Meski Nyai Rahayu sudah sadar dan mampu melihat kembali bukan berarti racun yang ada ditubuhnya hilang semua. Nyai Rahayu masih membutuhkan obat untuk di minum.
Ramuan yang telah diminum oleh Nyai Rahayu hanya menghilangkan satu jenis racun. Sedangkan dua racun lainnya masih berada ditubuhnya. Ada beberapa tanaman obat yang perlu Nayla cari dihutan.
"Dek Nayla jadi pergi ke hutan? " tanya Nyai Wulan dengan khawatir.
Andai ada yang mengetahui bentuk tumbuhan yang dicari oleh Nayla, dia akan memintanya untuk mencari. Sayangnya tidak ada seorangpun di sana yang mengetahuinya. Mau tidak mau ia harus mengijinkan Nayla pergi ke hutan bersama beberapa prajurit.
"Iya Mbak. kalau tumbuhan itu tidak ditemukan maka kondisi Nyai Rahayu tidak bisa sembuh seperti sedia kala. Saya mungkin masih bisa menekannya dengan akupuntur. Namun racunnya tidak bisa hilang sepenuhnya."
Nyai Wulan merasa tidak berdaya. Disatu sisi ingin menyelamatkan ibunya, tapi disisi lain tidak ingin Nayla mengalami bahaya.
Di dalam hutan yang akan Nayla datangi masih banyak binatang buas. Bagaimana jika binatang itu menyerang Nayla?
Apa yang harus ia jelaskan pada Senopati Arya saat dia kembali dari istana?
"Mbak Wulan tidak perlu khawatir. Aku tidak akan lari_"
"Bukan itu yang Aku khawatirkan. Aku hanya takut terjadi sesuatu pada Dek Nayla. Di hutan itu banyak binatang buasnya. Bagaimana jika binatang buas itu menyakiti Dek Nayla?"
Nayla merasa tersentuh dengan perhatian yang ditujukan oleh Nyai Wulan. Dengan lembut Nayla memberi pengertian pada Nyai Wulan.
" Terima kasih atas perhatiannya. Tapi sebagai seorang dokter aku mempunyai tanggung jawab untuk menyembuhkan Nyai Rahayu. Kecuali memang Aku tidak sanggup untuk menyembuhkannya," ucap Nayla dengan tegas.
"Baiklah kalau itu maumu. Aku hanya bisa mendoakan agar kamu diberi keselamatan dan berhasil mencari obat yang kamu cari."
"Terimakasih."
Setelah itu Nayla pun berangkat bersama tiga orang prajurit. Prajurit yang lain yang tersisa berada di sisi Nyai Wulan seperti yang ditugaskan oleh Senopati Arya.
Hari ini Nayla memakai pakaian yang ia pinya. Pakaian itu lebih nyaman untuk dipakai berjalan ke dalam hutan.
Butuh waktu sampai satu jam untuk sampai ke hutan. Letaknya memang agak jauh dari rumah Demang Jaya.
Satu prajurit sebagai pembuka jalan. Nayla berjalan dibelakangnya. Dua prajurit yang lain bertugas untuk menjaga Nayla dari belakang.
Setiap Prajurit membawa keranjang di belakang punggung mereka atas perintah Nayla. Sedangkan Nayla hanya membawa ransel di punggungnya.
"Kalian pernah masuk kedalam hutan ini? " tanya Nayla pada ketiga Prajurit.
"Belum pernah Nona. Kalau hanya sekedar lewat di pinggir hutan sih sering."
"Tapi pernah dengar kalau hutan ini agak menyeramkan, " ucap yang lain dengan agak berbisik.
"Menyeramkan bagaimana? " tanya Nayla penasaran. Begitupun dengan dua temannya.
"Katanya sih dihutan ini ada penunggunya."
"Kalau itu ma aku juga tahu, " jawab Nayla dengan santai.
"Nona tahu??? "
"Ya iya lah. Semut, burung, kelinci dan yang lainnya kan termasuk penunggu hutan, " jawab Nayla enteng.
"Bukan itu maksud saya. Tapi yang saya dengar di hutan ini ada siluman ular yang sangat besar."
"Benarkah? "
"Saya tidak bohong. Ada seorang pemburu yang memergoki Ular itu menelan seekor babi hutan yang besar."
"Itu sudah biasa. Memang ada jenis ular yang sanggup menelan seekor babi hutan berukuran besar. Tetapi bukan berarti ular itu termasuk siluman."
"Apa yang dikatakan Nona Nayla benar. Bahkan saya sendiri pernah melihatnya."
