Setelah menyusuri hutan hingga kedalam, Nayla akhirnya berhasil menemukan berbagai tanaman obat. Diantaranya ada tanaman obat yang diperuntukkan untuk mengobati Nyai Rahayu.
Nayla dan ketiga prajurit yang bersama dengan sabar mengambil tanaman itu. Kemudian memasukkannya kedalam keranjang yang mereka bawah.
Tak terasa keranjang yang mereka telah penuh . Nayla mengajak ketiga prajurit untuk pulang.
"Sepertinya udah cukup. Kita pulang sekarang," ajak Nayla .
"Apa semua yang Anda butuhkan sudah ketemu Nona? " tanya prajurit yang bernama Temon.
"Sudah. Mumpung belum terlalu sore. Agar kita tidak sampai kemalaman di hutan."
"Baik Nona."
Mereka pun berbalik arah untuk pulang. Namun Nayla merasa ada yang memanggilnya.
"Nayla..."
Suara itu terdengar lirih di pendengarannya. Nayla menajamkan pendengarannya. Sayangnya hanya Nayla sendiri yang mendengarnya.
"Apa kalian mendengar sesuatu? " tanya Nayla pada ketiga prajurit yang bersamanya. Ketiga prajurit itu menghentikan langkah mereka dengan bingung.
"Dengar apa ya Non? " tanya prajurit yang bernama Temon.
"Kayak ada orang yang manggil," jawab Nayla.
"Kok saya tidak dengar ya. Kalian berdua dengar? " tanya Temon pada kedua temannya.
"Saya nggak dengar. "
"Kalau Saya dengar suara burung."
"Mungkin cuma perasaanku saja, " ucap. Nayla akhirnya. Karena ia tidak lagi mendengar suara panggilan itu.
"Memangnya Nona dengar suara apaan? " tanya Temon penasaran.
"Ada yang panggil namaku. "
"Waduh...gawat nih, " ucap Pahing panik.
"Gawat kenapa? " tanya Nayla, Temon dan Bayu dengan kompak.
"Jangan-jangan itu suara penunggu hutan. Pasti dia marah karena kita mengambil tanamannya tanpa ijin, " jawab Pahing agak merinding.
Prajurit satu ini memang aneh. Sejak tadi dia mempunyai pikiran diluar nalar. Jangan lupakan sikap penakut nya. Nayla jadi heran bagaimana orang penakut seperti Temon bisa lulus jadi seorang prajurit.
"Tadi kamu kencing sembarangan pasti, " goda Nayla yang membuat Pahing parno.
"Bagaimana Nona tahu!?! " tanya Pahing dengan wajah yang sudah pucat pasi. Padahal Nayla hanya bicara asal dengan niat menggodanya. Ternyata Pahing menganggapnya serius.
"Jadi beneran kamu kencing sembarangan, " ucap Nayla sambil menahan tawa.
Pahing terlihat celingak celinguk dengan raut wajah ketakutan. Namun tiba-tiba ia mengingat jika bukan dirinya saja yang kencing sembarangan.
"Tadi bukannya Temon sama Bayu juga ikutan," serunya. Temon dan Bayu yang tadinya menertawakan Pahing jadi ikuta panik.
Nayla pun memberi nasehat pada mereka dengan serius.
"Terus ngapain kamu takut. Kita kan berempat. Kalau ada apa-apa kita tanggung bersama. Jangan takut seperti itu. Kita nggak mungkin ninggalin kamu sendiri disini. Kalau kamu panik seperti itu, musuh bakalan senang. Seandainya kamu bersikap seperti itu di tempat musuh, dengan cepat kamu akan dikalahkan. "
Pahing, Temon dan Bayu mendengarkan dengan cermat ucapan Nayla. Mereka membenarkan apa yang diucapkan Nayla.
"Maaf Nona, " ucap Pahing dengan rasa bersalah.
"Sudahlah... lebih baik kita lanjutkan perjalanan kita."
Nayla hendak melangkahkan kakinya saat suara yang memanggil namanya semakin keras. Tanpa sadar Nayla berjalan ke sumber suara.
"Nona mau kemana? " tanya Bayu saat melihat Nayla berjalan kearah yang salah.
Sayangnya Nayla seolah tidak mendengar suara Bany . Nayla hanya mendengar suara yang memanggilnya.
"Nona!!! "
"Nona!!!
Ketiga prajurit itu hendak mengejarnya. Namun tubuh mereka tidak bisa digerakkan sama sekali. Seolah ada yang sedang mengikatnya dengan erat.
Pahing langsung menangis ditempat. Bayu dan Temon hanya bisa saling pandang sambil geleng-geleng kepala.
"Kamu ini prajurit loh. Bisa-bisanya nangis kayak anak kecil saja, " ejek Bayu.
"Prajurit juga manusia."
"Kamu kok bisa jadi prajurit sih?"
"Siapa juga yang mau jadi prajurit. Aku tuh sebenarnya mau jadi tukang kebun. Malah disuruh buat latihan jadi prajurit, " elak Pahing sambil mengusap wajahnya yang penuh dengan air mata.
"Kok bisa lulus?"
"Jangan tanya sama Saya. Tanya saja sama Paman pelatih."
"Sudah... jangan berdebat. Kita harus cari cara agar bisa kejar Nona Nayla. Kalau sampai terjadi sesuatu sama beliau, kita bisa dihukum sama Senopati Arya."
"Bagaimana caranya? "
"Pikir sendiri! "
Jika ketiga prajurit itu sedang berdebat, tidak dengan Nayla yang sudah tiba di depan sebuah goa. Suara itu meminta Nayla untuk masuk kedalam goa.
Begitu masuk kedalam goa, Nayla mencium bau anyir darah yang menyengat. Dengan terpaksa Nayla menutupi hidungnya dengan sapu tangan yang ada di dalam ransel.
"Halo!!! " ucap Nayla dengan suara yang agak tinggi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Sribundanya Gifran
hallo bgaimna kelanjutannya thor💪💪💪💪
2024-07-11
0
Disty Aulya Syamlan
pendek sekali ceritanya, terkesan menggantung, up nya lama pulak, wah lengkap dah 🤦🤦
2024-07-11
0
Ida Rohani
hik hik 😭😭😭author Minta dobel donk/Pray/pliiisss🙏
2024-07-11
0