kembali memberikan akupuntur pada Nyai Rahayu.
Nyai Rahayu sudah bisa duduk sendiri. Beliau tidak membutuhkan Nayla maupun Nyai Wulan untuk membantunya duduk.
Nyai Wulan sudah terbiasa melihat Nayla melakukan akupuntur. Setelah jarum akupuntur di lepas, Nyai Rahayu memuntahkan darah yang berwarna merah kehitam-hitaman. Sepertinya racun yang tertinggal di dalam tubuh beliau kembali keluar.
Tubuh Nyai Rahayu kembali lemas. Nyai Wulan dan Nayla membantunya untuk berbaring.
"Ini buburnya Mbak. Tolong di minumkan pada ibu Rahayu Mumpung masih hangat. Ibu butuh memulihkan tenaganya," ucap Nayla.
Nyai Rahayu menggelengkan kepalanya. Dia tidak selera untuk makan.
"Ibu harus mengisi perut ibu agar bertenaga. Ibu ingin cepat sembuh kan? "
"Tapi perut ibu tidak Nyaman"
"Yang penting racunnya keluar kan? " goda Nayla sembari tersenyum.
"Di coba dulu ya, ini Nay yang masak loh, " bujuk Nyala dengan lembut.
"Baiklah.Nay suapin ya? "
"Biar Mbak saja Nay, " ucap Nyai Wulan.
"Tidak perlu Mbak. Sesekali Nayla juga tidak masalah kok."
"Maaf... sudah merepotkan mu. "
"Jangan seperti itu. Nay senang kok melakukannya. "
Nyai Rahayu tidak menyangka jika bubur yang dimasak Nayla tidak membuatnya muntah. Padahal tadi perutnya masih agak mual.
Rasa buburnya juga enak. Terasa sekali bumbu rempah-rempahnya. Nyai Rahayu berhasil menghabiskan satu mangkok.
"Habis, " ucap Nayla dengan tersenyum. Nyai Rahayu merasa malu. Tadi sok-sok an menolak takut muntah. Tapi satu mangkok habis tak bersisa.
"Terimakasih."
"Sama-sama."
"Sekarang giliran kalian yang sarapan. Ibu bisa sendiri di sini."
"Biar Nayla saja. Aku_"
"Sekarang. Ajak juga ibu mertua kamu. Ibu bisa kok sendiri."
"Baiklah kalau begitu. Yuk Nay, " ajak Nyai Wulan.
Nayla pun menurut. Tenaganya berkurang usai melakukan akupuntur. Jadi ia perlu memulihkan tenaganya. Jalan satu-satunya ya harus makan.
Nyai Ayu ternyata sudah menunggu mereka di ruang makan. Nayla dan Nyai Wulan duduk di kursi yang masih kosong. Lalu ketiganya makan dengan tenang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
🍃🦂 Nurliana 🦂🍃
Lah mertuana masih ada, kirain dah lanjut perjalanan
2024-12-25
0
I_M
semangat buat author nya/Grin/
2024-11-29
0
Sribundanya Gifran
lanjut
2024-07-14
0