"Tapi_"
"Sut... ada yang datang, " bisik Nayla dengan waspada. Ketiga prajurit itu langsung bersiaga. Mereka bersembunyi dibalik semak yang rimbun.
Tak lama kemudian muncul dua orang pendekar yang lewat dihadapan mereka. Kedua pendekar itu sama-sama memegang pedang ditangan mereka.
"Kita harus menemukan siluman ular itu apapun yang terjadi, " ucap salah satu dari mereka.
"Kamu merasakan sesuatu? " tanya yang satunya sambil menghentikan langkahnya. Bukannya menjawab pertanyaannya, temannya malah langsung meminta Nayla dan ketiga prajurit untuk keluar dari tempat persembunyian mereka.
"Siapapun kalian, keluar dari tempat persembunyian kalian sekarang juga! " teriaknya.
Karena sudah diketahui, tidak ada alasan lagi bagi Nayla untuk sembunyi. Dengan santai ia keluar dari tempat persembunyiannya. Ketiga prajurit yang mengikutinya juga turut keluar bersamanya.
"Kenapa Tuan-tuan meminta kami keluar? " tanya Nayla saat tiba di hadapan mereka. Kedua pendekar itu terkejut melihat keberadaan Nayla dan ketiga Prajuritnya.
Ketiga Prajurit yang bersama Nayla tidak memakai pakaian resminya. Mereka hanya memakai pakaian yang sering dipakai oleh para petani biasa.
"Oh, ternyata ada Nona cantik disini. Tapi sepertinya Nona tidak berasal dari Kerajaan Pandan Wangi, " ucap salah satu pendekar heran.
"Kalau saya tidak berasal dari Kerajaan Pandan wangi memangnya kenapa? Apa urusannya dengan Tuan-tuan?" tanya Nayla dengan agak jutek. Untungnya kedua pendekar itu tidak sakit hati.
"Ternyata selain cantik, Nona juga bermulut pedas juga, " sindir salah satu pendekar.
"Harus itu! "
"Saya sangat suka dengan gaya Nona. Tapi kalau boleh kami tahu, ada urusan apa Nona masuk kedalam hutan ini? apa Nona belum tahu bahayanya masuk kesini? "
"Kita tidak saling kenal untuk mengetahui urusan masing-masing. Yang pasti kami tidak mengganggu Tuan-tuan."
"Baiklah kalau begitu. Kami juga tidak berniat mencampuri urusan Nona. Saya hanya heran saja kenapa kalian sembunyi saat kami datang."
"Memangnya tidak boleh? "
"Sudahlah. Kami tidak mau berdebat lagi. Terserah apa yang ingin Nona lakukan. Permisi! "
Kedua pendekar itu pergi begitu saja dari sana. Semakin lama disana bisa jadi emosinya semakin terkuras. Tujuan mereka untuk menemukan siluman ular. Bukan untuk mencampuri urusan orang lain.
Kedua pendekar itu bernama Panji dan Gala. Keduanya sering disebut pendekar pedang kembar. Keahlian mereka dalam ilmu berpedang sangat bagus.
Tujuan mereka mencari siluman Ular adalah untuk mengambil baru permata milik Siluman ular. Konon siapapun yang mendapat permata itu dapat menjadi seorang penguasa. Penguasa dalam hutan maksudnya 🤭🤭🤭.
Apalagi keduanya memiliki dendam pribadi dengan siluman ular itu. Guru mereka tewas olehnya. Entah apa yang ada dalam benak kedua pendekar tersebut. Padahal guru mereka tewas oleh siluman ular tersebut. Apa mungkin mereka bisa mengalahkannya?
"Kalian kenal mereka? " tanya Nayla saat keduanya telah hilang dari pandangan mereka.
"Jika dilihat dari pedangnya mungkin mereka pendekar pedang kembar."
"Apa mereka hebat?"
"Kami belum pernah melawannya secara langsung. Tapi dari yang kami dengar keduanya memiliki kemampuan yang sangat hebat. "
"Kira-kira kalian tahu tidak apa tujuan mereka mencari siluman ular? "
"Waduh... kalau Nona penasaran, kenapa tadi tidak tanya langsung pada mereka? "
"Malas. Lagian kenal juga tidak. Sudahlah, ngapain juga ngomongin mereka. Lebih baik kita sekarang lanjut jalan. Tak ada gunanya juga ngomongin mereka."
"Baik Nona. "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
🍃🦂 Nurliana 🦂🍃
Tetep pasang jutek
2024-12-25
0
Ajusani Dei Yanti
lanjut thorrrr kuh semangat berkarya sukses
2024-07-11
1
Giarti Cintya
cerita yg menarik dan bikin penasaran
2024-07-10
0